Tuesday, March 20, 2007

bila Uni Deedee baralek nanti

Dari buku ‘Adat Minangkabau – Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang’ karangan Amir M.S. Link


pada pembahasan tentang tata cara manjapuik marapulai, ada contoh pidato yang disampaikan oleh keluarga mempelai perempuan saat menjemput mempelai pria,


 


 


… kami disuruh dan diutus dari pihak mamak dalam suku Caniago untuk menjemput … akan kami bawa ke rumahnya ke ranah kampung Caniago …


 


 


hihihi, irma langsung terbayang Deedee.  Dia kan Caniago.  Mungkin nanti seperti itu ya baraleknya dia  J



 


 

Thursday, March 15, 2007

makan melinjo

Tau kan di sayur asem ada melinjo ?  Kalau irma biasanya sebut itu ‘tangkil’, ngikutin Mama.  Dulu kalau Mama masak sayur asem irma paling suka ngambilin tangkilnya.  Biasa, irma tuh penggemar warna merah.  Kalau ada makanan warna merah pasti itu duluan yang dicoba.  Waktu kecil pertama kali lihat melinjo warnanya merah.  Setelah dicoba ternyata suka.  Besok-besoknya Mama masak sayur asem melinjonya warna hijau.  Karena udah tau rasanya enak jadi biarpun ijo ‘tu melinjo tetap irma makan.


 


Sekali waktu irma sama Wahyudi makan di rumah makan Sunda.  Pake sayur asem.  Tentu ada melinjo di dalamnya.  irma heran melinjo yang Wahyudi makan cuma kulitnya.  Warna merah atau hijau.  Isinya dibuang.  Kok cuma kulitnya sih ?


 


‘Lho, emang yang dimakan yang mana ?’ Wahyudi balik nanya.  Ya isinya.  Yang di dalam.  Wahyudi lalu coba.  ‘Ah nggak enak.  Keras lagi kulitnya.  Susah ngupasnya.  Mending makan luarnya aja,’ gitu komentarnya.


 


Masa’ sih ?  irma ajarin Wahyudi makan isi melinjo.  Gampang kok.  Tinggal digigit, cangkang yang keras itu akan langsung pecah.  Jadi bagian dalamnya yang putih bisa dimakan.  Nyaaam … tapi sebelumnya pisahkan dulu dari cangkangnya.  Tapi biarpun diajarin gitu tetap aja Wahyudi nggak mau makan isi melinjo.


 


Gantian irma nyobain makan melinjo ala Wahyudi.  Makan kulitnya aja.  Irma langsung melepeh.  Uaahhh … nggak enak !  Pahit !  Kok Wahyudi suka ya ??


 


‘Nggak ada rasanya kok, biasa aja,’ komentar Wahyudi waktu irma bilang kulit melinjo itu pahit.  Terserah lah, tiap orang kan punya kesukaannya masing-masing.  Wahyudi suka yang di luar, irma suka dalamnya.  Sejak itu kalau makan sayur asem, kita gantian makan melinjonya.  Wahyudi habisin kulitnya dulu, abis gitu baru irma makan isinya.  Tau deh, orang lain mungkin bakalan komentar, ‘Iiiihh … !!’


 


 


sebenarnya melinjo itu, apanya sih yang dimakan ??


 


 


 

Wednesday, March 14, 2007

hari baik untuk menikah

Dikutip dari ‘Mahligai di Ufuk Timur’ karangan Suparto Brata  Link


Begini konon katanya kalau orang Jawa memilih hari baik untuk menikah.  Jangan di bulan Sura, karena tabiatnya suka berutang.  Jangan bulan Sapar, karena tidak menentu akibatnya.  Mulud juga nggak bagus karena salah seorang akan meninggal.  Bakda Mulud, banyak kesedihan dan sering bertengkar.  Jumadilawal, durhaka, sering kecurian, kalau tersohor akhirnya akan mendapat malu besar. 


 


Bagus bulan Jumadilakhir, katanya bakalan kaya harta-benda.  Juga bulan Rejeb, banyak anak dan rezeki.  Tapi kayaknya paling asik bulan Ruwah, selamat, segala karyanya baik.  Trus lagi, hari ijabnya tidak boleh pada hari meninggalnya orang yang menurunkan.  Yaitu bapak, ibu, nenek dan kakek yang meninggal paling akhir.


 


 


jadi … kapan ya ??


 


  


 

suatu hari di Tanjung Priok

 


Yang irma suka dari pekerjaan irma sebagai auditor - selain jalan-jalan - adalah berkesempatan melihat dari dekat pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan yang dikenal umum.  Seperti kemarin waktu audit stevedoring atau pekerjaan bongkar-muat kapal.  Irma ditemani seorang kapten yang mewakili perusahaan client.  He eh, baru tau yang namanya kapten nggak selalu berlayar.


 


Dulu tuh, irma ngebayangin yang namanya kapten (kapal) itu orangnya udah tua, berpendirian keras, perawakan tinggi, perut agak buncit, kumis tebal, mengisap pipa, bertopi pelaut, dan … mabuk.  Hehehe, kebanyakan baca Tintin kali ya, jadi ngebayanginnya seperti Kapten Haddock.  Sementara kapten yang dampingi irma audit ini orangnya nggak tinggi nggak pendek, langsing, kulit gelap dan nggak nyeremin.  Nggak ngerokok juga.  Di sela-sela audit dia cerita tentang pengalamannya di laut sebelum akhirnya memutuskan untuk bekerja di darat.


 


Pertama kali berlayar saat umur 22 tahun.  Selama 19 tahun di laut dia udah keliling Eropa, Asia, Amerika Selatan, … yang belum ia datangi adalah Australia dan Amerika Utara.  Paling sering ia berlayar ke Jepang.  Pada bulan-bulan tertentu sering terjadi taifun di perairan menuju Jepang.  Tinggi ombak bisa mencapai 8-10 meter.  Hoaaa … serem.  Waktu di Banda kemarin irma terombang-ambing naik perahu aja udah takut gimana kalau ngadepin ombak setinggi itu.  Kemarin di Tanjung Priok angin bertiup kencang makanya dia jadi cerita tentang taifun.


 


Kapten cerita tentang terusan Panama, penghubung samudera Atlantik dengan samudera Pasifik.  Di sanalah tempat kapal naik ke atas gunung.  Oh, bisa ya ??  Ia juga cerita saat melewati terusan Suez di tahun 1975 ketika perang baru usai.  Dari atas kapal ia bisa lihat bangkai-bangkai tank dan panser militer bergelimpangan.  Ugh, perang apa itu ya ?  Kalau nggak salah perang teluk  yang pertama.


 


Kalau baca cerita-cerita klasik Inggris, selalu digambarkan bahwa kapten adalah orang yang cerdas, pandai baca-tulis.  Berbeda dengan orang kebanyakan yang buta huruf.  Ia pandai matematika, trigonometri, membaca peta dan sistem navigasi.  Seorang kapten juga harus bisa ‘membaca’ alam untuk mengatur strategi.  Strategi untuk menghadapi alam, bukan menaklukkannya.  Alam tidak bisa ditaklukkan tapi manusia bisa beradaptasi dengannya.


 


Seorang kapten rajin menulis.  Setiap kejadian di kapal dan sekitarnya harus ia catat dalam log-book.  Catatan yang sangat berguna.  Seringkali catatan kapten kapal dikutip dalam sejarah.  Dijadikan acuan dan referensi.  Makanya irma selalu berpikir kapten itu orang cerdas.  Meskipun yah, ada juga cacat celanya.  Pelaut terkenal suka tebar pesona di tiap pelabuhan yang disinggahinya.  Ingat waktu di Banda Neira Mario pernah bilang, ‘… putus tali kapal dari pelabuhan, putus pula cinta yang dirajut …’   Huehehehe …


 


Kemarin kita sempat membahas kecelakaan kapal Senopati dan Levina I.  Kapten terangkan perbedaan penyebab kecelakaan tersebut berdasarkan wawasannya sebagai orang kapal.  Ada faktor cuaca.  Tapi ada juga faktor manusia.  Kapten menunjuk ke ujung dermaga, tempat kapal Levina I bersandar sebelum terbakar di Kepulauan Seribu.  Bagaimana bisa kapal itu keluar pelabuhan, jika ia sebenarnya tidak layak untuk berlayar.  ‘Tanyakanlah ke Syahbandar,’ Kapten tertawa, ‘karena kapal baru boleh berlayar jika Syahbandar menandatangani surat izin berlayarnya.’


 


Angin kembali bertiup kencang.  Teringat cerita kapten tentang taifun di perairan Jepang, rekan audit irma bertanya, ‘Kapten, kalau taifun begitu, apa nggak takut ?’  Apa coba jawabnya ??  ‘Kita belajar navigasi, belajar pelayaran.  Kita mengamati alam untuk meramal cuaca.  Waktu terjadi taifun semua ilmu tersebut kita praktekkan.   Kita berusaha sebaik yang kita bisa.  Tapi semua bisa terjadi atas kehendak Tuhan.  Jadi mintalah selalu kepada Dia,’ Kapten menunjuk ke langit yang tak berbatas. 


 


Irma tercenung dengar jawaban sang kapten.  Ngerti sekarang kenapa ia selalu ingatkan anak buahnya untuk segera sholat saat adzan berkumandang.  Padahal ia bukan seorang muslim.  Ngerti juga akan kata-kata yang pernah diucapkan seseorang kepada irma, ‘Orang yang banyak melihat, memiliki wawasan luas, yang pernah berhadapan langsung dengan alam, merasakan kerasnya alam saat dilawan, lembutnya alam saat dihargai, biasanya ia akan tumbuh menjadi orang yang bijak dan menghargai hidup.’


 


 


O Captain !  My Captain ! 


(dikutip dari puisi Walt Whitman yang diajarkan John Keating kepada murid-muridnya dalam film ‘Dead Poets Society’, diperankan oleh Robin Williams)


 



 


 


 


Tuesday, March 13, 2007

finally they got divorce ... may each of them live happily ever after

Need I say I love you


Need I say I care


Need I say that emotions,


Something we don’t share


I don’t want to be sitting here


trying to deceive you


‘cos you know I know baby


That I don’t wanna go.



We cannot live together


We cannot live apart


That’s the situation


I’ve known it from the start


Every time that I look at you


I can see the future


‘cos you know I know babe


That I don’t wanna go.



Throwing it all away


Throwing it all away


Is there nothing that I can say


to make you change your mind


I watch the world go round and round


and see mine turning upside down


You’re throwing it all away.



Now who will light up the darkness


Who will hold your hand


Who will find you the answers


When you don’t understand


Why should I have to be the one


who has to convince you


‘cos you know I know baby


That I don’t wanna go.



Someday you’ll be sorry


Someday when you’re free


memories will remind you


That our love was meant to be


Late at night when you call my name


The only sound you’ll hear


is the sound of your voice calling


Calling after me.



Just throwing it all away


Throwing it all away


There’s nothing I can say


We’re throwing it all away


Yes we’re throwing it all away...


(‘Throwing it all away’ – Phil Collins & Genesis)


 


 


Another divorce I heard today , it makes my heart so empty.  It’s not about money, it’s not about children.  It seems they have anything, anything in the world.  But maybe they’re just not meant to be …


 


 

Thursday, March 8, 2007

simpati

‘Bu, nanti siang kita makan sama-sama ya,’ kata seorang teman kantor irma.  Yang calon auditor baru itu lho.  Masih ingat kan ?? Link


Makan ?  Wah, ada apa nih ?  Bingung juga.  Tapi irma iyain aja.  Pada saat makan itulah irma baru tau kenapa dia ngajak makan bareng.


 


Dia cuma kepengen curhat.  Tentang tiga minggu masa probation yang sudah dilaluinya.  Masih ada tiga minggu lagi di Jakarta, dan enam minggu berikutnya di Medan.  Selama tiga minggu di Jakarta ini, dia berusaha keras untuk memahami kerjaan project engineer terutama auditor.  Ternyata tidak mudah karena dia sama sekali blank tentang audit.  Sementara auditor lain kalau ditanyain, pada cuek.  Atau kalau nerangin, singkat banget dan pake istilah yang dia sama sekali belum kenal.  Dia juga terkaget-kaget dengan sikap auditor yang datang ke kantor cuma bilang ‘Hai !’ , lalu ‘Dadah !’ sama sesama auditor. 


 


‘Jadi gitu lah Bu, saya hanya ingin berkawan dengan Ibu.  Saya lihat dari semua auditor yang saya tanyain, Ibu lah yang mau nerangin sampai saya ngerti.  Yang lainnya kan, sibuukk aja di depan komputer.  Kalau disapa jawabnya cuma, ‘Hmm’.  Mau nanya pun saya jadi segan,’ katanya sambil menghembus asap rokok.


 


Oh gitu.  irma jadi makin merasa kasihan sama dia.  Sebelumnya irma udah kasihan sama dia karena tanggapan teman-teman lain yang menganggap dia lebih rendah.  Hanya karena dia culun dan nggak bisa bahasa Inggris dan nggak ngerti komputer.  Kepada teman-teman yang lain irma selalu bilang jangan salahkan dia karena nggak punya dua kemampuan utama yang harus dimiliki untuk menjadi seorang auditor.  Tapi salahkan yang rekrut dia.  Udah tau nggak sesuai kok ya masih diterima.  Kalaupun diterima, ya dididik lah.  Jangan dicuekin gitu.  Udah gitu ngeluh mulu lagi, ngata-ngatain orang yang kemampuannya di bawah.  Yang pilih dia, siapa ??  You’ve got to responsible of action you take.


 


irma tercenung dengarkan kata-kata teman baru itu.  ingat sejak kecil irma selalu dekatnya sama the outsiders.  Sama orang-orang yang justru dihindari oleh teman-teman banyak.  Hanya karena ia ‘beda’.  Seperti waktu TK irma berteman baik dengan seorang teman yang sering diteriakin teman lain, ‘Orang gila !  Orang gila !’.  Karena ia suka ngomong sendiri.  Tapi entah kenapa dia bisa dekat sama irma.  Tiap istirahat kita duduk bareng berbagi bekal.  Berbagi imajinasi yang sama.  Waktu dia pindah sekolah irma sedih sekali.


 


Seharusnya bukan karena dia beda dan nggak seperti orang kebanyakan maka dia harus dihindari.  Setiap orang punya karakteristik yang unik.  Itu yang selalu irma ingat kalau mengenal seseorang.  Sama seperti irma berusaha memahami latar belakangnya, agar mengerti kenapa ia bersikap seperti itu.  Juga berusaha ‘berbicara dalam bahasa yang sama’ dengannya.  Sama-sama orang Indonesia tapi kadang nggak ngerti bahasa Indonesia.  Irma harus cari pendekatan lain, yang kira-kira sama dengan pemahamannya.


 


 


… aku bersyukur aku punya dua telinga untuk mendengar dan sebuah hati untuk memahami …


 



 


sok tau

Waktu makan siang kemarin seorang teman berkeluh kesah tentang suaminya.  ‘Sebel deh gw.  Gw dah bangun pagi-pagi.  Gw dah bangunin dia.  Dia bilang masih mo tidur sepuluh menit lagi.  Gilirannya mo berangkat, dia ngomel-ngomel.  Lu sih lama, kan jadi gw telat.  Potong gaji deh gw.  Tin tin tin, dia bunyiin klakson dari depan.  Ih sebel.  Padahal gw dah siap dari tadi.  Gilirannya gw mo gendong anak gw, sebentaaaarrr aja, eh dia nyebelin gitu.’


 


Satu orang curhat, yang lain langsung pada keluarin uneg-uneg juga.  Semua sama.  Tentang sikap suami yang nyebelin.  irma yang belum punya suami cuma dengerin aja.  Sama liat kiri liat kanan tergantung siapa yang ngomong. 


 


Akhirnya irma komentar juga.  ‘Susah amat sih ?  Ya udah bikin kesepakatan aja.  Berangkat dari rumah jam berapa.  Setengah tujuh ?  Ya udah siapa yang jam setengah tujuh belum siap, berarti dia yang bikin telat.  Yang bikin telat harus kasih kompensasi sama yang kena hukuman dari kantor.  Jadi kalo suami lo telat gara-gara lo, ya elo ganti gajinya yang dipotong.  Kalau jatah cuti lo dipotong gara-gara elo telat karena dia, ya dia juga harus ganti.  Sama apa ya ?  Yaa … ganti duit kali.  Gampang kan ?  Jadi sebelum setengah tujuh itu terserah deh mo ngapain.  Lo mo gendong anak, suami elo mo tidur lagi, pokoknya jam setengah tujuh teng! mobil udah jalan keluar dari rumah.’


 


Tau apa komentar ibu-ibu itu ?  ‘Sok tau lu Ir !  Entar lu ngerasain sendiri deh kalau udah berumah tangga.’


 


oh, gitu ya ??


 


 

pelupa

‘neng, lihat kacamata aki nggak ?  aki lupa tadi tarok di mana.’


 


Huahahahahahahahaa … irma ketawa ngakak keras banget waktu baca sms nya Wahyudi.  Wahyudi tuh, seriiiiiing banget lupa di mana dia naro kacamatanya.  Pernah sekali waktu dia cari-cari, ternyata kacamatanya … ya udah dia pake !!  Hahahaha kocak banget waktu itu.  Kok bisa ya, nggak ngerasa kacamata nyantel di telinga.  Jangan-jangan udah waktunya dia ganti kacamata, minus nya nambah.


 


Eh nggak disangka justru tadi pagi irma yang kehilangan kacamata.  Di mana sih ??  Di sebelah tempat tidur, nggak ada.  Di atas tumpukan buku, nggak ada.  Di atas laci-laci baju, juga nggak ada.  Irma panik banget.  abisnya irma berangkat kerja.  Telat dikiiit aja, ntar susah dapat angkotnya.  Trus, telat deh sampai kantor.  Dipelototin si boss L


 


Nggak tau lagi nyari ke mana, irma bongkar-bongkar tempat sampah.  Kali-kali aja tadi ada salah buang.  Harusnya buang tissue, irma malah ngelempar kacamata ke situ.  irma emang sering banget salah buang.  Pernah di kantor nyaris masukin selembar uang lima puluh ribu ke shredder, padahal kertas yang mau diancurin ada di tangan satu lagi.  Kalau seandainya nggak diteriakin sama office girl, hancur deh ‘tu duit.  Nggak lucu banget kalau sampai kejadian nempel-nempel selotip buat nyambungin potongan uang.


 


Akhirnya ketemu juga ‘tu kacamata.  Pfffff …. irma menghembuskan napas lega.  Abis gitu … yak !  siap lari ngejar Kopaja 68 !


 


tau nggak, kacamata irma ada di mana ??  di balik water heater …


 

cuti panjang

Tadi siang waktu lagi asik ngulum eskrim kacang ijo kesukaan, masuk imel dari HRD.


 


Setiap karyawan yang telah memenuhi masa kerja 6 tahun maka pada tahun ke-7 berhak mengambil cuti panjang 1 bulan.  Dibawah ini adalah rekan-rekan yang telah memenuhi 6 tahun masa kerja dan telah memasuki tahun ke - 7:



Irma Agustina



Karena itu kami perlu mengingatkan rekan-rekan untuk mengambil cuti panjangnya.


 


 


Haa, tahun ini aku dapat cuti panjang ya ??  Yipppiiiieeeeeeeeeeeeeee …….. asik, asik, setelah 6 tahun bertahan di perusahaan ini, dikata-katain ‘Pangsit !  Pangsit !’ sama boss bule yang dulu, ‘diceburin’ ke sarang ular sampai nangis-nangis dan frustrasi dan berpikir untuk resign L, diceramahin sama boss yang sekarang, akhirnya aku dapat sesuatu yang begitu menyenangkan.  Cuti 1 bulan.  Oh my God.  Oh my God.  Seneng banget gw J


 


Ayok Di, jalan-jalan lagi.  Kamu juga kan tahun ini dapat cuti panjang 1 bulan ya.  Asiiiiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkkkkk ..................... J


 


 


ih ih, seneng banget.  mo jalan-jalan ke mana ya ??  *mulai cari-cari info*


 


 

Wednesday, March 7, 2007

8 March - Wahyudi's birthday

I think of you every morning


dream of you every night


Darling I’ll never lonely


whenever, whenever, whenever you’re in sight ...


(‘I Love You for a Sentimental Reason’)


 


 


Selamat ulang tahun Di …


semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmahNya kepadamu


semoga pula engkau ikhlas atas apapun yang Ia berikan


katanya sih, itu adalah yang terbaik untukmu J


 


jadi kalau aku nggak bisa kasih kado lensa 18-200 mm impianmu, yah harap dimaklumi lah ...


 


 

life must go on

‘Yess !  Udah dua hari aku berhasil melalui hidup sebagai duda !’ tiba-tiba seorang teman auditor mengacungkan tangan kanannya yang terkepal.  Sidang perceraiannya sudah berakhir kemarin.  Sekarang resmi ia menyandang status sebagai duda.   Heran juga irma melihat kelakuannya beberapa hari ini.  Tapi gimana ya, yang namanya berpisah dengan orang yang udah begitu lama bareng  pasti kan terasa berat.  Ingat aja Mama nya irma  dulu rasanya susaaaah sekali melanjutkan hidup setelah Papa meninggal.  Irma juga dulu gitu waktu baru putus cinta …


 


obladi oblada … life goes on …


naaaa … na na let the life go on …


(lagu siapa ini ya ??)


 


 

Tuesday, March 6, 2007

Green Green Grass of Home – lagu orang terpidana mati

down the lane I walk with my sweet Mary,


hair of gold and lips like cherries


It’s good to touch the green, green grass of home


 


 


Seorang teman auditor bersenandung lagu itu kemarin siang waktu kita lagi ngumpul pada bikin laporan.  ‘Itu kan lagu orang di penjara,’ irma bilang.  ‘Ah masa’ sih ?  Saya kira itu lagu orang yang tinggal di prayer,’ kata teman auditor.  Prayer ?  irma mengerutkan kening, ceritanya berpikir.  ‘Itu lho, seperti di filmnya Laura,’ teman auditor tadi berusaha menerangkan. ‘Dulu waktu kecil, tiap hari Minggu siang, suka nonton kan ?’   Halah bapak, itu namanya prairie.  Padang rumput.  Prayer mah, lain lagi atuh …


 


He eh, tapi irma juga dulu kira itu lagu tentang orang yang baru pulang ke rumah setelah sekian lama merantau.  Kalau seandainya Wahyudi nggak ngasih tau untuk perhatiin kata-kata di paragraf terakhir lagu ini, irma nggak pernah tau kalau ini lagu tentang orang lagi di penjara menanti hukuman mati, berkhayal tentang rumahnya.


 


 


then I awake and look around me


at four grey wall surround me


and I realize that I was only dreaming


for there’s a guard and there’s a sad old padre


arm in arm we’ll walk at daybreak


again I touch the green, green grass of home


yes, they’ll all come to see me in the shade of that old oak tree


as they lay me neath the green, green grass of home


(‘Green Green Grass of Home’ – Tom Jones)


 


 


 


 

jangan mengeluh

‘Kalau hujan gini, maleeeeess banget kerja,’ seorang teman menghempaskan badannya ke kursi kerja waktu baru sampai kantor, ‘macet di mana-mana.’


 


Yak betul.  Kalau hujan Jakarta pasti macet.  Nggak hujan aja macet, hujan gini makin parah macetnya.  Tadi pagi aja dari Pasar Minggu ke Pancoran makan waktu 1,5 jam.  Tambah setengah jam lagi sama dengan waktu tempuh Jakarta-Bandung via tol Cipularang.


 


Dalam hati irma bilang, kok dia ngeluh gitu sih ??  Kan dia naik mobil sendiri.  Enak, nggak kebasahan.  Beda banget sama irma yang harus lari-lari ngejar kopaja sambil megang payung.  Udah gitu pas duduk ternyata air hujan merembes ke dalam.  Basah deh lengan baju irma L


 


Terus, teman itu kan disupirin.  Kakinya nggak bakalan pegel nginjak kopling.  Sebenarnya bisa aja dia santai duduk membaca dalam perjalanan ke kantor.  Tapi mungkin dia nggak seperti irma yang selalu bawa buku ke mana-mana.  Ke kamar mandi aja bawa buku, hehehe


 


Yah intinya irma cuma pengen bilang jangan mengeluh.  Udah bagus kita masih bisa kerja.  Tiap bulan masih dapat gaji.  Dan tempat kerja kita nyaman.  Nggak kegerahan karena ada AC.  Nggak kebasahan saat hujan begini.  Tadi pagi waktu lewat Pasar Minggu, lihat para pedagang sayur itu tetap berjualan meski mereka basah-basahan, irma jadi malu karena sebelumnya irma bersungut-sungut gara-gara sepatu dan kaus kaki basah kena hujan.  Mereka, hampir semua badannya basah.  Tapi mereka tetap bekerja dengan sungguh-sungguh.


 


Dulu waktu irma training di Jepang, ada satu kejadian yang terus membekas dalam benak irma.  Ketika itu hujan turun sejak malam hari.  Pagi waktu kita sarapan pun masih hujan.  ‘Duh, boleh nggak ya hari ini kita nggak usah ke pabrik ?’ tanya seorang teman, ’Males banget hujan-hujan gini jalan keluar.’  Waktu itu kita tinggal di asrama milik perusahaan.  Letaknya sekitar satu kilometer dari pabrik.  Tiap hari kita pergi pulang jalan kaki ke pabrik.  Kecuali untuk trainee perempuan ada disediakan sepeda.


 


Interpreter yang dengar pembicaraan kita komentar, ‘Kamu tau nggak, orang-orang Jepang itu biarpun hujan gini mereka tetap berangkat kerja.  Bahkan saat salju turun pun mereka tetap pergi.  Jangan kira mereka berangkat pakai mobil.  Mereka jalan kaki.  Kalau salju turun gitu yang namanya kendaraan nggak bisa lewat karena licin.  Jadi siapapun terpaksa harus jalan kaki.  Tapi mereka nggak ngeluh.’


 


Dengar kata-kata interpreter itu kita pun terdiam.  Jadi malu sama diri sendiri.  Tadi pagi waktu hujan masih turun juga padahal udah waktunya berangkat kerja, irma ingat lagi kejadian di Jepang itu.  Jangan mengeluh.  Jangan kalah sama orang-orang Jepang. 


 


 

Sunday, March 4, 2007

irma (lagi) jadi induk bebek

Di kantor ada calon auditor baru.  Seperti biasa selama 3 bulan karyawan baru dapat brief training dari setiap departemen.  Cuma pelatihan singkat aja, atau mungkin lebih tepat sekedar pengenalan.  Karena setelah itu anak baru harus belajar sendiri.  Baca prosedur, standar, belajar dari berkas-berkas audit, dll.  Ada banyak referensi di kantor.  Dan kebetulan kantor irma punya sistem on-line database dengan kantor regional di Jepang.  Jadi perlu informasi apa aja, tinggal cari di sana.


 


Sebenarnya nggak ada yang aneh dengan adanya karyawan baru.  Kecuali anak baru yang ini.  Karena dia baru kali ini make … komputer !!  Hehehehe, gw tau pasti kalian bakalan komentar, ‘Hari genneee … belum pernah pake komputer ????!  Di pre-school aja anak-anak balita itu udah main-main dengan komputer !’  Ok tapi mungkin kalau tau latar belakangnya kalian bisa ngerti kenapa baru kali ini dia megang komputer. 


 


Ku kasih tau ya, calon auditor baru ini sebelumnya bertahun-tahun kerja di perkebunan Sumatra Utara.  Di sana nggak perlu yang namanya komputer.  Yang perlu adalah rencana tanam, pembibitan, pupuk, dan mereka harus selalu mantau cuaca.  Makanya informasi BMG tuh penting banget buat orang-orang perkebunan.  Selain itu karena di Indonesia ini yang namanya perkebunan selalu rawan penjarahan, udah nggak aneh ilmu yang harus dipelajari saat orang baru pertama kali kerja di kebun adalah … menggunakan kelewang !  Tau kelewang ??  Itu lho pedang panjang tapi bukan berarti jadi kapiten yang kalau berjalan prok … prok … prok … (ingat nggak lagu waktu taman kanak-kanak dulu ??)


 


Anyway, jadi teman baru irma ini sebenarnya orang lapangan.  Banget.  Tanya sama dia bagaimana caranya memilih bibit pohon kelapa sawit yang baik.  Dia pasti tau.  Caranya mupuk ??  Gampang.  Petik buah sawit ??  Huuu … apalagi.  Berkelahi sama maling ??  Oh please, jangan diperagain di sini.  Bisa lari semua auditor, menjauh keluar kantor.  Teman baru ini juga udah nggak aneh ketemu kawanan gajah ngamuk.  Dia bilang gajah di hutan tuh beda banget sama gajah di kebun binatang.  Ya badannya, ya kelakuannya.


 


Jadi di hari pertama IT kantor irma musti kudu ngajarin komputer buat dia.  Dari dasaaaaarrr banget.  Mulai dari, ‘Pak, ini namanya tombol power.  Kalau mau nyalain komputer, pencet ya tombol ini.  Nanti layar monitor akan menyala.’  ‘Monitor itu yang mana ?’  Gubrakkkkk … the IT man serasa ketiban apaaaa disuruh ngajarin materi komputer yang seharusnya buat balita pre-school.


 


Ok, udah lumayan do’i sekarang udah bisa pake komputer.  Malah main game juga udah bisa biarpun cuma solitaire, hehehe.  Sekarang mulailah training tentang kerjaan auditor sebenarnya.  Di sini dia ketemu batu sandungan lagi.  Semuaaaaaa prosedur, standar, dan berkas audit tuh dalam bahasa Inggris.  Wuah, dia kayaknya kesiksa banget bentar-bentar musti kudu buka kamus.  Sampai akhirnya keluarlah komentar tipikal orang Medan, ‘… mau muntah aku … !’ 


 


Huehehehehe … auditor lain pada terkaget-kaget dengar komentarnya tapi kalau irma yang emang udah biasa ketemu orang Medan malah ketawa ngakak.  Ya Mama nya irma kan orang Medan.  Lagipula bagi irma lebih baik outspoken seperti orang-orang Medan itu daripada manis ngomong iya iya di depan orang tapi abis gitu di belakangnya ngomel-ngomel ngomong nggak enak.


 


Nah mungkin karena irma udah biasa ketemu orang Medan makanya teman baru itu lebih suka bertanya sama irma.  Lagipula seperti yang dibilang sama teman-teman kantor, ‘… tanya aja sama irma, dia pasti mau nerangin …’  Nggak tau kenapa dari dulu kalau ada auditor baru selalu irma yang dijadikan tempat bertanya.  Konon katanya sih karena irma sabar nerangin meskipun ditanyain berulang.  Atau mungkin juga karena irma asik menulis mulu kali ya, sementara yang lain kan kelihatannya sibuk terus.


 


Khusus tentang calon auditor baru ini, beberapa teman ada yang nyerah nggak sanggup ngajarin dia lagi.  Udah mulai ada keluhan.  Tentang kemampuan komputernya yang minim lah, bahasa Inggris nya yang payah lah, kalau nerangin dia harus diulang-ulang lah, dan banyak macamnya lagi.  Untuk semua keluhan itu irma balikin lagi aja bertanya, ‘Lha yang ngerekrut dia siapa ??’  Abis gitu pada diam deh.  Konon kabarnya calon auditor ini ‘titipan’ dari klien.  Yah ternyata di kantor sini juga ada yang namanya Kura-Kura Ninja alias KKN …


 


Kalau irma perhatikan sebenarnya calon auditor ini nggak parah-parah banget.  Iya sih dia memang nggak terlalu pandai komputer dan bahasa Inggris.  Tapi itu bisa dipelajari kan ??  Besides, there’s always the first time.  Wajar lah kalau orang agak-agak salah.  Namanya juga orang biasa keliling kebun berhektar-hektar lalu tiba-tiba disuruh duduk manis depan komputer, ya apa nggak kesiksa ??  Perlu waktu untuk membiasakan diri.  Lagipula irma perhatikan teman baru ini juga berusaha keras.  Di saat yang lain asik chatting atau browsing (biarpun sudah sering dikecam boss besar tapi ternyata nggak ngaruh tuh), do’i tekun menyalin flowchart dari prosedur, membuat catatan kaki, dan rajin nanya-nanya sama auditor lain.  Yang ternyata auditor lain itu nggak lain dan nggak bukan adalah irma …


 


Hih, nasib.  Sekarang irma serasa jadi induk bebek yang diikutin anaknya minta diajarin berenang.   Tapi yah sudahlah, lagipula irma juga enjoy kok ngajarin orang lain.  Yang namanya ilmu kan untuk dibagi-bagi, bukan disimpan sendiri.  Nah tuh kan, dia datang lagi, ‘Bu, macem mana ‘ni Bu ?  Tolong lah terangkan.  Mau muntah aku …’     hang on sweety, mom is on the way.  she’s coming, she’s coming …


 


 

Sayang anak, bukan sayang istri

Waktu itu yah satu hari di bulan puasa menjelang lebaran tahun kemarin.  Wahyudi ajak irma ke Ragunan buat hunting foto.  Biasanya irma maleeesss banget ngikutin dia hunting.  Karena kalau udah asik ngintip dari balik kamera gitu udah deh irma digarink-in sampai kayak kerupuk.  Garinkkk … pisan.  Tapi karena kali itu huntingnya ke Ragunan irma mau aja ikut.  Irma kan penggemar hewan.  Hmm, kapan yah Wahyudi ngajak hunting foto ke Taman Safari ??


 


Sampai di kandang burung.  Ada burung yang terbang-terbang, suara kepakan sayapnya kayak suara helikopter.  Gubug gubug gubug gubug gubug, kira-kira gitu bunyinya.  Di situ tertulis namanya burung Julang, bahasa Inggrisnya Hornbill.  Tapi seingat irma ada juga yang sebut itu burung Rangkong.


 


‘Burung Rangkong jantan tuh salah satu contoh suami yang sayang istri dalam dunia hewan,’ kata irma, ingat kata-kata guru Biologi waktu SMA.  Kening Wahyudi berkerut seolah-olah mikir, ‘Kenapa ?’  ‘Burung Rangkong jantan dan betina sama-sama menyiapkan sarang di dalam batang pohon.  Lalu yang betina masuk ke dalamnya dan bertelur.  Si jantan akan menutup lubang sarang itu hingga hanya paruh si betina aja yang kelihatan dari luar.  Tiap hari dia kasih makan si betina.  Ketika telur menetas, si betina akan keluar dari sarang dengan badan berisi dan bulu-bulu cantik seperti diminyakin.  Sedangkan si jantan kurus kering dan kuyu kecapekan cari makan siang dan malam,’ irma menjelaskan.


 


Ternyata Wahyudi nggak setuju.  ‘Itu namanya sayang anak.  Bukan sayang istri,’ katanya.  Lho kenapa ?  ‘Ya dia cari makan sebenarnya kan biar yang betina bisa mengerami telur lalu menetas jadi anak.  Sebenarnya nggak ada kepentingan dia untuk kasih makan si betina, kalau nggak ada telurnya,’ kata Wahyudi lagi.


 


Oh gitu ya ??  Kok jadi ingat para auditor cowok di kantor irma ?  Bapak-bapak itu, nggak ada satupun yang memajang foto istrinya di meja kantor.  Yang dipajang pasti foto anak(-anak)nya.  Beda banget dengan para auditor cewek.  Ibu-ibu itu pada majang foto keluarga, jadi ada foto suaminya, foto anaknya, ada juga yang majang foto anjingnya (yang ini boss bule cewek.  emang nyeleneh kalau dia sih).  Pernah sih ada satu bapak auditor yang majang foto istrinya.  Tapi sejak dia abisssss dicela-cela sama teman-temannya – dikata-katain takut istrilah makanya fotonya sampai dipajang gitu di sebelah monitor - foto itu kemudian ditutupin post-in jadwal audit.  Ih, sedih banget.


 


Karena kelakuan cuma majang foto anak gitu seorang teman pernah berkomentar kalau cowok-cowok di kantor irma tuh para bapak yang baik tapi belum tentu suami yang baik.  Huehehehehehe … jadi ingat irma pernah juga beberapa kali lihat profile para contact irma di multiply.  Baru ngeh juga contact yang cowok seringnya majang foto anak-anaknya tapi nggak ada yang posting foto istrinya.  Yah masih bagus juga sih mereka nulis statusnya ‘Marrried’ dan bukannya ‘Available’, hehehehehe …


 


hm, jadi sebenarnya yang disebut sayang istri tuh kayak gimana ??


 


 

Saturday, March 3, 2007

Kevin of Montreal

emang, gw ada tampang mbak-mbak yang kerja di mall ya ??


Seperti biasa hari Minggu pagi irma makan di Teras Bubba.  Ini nama satu tempat makan dekat tempat kost.  Minggu pagi nongkrong di sana sambil baca koran.  Dan juga lihat ikan berenang-renang di kolam sebelah meja kesukaan irma.  Asik deh.


Kecuali tadi pagi.  Karena irma ditongkrongin sama Kevin, cowok asal Montreal, Canada yang katanya lagi nunggu temannya.  Irma tuh paling susah nolak orang yang bertanya sama irma.  Awalnya dia pinjam koran yang irma baca.  Just a moment, katanya.  Tapi trus kok malah irma jadi kayak disetrap yah, disuruh nungguin dia selesai baca ??  Abis gitu dia minta no telpon.  Karena katanya dia suka ngobrol sama irma.  You are a nice girl, dia bilang (gombaaaallll ....... !!!).  Trus abis gitu dia bilang minggu depan dia mau telpon irma dan ngajak makan, di mana pun irma suka.  irma langsung buru-buru cabut dari Teras Bubba.  Tapi sebelumnya dia nanya irma kerja di mana.  Are you working on the mall, tanyanya.  Oh my God, kata irma dalam hati.  Minggu depan kalau ke Teras Bubba lagi baiknya irma ngintip dulu ada nggak si Kevin itu.  Mungkin juga baiknya bawa teman atau lebih bagus lagi kalau bawa bodyguard.


wait, wait, wait, ... tadi dia bilang dia mau ngajak makan di mana pun irma suka ??  tapi dia nggak bilang cuma  irma kan ??!  berarti boleh dong irma bawa rombongan.  guys ........ ada yang mo ikutan makan gratisssss ????


 

dear rose ...

 


Tak bisa kah kau bertanya akan hal lain ? Tentang buku ku, misalnya. Atau tentang keponakanku yang sudah pandai membuat resume buku padahal usianya belum juga genap 11 tahun. Selain, ‘Kapan kau menikah ?’




Aku capek Rose. Capek dikejar pertanyaan itu sejak tiga, oh bukan empat tahun yang lalu. Aku tidak tau mana yang lebih buruk, ditanya, ‘Kenapa kau belum punya kawan (dekat) ?’, atau ‘ Kenapa kau tak kunjung menikah ?’ Rasanya kondisiku di matamu tak pernah ada yang benar. Jomblo, salah. Udah punya pacar, masih salah juga.




Kenapa Rose, kau selalu menanyakan hal itu ? Jawabannya tak dapat aku temukan di satu literatur pun. Kenapa kau - dan juga mereka – sering kali menjudge aku lah yang menunda ? Tak pernah kah terlintas dalam benakmu, ada hal-hal yang tak bisa aku kendalikan. Aku sedih Rose, kenapa selalu aku yang kau salahkan.




Baiklah Rose, kalau kau ingin tau yang sebenarnya sini aku ceritakan. Dengarlah apa yang kukatakan dan please, jangan kau sela sebelum aku usai.




Aku bertemu Dee tahun 2003. Aku menyukainya, Rose. Ia baik. Memang ia tidak alim-alim amat. Tapi ia konsisten melaksanakan rukun Islam kedua, ketiga, dan keempat (artinya keluarga kita tidak akan ada masalah dengannya. aku ingat kegemparan yang terjadi saat anakmu memutuskan untuk menikah dengan pria yang berlainan keyakinan. tapi … yah begitulah cinta). Yang kelima baru tercantum dalam daftar cita-citanya. Ia juga serius dengan ku. Sejak awal kita jalan bareng ia bilang begitu. Dengan kata lain, ia ingin menikah denganku.




Aku senang sejak awal ia sudah punya tujuan. Tidak seperti lelaki lain yang mendekatiku hanya sekedar untuk teman jalan bareng atau hang out. Aku bukan tipe orang yang suka nongkrong di café atau music room. Bagiku kegiatan yang menyenangkan untuk bersantai adalah ke toko buku, nonton di bioskop, atau olahraga kesukaanku yaitu renang dan bersepeda. Untuk melakukan semua itu aku tidak perlu teman jalan.




Dee tidak mundur meski aku cerita tentang ibuku, yang tiba-tiba membenci pacar anaknya karena berkata, ‘Ibu, saya dan irma mau menikah. Kapan kira-kira orang tua saya bisa datang dan ketemu Ibu ?’ Dulu ibuku begitu baik sama Ari. Tapi ketika Ari bilang kepadanya seperti itu sikap ia langsung berubah 180o. Bahkan Ari ke rumah pun tak lagi disapanya. Ia tidak katakan apa alasannya tapi sejak itu tiap kali aku bertanya kapan aku boleh menikah ia hanya menjawab, ‘Pokoknya bukan sekarang !’ Setelah itu mulutnya terkatup rapat. End of discussion.




Ari memutuskan untuk pergi. Kadang aku pikir ia pergi karena capek menghadapi sikap ibuku yang nggak jelas. Tapi lebih sering lagi aku berpikir kalau seandainya aku lebih keras berusaha untuk ‘membuka’ hati ibuku untuk Ari, mungkin ia tak akan pergi. Seandainya saja aku lebih mendukung ia dalam usahanya mendekati ibuku, mungkin ia yang di sini bersamaku. Tapi sudahlah. Itu sudah lewat. Delapan tahun yang lalu.




Pengalaman antara Ari dan ibuku membuatku lebih hati-hati dalam menghadapi beliau. Aku berhati-hati saat bercerita tentang Dee. Aku juga bercerita tentang keinginan Dee untuk menikah denganku tapi aku tegaskan bahwa aku tak akan melangkah tanpa restunya. Aku katakan bahwa aku tidak terburu-buru dan aku ingin ibuku mengenal Dee lebih dalam. Dee pun berhati-hati menghadapi ibuku. Saat pertemuan pertama mereka aku bisa rasakan aku begitu tegang dan was-was. Thanks God, semua berjalan baik. Ibuku bisa menerima Dee dengan baik. Hingga hari ini.




Dan bahkan ibuku yang bercerita kepada Mamak – kakak lelaki ibuku, orang yang paling dituakan di keluarga besar kami – tentang Dee dan rencana kami berdua. Tapi ternyata ketika ibuku bermaksud mengenalkan Dee kepada abangnya seperti yang Mamak pinta, tiba-tiba Dee yang mundur. ‘Aku belum siap. Aku ragu-ragu. Kamu tau, kalau aku salah menentukan langkah sekarang, seumur hidup aku akan menyesal,’ katanya setelah aku desak bertanya kenapa ia mundur.




Aku merasa hatiku patah. Aku tidak menyangka ternyata ia masih meragu. Sejak itu aku tak mau lagi membicarakan masa depan dengannya. Hingga suatu hari di tahun 2005 Dee berkata bahwa orang tuanya ingin bertemu dengan ibuku. Di rumah ibuku di Bandung. Rencananya pada tanggal 5 Desember. Pontang-panting aku siapkan segalanya. Ibuku pun sudah menghubungi saudara-saudaranya untuk temani ia saat keluarga Dee datang ; Mamak, Minto, dan kau Rose, adiknya. Aku minta tolong kakakku untuk membantu ibuku menyiapkan rumah karena aku harus bertugas ke Philippine.




Aku senang sekali ketika itu. Tugas audit di Phils jadi terasa begitu menyenangkan bagiku. ‘His parents are coming to see mine !’ ceritaku pada Karen, temanku di sana. ‘Oh great ! You’re getting married soon !’ ia melompat-lompat dan bertepuk tangan, ‘Maybe next year ?’ ‘I hope so !’ seruku. Tapi berita yang kudapat saat Dee menjemputku di bandara membuat lututku lemas hingga aku terduduk di troli pengangkut bagasi. Orangtua Dee tidak jadi ke Bandung. Adiknya sakit. Untuk kedua kalinya aku kecewa.




Setiap kali Dee membatalkan rencananya membawa orang tuanya menemui ibuku, ia tidak pernah memberitahu kapan rencana berikutnya. Aku mengubur impian akan masa depanku bersama Dee. Mungkin aku tidak akan menikah dengannya. Mungkin aku dan dia hanya sekedar teman jalan. Lebih baik aku nikmati saja saat aku masih bisa bersamanya, sekarang. Kita tidak tau apa yang akan terjadi besok. Dengan demikian aku jadi lebih santai. Meskipun pertanyaanmu – dan juga mereka – membuatku senewen. Jadi jangan salahkan kalau aku tidak pernah mau datang ke acara keluarga. Aku tidak mau ditanya-tanya lagi Rose. Apapun jawabanku, selalu aku yang salah di mata kalian.




Rose, kau pernah bertanya kepada Dee kenapa ia – seperti yang kau sering bilang – tak kunjung mengambil langkah maju. Aku ingat kau tanyakan itu tahun lalu di malam sepulang kita dari resepsi pernikahan anak bungsumu seharga puluhan juta (puluhan juta Rose ! puluhan juta ! dengan uang segitu aku bisa bayar DP rumah kecil yang aku idam-idamkan sejak SMP). Kau dengar sendiri jawaban Dee, ‘… saya dengan irma sudah tidak ada masalah lagi. Kami cocok satu sama lain. Saya hanya tidak ingin irma kesulitan nanti. Saya masih mencari-cari tempat yang nyaman untuk kami tinggal setelah menikah …’ Kau dengar sendiri Rose ? ia tidak ingin aku kesulitan. Hati dan air mataku meleleh dengar kata-katanya.




Kemudian kau pun ber blaaa bla blahhh nasehatin bahwa dulu waktu kau baru menikah tinggal di rumah orang tua, terus kontrakan, baru kemudian tinggal di rumah sendiri. Bahwa yang penting nikah dulu aja terus urusan uang bisa nanti belakangan. Sorry Rose, kami bukan seperti itu (dan kami juga bukan seperti anak-anakmu yang bela-belain berutang demi resepsi seharga rumah sederhana di pinggir Jakarta). Kami tidak ingin menyusahkan orang lain. Dee dan aku sudah pernah merasakan nggak enaknya tinggal menumpang. Makanya aku bersikeras untuk kost sejak pertama kali aku kerja.




Tahukah kau Rose, tahun lalu sekali lagi Dee bermaksud membawa orang tuanya ke Bandung untuk menemui ibuku. Aku tidak memberitahu ibuku, bahkan kakakku yang selama ini menjadi tempatku curhat juga tidak kukasih tau (sejak kejadian 5 Desember 2005 itu aku bilang pada Dee kalau nanti ia mau pertemukan orangtuanya dengan ibuku, harus dia sendiri yang bilang kepada ibuku).  Dalam hati aku berkata, paling nanti nggak jadi lagi .  Dan ternyata perasaanku benar. Orang tua Dee tidak jadi ke Bandung. Karena beberapa malam sebelumnya abangnya Dee bermimpi aneh. Tiga malam berturut-turut ia mimpi menerima pakaian pengantin dari Dee.  Seseorang menyimpulkan sesuatu yang buruk akan terjadi sehingga baiknya Dee dan keluarganya tidak pergi-pergi jauh dulu. Termasuk ke Bandung menemui ibuku.   Pada hari rencananya mereka ke Bandung terjadilah gempa di Yogya.  Bencana alam yang tak terduga karena saat itu orang-orang justru bersiap menghadapi 'batuk-batuk' Merapi yang kian intensif.




Nah Rose, masihkah kau menyalahkan aku ? Masihkah kau bilang aku yang menunda ? Tak dapatkah kau biarkan aku bersenang-senang dengan kehadiran Dee di sampingku, saat ini ? Dia begitu baik Rose. Sikapnya manis pada semua orang, bahkan kepada orang tua pun ia begitu santun. Aku tau kau jatuh hati akan budi pekertinya saat pertama kali bertemu. Aku tidak yakin calon mantu mu dulu memegangi tanganmu ketika kau turun dari mobil.




Selain sikapnya yang – pinjam istilah kakakku – maju mundur alias plin plan atau lama memutuskan, aku melihat tidak ada yang salah pada dirinya. Dia perhatian padaku. Kecuali saat ia tenggelam dalam hobi fotografinya. Saat itu yang ada di benaknya hanya lensa, diafragma, speed, dan oh entah apa lagi aku tak tau. Menyebalkan ! Bila ia memegang kamera lebih baik aku menyingkir dari hadapannya daripada sakit hati karena terabaikan. Tapi di luar itu, ia baik padaku. Ia temani aku di rumah sakit. Dua kali dalam setahun ini. Ia temani aku jalan-jalan, jauuuuhhhh hingga ke Banda Neira di Maluku sana. Dan ia selalu datang ke tempat kost ku di malam Minggu meskipun berulang kali aku bilang kita bukan lagi pasangan anak SMA yang wajib apel tiap malam Minggu. Maksudku kalau ia lelah setelah terpaksa kerja lembur di hari Sabtu lebih baik ia beristirahat saja, kita bisa ketemu dan jalan-jalan hari Minggu pagi.




Aku bisa cerita lebih banyak lagi tentang dia, tentang kegemarannya yang sama denganku yaitu membaca, tapi aku tau kau pasti bosan karena aku selalu bercerita tentang dia tiap kali kita ketemu. Intinya aku hanya ingin kau tau Rose, bahwa aku merasa begitu nyaman bersamanya. Yah, meskipun beberapa kali ia buat aku kecewa. Kadang ia buat aku melambung tinggiiiiiiiii dengan pembicaraan yang mengarah ke masa depan kami (aku senang sekali ketika ia ajak aku mencari rumah). Tapi kemudian ia membantingku dari ketinggian karena tidak berikan kepastian kapan itu akan terwujud (mungkin sekarang ia sudah lupa akan rumah yang kami pilih). Meskipun demikian, itu bukan alasan yang cukup kuat untuk aku meninggalkannya. Kenapa aku harus pergi ? Kami klop dan nyambung satu sama lain. Maka tak bisakah kau biarkan kami menikmati kebersamaan ini tanpa dikejar-kejar pertanyaanmu yang menyebalkan itu ? Ibuku saja tidak pernah mempermasalahkan kapan aku akan menikah. Umur bukan masalah baginya. Begitu juga Dee. Demikian pula aku. Bukankah kau pun melahirkan di usia 41, Rose ? Padahal ketika itu teknologi kedokteran belum maju seperti sekarang.




Mungkin memang belum saatnya. Seperti yang sering mereka katakan kepadaku, kalau memang ia jodohku maka jalanku bersamanya akan dimudahkanNya. Bila saatnya tiba maka itupun akan terasa begitu indah. Everything happens with a reason, kata temanku Ela saat aku terpuruk atas kejadian 5 Desember 2005.


Link


Aku punya waktu tak terbatas sebanyak yang Tuhan beri padaku. Aku ingin mengisinya akan hal yang tak akan aku sesali kemudian. Sudahlah Rose, pertanyaanmu hanya membuatku sebal dan uring-uringan. Lagipula untuk apa buru-buru menikah kalau kemudian buru-buru juga bercerai (I’m talking about your son, who got divorced in his fourth year of marriage). Ok ?? Mari kita berbicara hal yang lain. Ngomong-ngomong, kau masak apa tadi ? Aku lapar sekali …


 


 


The hardest thing I’ve ever done is keep believing


there’s someone in this crazy world for me


the way that people come and go thru temporary lives


my chance could come and I might never know




I used to say ‘No promises, let’s keep it simple’


but freedom only helps you say good-bye


It took a while for me to learn


that nothin’ comes for free


the price I’ve paid is high enough for me




I know I need to be in love


I know I’ve wasted too much time


I know I ask perfection of a quite imperfect world


and fool enough to think that’s what I’ll find




so here I am with pockets full of good intentions


but none of them will comfort me tonight


I’m wide awake at four a.m.


without a friend in sight


Hanging on a hope but I’m alright




(‘I Need to be in Love’ – the Carpenters)