Wednesday, February 28, 2007

masih adakah tempat yang aman untuk menyeberang, di Jakarta ??

Tiap kali pulang kantor selalu irma turun dari Metro Mini di pertigaan Pejaten Raya – Pasar Minggu.  Para kondektur selalu bilang daerah itu ‘Apotek !  Apotek !’  Padahal di sana nggak ada apotik.  Yang ada toko obat (ummm… apa bedanya ya ?? ).


 


Nyeberang jalan di pertigaan itu susaaaahhh banget.  Padahal di sana ada zebra cross, yang konon katanya  merupakan tempat buat pejalan kaki untuk menyeberang.  Seharusnya kendaraan melambatkan jalannya saat melewati zebra cross.  Tapiiii … kendaraan yang menuju Pasar Minggu tuh jalaaaannn terus nggak berhenti-henti.  Memang untuk mereka tidak diberlakukan lampu merah.  Tapi please deh, kasih kesempatan pejalan kaki buat menyeberang.  Jangan melaju melulu.  Apalagi motor tuh.  Nggak ada tenggang rasanya untuk sebentar aja berhenti dan biarkan pejalan kaki nyebrang.  Padahal kita udah dadah-dadah kasih tanda mau nyebrang.  Yang ada mereka terusss aja suing suing suing melajukan motornya kencang-kencang.  Andaipun kita bersikukuh untuk menyeberang, biasanya mereka akan mengerem dengan terpaksa sambil nyumpah-nyumpah.  Kalau Kapten Haddock yang memaki di dalam komik Tintin kita sih masih bisa ketawa.  Tapi kalau yang memaki para pengendara motor ini, sumpah deh nggak ada lucu-lucunya !


 


Makanya irma sebel banget sama pengendara motor.  Hmm, yah nggak semua pengendara motor kurang ajar gitu sih.  Ada juga yang baik.  Tapi itu jaraaaaang banget irma temui.  Mungkin cuma beberapa ppm (ppm = part per million, satu per satu juta).  Selebihnya pada bikin ngeri.  Apalagi gerakan mereka seringkali tidak terduga.  Kayak bajaj aja.  Cuma Tuhan dan pengendaranya yang tau dia mau belok kiri atau kanan …


 


Jadi kita harus menyeberang di mana ?  Zebra cross sudah tidak berarti lagi.  Nggak dianggap L  Ada sih jembatan penyeberangan.  Tapi tempatnya serem, gelap dan sepi gitu.  Jadi ingat kejadian teman yang pernah ditodong dan dirampok di atas jembatan penyeberangan.  Hiiii … takut !  Atau kalau nggak sepi, jembatan itu rame dipakai pedagang kaki lima jualan.  Sebenarnya masih bisa sih dilewati pejalan kaki, cuma musti kudu ekstra hati-hati karena di arena senggol-senggolan begitu biasanya banyak copet berkeliaran mencari mangsa.


 


hhh … masih adakah tempat yang aman untuk menyeberang, di Jakarta ??


 


 

Monday, February 26, 2007

di manakah Banda ??

Asiiiikkk.  Kerjaan udah habis.  Jadi irma bisa lanjut nulis cerita jalan-jalan akhir tahun kemarin.  Waktu lagi ngetik gitu seorang teman lewat di belakang irma dan lihat foto Benteng Nassau di layar laptop.


 


‘Di mana tuh Bu ?’


‘Benteng Nassau.’


‘Benteng Nassau itu di mana ?’


‘Banda Neira.’


‘Banda Neira itu di mana ?’


‘Kepulauan Banda.’


‘Di mana tuh ?’


 


Gubrakkkk.  Lha yang nanya kan Yoel Sahusilawane, orang Ambon, kok ya nggak tauuu … Banda itu kan bagian dari Maluku ??  Hehehe, tapi emang nggak semua orang Indonesia kenal negerinya.  irma sendiri kalau nggak ke sana mungkin nggak akan pernah tau.  Beruntung banget ya irma, en kasihan sekali si Yoel …


 


 


 


 

Alangkah sulitnya bersikap ramah

Tadi pagi waktu sampai kantor di meja irma duduk external auditor yang, ouch menyebalkan !  Sejak kejadian tidak menyenangkan dalam satu audit bersamanya irma selalu nolak audit bareng dia.  Bahkan kalau dia datang ke kantor pun irma selalu menghindar.  Males banget ketemu dia.  Tapi pagi ini irma nggak bisa mengelak.


 


Jadi dengan muka tertekuk – tapi nggak sampai pecah seribu – irma taruh tas di meja.  Abis gitu … kabuurrrrr ke pantry buat bikin teh manis panas dan ngendon di sana sampai external audit itu pergi.  Setelah itu baru balik ke meja dan duduk manis depan laptop.


 


ih, padahal hari ini aku pake kain batik dan baju semi kebaya.  wajah cemberut gini jadi nggak manis lagi deh penampilanku  …..  L


 

Abang Kiddie


Udah baca ringkasan cerita dari buku ‘Golden Compass’ ?

Link 

Itu yang bikin Abang Kiddie, keponakan irma di Bandung, anaknya Bu Isna yang paling besar. Nama sebenarnya Adrian Nanditya. Tapi waktu orangtuanya belum dapat ide kasih dia nama apa, maka waktu baru lahir untuk sementara Bu Isna menamakannya Kiddie. Keterusan sampai sekarang kita selalu panggil dia Kiddie. Padahal sebenarnya Kiddie tuh nama kucing irma, Kiddie Kidot Ki Dot Dot.




Sejak melek huruf Abang Kiddie suka sekali membaca. Kalau udah asik baca dia bisa cuek sama sekitarnya. Seperti waktu dia dan neneknya jemput irma di stasiun Bandung. Waktu udah nyaman duduk di angkot irma kasih Abang Kiddie buku ‘Pangeran Pencuri’. Langsung buku itu dibacanya. Helm merah yang semula dia pegang, dia pake biar kedua tangannya bisa enak megang buku. Huehehehe, baru kali itu irma lihat orang baca buku pake helm. Padahal helm itu irma kasih buat dia main sepatu roda.




Melihat ibunya sering sewa buku dari taman bacaan, Abang Kiddie jadi punya ide untuk menyewakan buku. Koleksi bukunya lumayan banyak. Sekali waktu lagi pulang ke rumah Mama di Bandung, irma baca satu bukunya. Selesai baca irma didatangi sama Adik Diella, adiknya Abang Kiddie. ‘Tante tadi baca bukunya Abang ya ? Tante harus bayar. Harga sewanya sepuluh persen harga buku. Buku itu harganya …’ Adik Diella membolak-balik kertas berisi daftar buku, ‘… dua belas ribu. Jadi Tante harus bayar seribu dua ratus.’ Haa, masa’ sih tante irma harus bayar juga ?? Lha yang beliin ‘tu buku kan tante irma ?? ‘Iya, tapi itu kan sekarang udah jadi buku Abang. Tante tetap harus bayar sewanya !’ keukeuh Adik Diella nagih. Tangannya teracung menanti irma kasih uang sewa. Sejak itu irma selalu baca duluan kalau kasih buku buat Abang Kiddie. Daripada kena tagih Adik Diella.  Pikir-pikir keponakan satu itu pantas juga jadi debt collector. Abis gigih banget kalau nagih.




Bu Isna bilang, sejak bisa pakai aplikasi excell Abang Kiddie bikin database koleksi bukunya. Dia juga bikin semacam pembukuan sederhana untuk mencatat pendapatannya dari sewa buku. ‘Eh tapi Ibu jadi tau penghasilan Abang ya ?? Ibu nggak boleh minta,’ gitu dia bilang waktu Bu Isna memergoki dia mengisi pembukuannya itu. Hihihihi Bu Isna jadi gondok tapi ya mau bilang apa.




Dengar cerita Bu Isna itu irma jadi tertarik pengen punya database koleksi buku juga. ‘Bu, tanyain ke Abang dong, mau nggak dia bikinin database bukunya tante irma yang di Bandung ? Nanti aku beliin dia buku,’ kata irma waktu nelpon Bu Isna. Gampang kalau minta tolong Abang Kiddie sih. Diupahin buku aja. Lagipula itu kan untuk modal dia usaha juga. Buat melengkapi taman bacaannya. Tapi untuk ulang tahunnnya di bulan Mei nanti irma nggak akan kasih dia buku. Irma mau beliin Abang Kiddie sepatu. Kasihan dia, sepatunya dibuang oleh adiknya waktu mereka ribut berantem. Jadi sekarang kalau sekolah Abang Kiddie pake sepatu Bu Isna. Kebetulan ukuran kaki dia udah hampir menyamai kaki ibunya. Dan sepatu ibunya itu juga sepatu sport, nggak masalah kalau dia pake. Cuma … sepatu itu warnanya PINK ! Iiih, nggak oke banget deh ! Masa’ anak cowok pake pinky pinky !







Golden Compass - summarized by Adrian Nanditya

Ini ringkasan cerita yang dibuat oleh Adrian Nanditya, keponakan irma yang bulan Mei 2007 nanti berumur 11 tahun.  Waktu itu irma beliin buku ini dengan syarat dia harus bikin summary atau ringkasan ceritanya.  Jadi irma yang nggak sempat baca bukunya juga bisa tau ceritanya, sedikit ...


 


Golden Compass


Lyra diberikan alethiometer dari Master Akademi Oxford untuk diberikan kepada Lod Asriel sebelum meninggalkan Akademi, mengikuti Mrs. Coulter yang belakangan ini Lyra ketahui sebagai ibunya. Master Akademi Oxford berkata bahwa selama perjalanan mencari Lord Asriel, Lyra boleh menggunakannya. Karena belakangan ini sahabatnya, Roger, diculik, ia memutuskan untuk mencarinya juga.


Setelah dibantu oleh para gipsi, Lyra akhirnya bias sedikit memahami alethiometer tersebut. Karena alethiometer itu dapat menunjukkan kebenaran, Lyra bertanya kepada alethiometer, Dimanakah paman dan sahabatnya? Dan alethiometer menjawab, Mereka ada di Utara. Lalu Lyra bertanya lagi, Apa mereka bersama-sama? Tempat sahabatmu lebih dekat.


Lalu Lyra meminta bantuan kepada para gipsi. Para gipsi setuju asalkan Lyra, Pantalaimon (nama daemon Lyra) dengan alethiometernya membantu mereka menemukan anak bangsa mereka yang hilang. Dan selama bersama para gipsi, Lyra mengetahui bahwa sebenarnya Mrs. Coulter adalah ibunya, dan Lord Asriel adalah ayah tirinya.


Dlam perjalanan menuju ke Utara, kapal para gipsi disinggahi oleh seorang aeronaut yang bernama Lee Scoresby. Mr. Scoresby adalah penerbang balon yang sangat handal. Agar perjalanan ke Utara lebih lancar, mereka mengambilkan baju besi beruang Iorek Brynison dengan balasan selalu mengawal kelompok Lyra dalam perjalanannya mencari sahabat dan ayah tirinya. Lalu, salah seorang gipsi meminta tolong salah seorang penyihir yang bernama Serafina Pekkala untuk melindungi kapal dan balon orang gipsi, selama daemonnya, Kaisa mencari informasi di Utara.


Lalu, suatu saat kapal gipsi tersesat di perairan dekat daratan yang berkabut. Saat mereka memutuskan untuk mendarat, sederet panah menancap di sisi kapal. Lyra hendak keluar, tapi Lyra disuruh oleh Lord Faa (pemimpin gipsi) diam di dalam kapal. Lyra memanggil Iorek, tapi Iorek sedang berburu di laut tak berkabut. Lyra mencari Lee Scoresby, tapi ia sudah menyelamatkan diri bersama orang gipsi yang lain, yang sayangnya melupakan Lyra. Lyra mencari ke langit, berharap menemukan Kaisa atau Serafina, tapi mereka bertempur dari atas membantu para gipsi yang bertempur di bawah.


Lyra ditangkap dan dimasukkan ke semacam panti asuhan yang akhirnya, Lyra bertemu dengan Roger. Saat itu Lyra merencanakan hendak kabur, tetyapi ternyata Lyra melihat ibunya, yaitu Mrs. Coulter yang berkunjung ke sana. Walaupun begitu, Ltra tidak tertangkap olehnya dan berhasil kabur.


Karena anak- anak gipsi sudah terselamatkan, mereka membalas budi dengan memberikan persiapan yang cukup untuk melanjutkan perjalanan ke Utara.


Lyra melanjutkan perjalanan bersama Lee Scoresby, Serafina Pekkala, Roger, dan Iorek Brynison.


Lalu, di dalam badai, balon Mr. Scoresby terjatuh ke karang yang curam. Dalam jatuh itu, Lyra terlempar berpuluhan meter. Ia dan Pantalaimon ditangkap oleh Beruang di Kutub Utara ke Kerajaan mereka.


Di sana, Lyra dan Pantalaimon bertemu dengan Iofur Raknison, Raja Beruang saat itu. Lyra bertanya pada alethiometer,Dimanakah Iorek dan Roger? Alethiometer menjawab, Mereka sedang dalam 3 hari perjalanan ke sini. Iapun merasa lega. Tapi, sebelum Iorek sempat menginjakkan kakinya di istana ini, dia pasti sudah mati! Batin Lyra.


Akhirnya Lyra berkata pada Iofur bahwa dirinya adalah daemon Iorek. Ia berkata bahwa ia tahu segalanya. Lalu Iorek bertanya, Siapa makhluk yang pertama kali kubunuh? Lyrapun bertanya hal yang sama pada alethiometer, dan alethiometer menjawab, Ayahnya.Lalu , Lyra berkata sama pada Iofur. Lyra mengatakan bahwa sebelum mendapatkanku, habisi dulu Iorek Brynison!


Iorek dan Iofurpun bertarung dan Iofur berakhir dengan kepala yang putus dan jantung di perut Iorek. Karena kemenangannya, Iorek diangkat menjadi Raja Beruang yang baru.


Ternyata Lord Asriel dikurung di dalam ruangan bawah tanah bersama Throlord, pelayan setianya. Esonya Lord Asriel menculik Roger dan merobek langit dengan menggunakan Roger sebagai korban, lalu pergi ke dunia lain bersama Mrs. Coulter. Lyrapun hanya bias mengikuti…




Akhir Buku Pertama



Friday, February 23, 2007

Passion of writing

Huahahahahahahaha ……… gw tau ada senior manager di kantor gw yang diam-diam suka baca multiply gw.  Tp gw nggak nyangka kalau gara-gara itu sekarang tiap kali gw akses multiply, akses gw dipantau ama IT buat dilaporkan ke manajemen.  Napa sih, iseng bener ?!  Padahal gw akses multiply cuma pas jam istirahat aja, atau kalau gw udah selesai kerja atau sebelumnya.  Intinya delapan jam kerja gw di kantor emang gw beneran kerja.  Akses internet saat kerja dilakukan untuk cari informasi atau data berhubungan client buat kepentingan audit.  Lagian, bukan cuma gw yang suka akses internet.  Lagi jam istirahat tuh, bederet auditor duduk manis depan laptop buat akses internet demi kepentingan pribadi.  Mulai dari baca news sampai info lowongan kerja.  Atau pas para boss nggak di kantor, rame juga tuh yang main on-line games.


 


Ok deh, gw tau pemakaian asset kantor untuk keperluan pribadi itu sebenarnya nggak boleh.  Kalau gitu, mari kita berhitung.  Berapa jam kelebihan kerja gw nggak dibayar overtime ?  Berapa banyak waktu gue dihabiskan malam hari bahkan weekend buat bikin report, biar status sertifikat client tetap terjaga ?  En Pak, you know tiga tahun gaji gw nggak naik, nggak dapat bonus.  Jadi sori sori aja kalau selama ini akses internet tuh gw anggap aja sebagai kompensasi atas overtime gw.  Hiks hik, karyawan normal tuh kerja 40 jam seminggu.  Kerja auditor di sini bisa 12 jam sehari 6 hari seminggu belum dihitung traveling time.


 


Baiklah Pak, you’re the boss here.  I’m just your slave engineer.  Whatever you say, I can not do anything.  As they always say, the boss is always right.  You can do anything Pak ; terbitin SP, potong gaji gw, cabut akses internet di komputer gw.  Tapi Pak, you can never ever stop my passion of writing.


 


Lho, apa hubungannya nulis sama multiply ya ??


 


 

Thursday, February 22, 2007

luar negeri vs dalam negeri

one should travel out of his country at least once


 


 


irma lagi baca ‘Travelers’ Tale , Belok Kanan : Barcelona !’ karangan Adhitya Mulya, Alaya Setya, Iman Hidajat, dan Ninit Yunita.  Seperti yang dikatakan Wimar Witoelar dalam kata pengantarnya, di dalam buku ini disebutkan begitu banyak nama tempat.  Yah, namanya juga Travelers’ Tale, kisah para pengelana.  Tapi dalam buku ini jelajahan para pengelana tersebut di luar Indonesia semua.  Mungkin pengaruh dari pengalaman keempat penulisnya yang lumayan sering keluar negri.  Bahkan pernah juga tinggal di negeri orang.


 


Waktu kecil irma pengeeeen banget keluar negeri.  Di benak irma, luar negeri tuh hebat.  Apalagi kalau lihat di film-film.  Keren.  Semua orang cas cis cus bahasa Inggris.  Makanya waktu SMP irma rajin banget belajar bahasa Inggris.  Sampai dibela-belain potong uang jajan biar bisa ikutan kursus.  Nggak sia-sia kok.  Waktu irma lulus SMP, nilai bahasa Inggris di rapor, STTB dan NEM semuanya 10.  Horeeee ………


 


Selesai kuliah irma kerja di perusahaan Jepang.  Sempat disuruh ke Jepang untuk training.  Itulah pertama kalinya irma keluar negri.  Jangan bayangkan irma dikirim ke Tokyo, Yokohama, atau kota-kota besar lainnya di Jepang.  Pabrik tempat pelatihan itu di Yonezawa, desa tempat shooting ‘Oshin’.  Pernah nonton film itu ??


 


Oh senangnya, akhirnya cita-cita irma keluar negeri kesampaian J  Di antara 42 orang yang dikirim training itu, ada satu orang yang udah sering keluar negeri.  Dia anak seorang pengusaha.  Berlibur keluar negeri udah biasa dia jalani sejak kecil.  Lima benua sudah pernah ia datangi.  Tiap negara di Eropa sudah dikunjunginya, termasuk negara-negara Eropa Timur pecahan Uni Sovyet. 


 


Irma memandang teman yang satu itu dengan kagum.  Duh hebat euy udah keliling dunia, gitu kata irma kepadanya.  Bagus ya.  Biasa aja, teman itu bilang.  Lebih bagus Indonesia.  Alamnya jauh lebih cantik.  Satu-satunya tempat di luar negeri yang saya sukai cuma Mekah.  Di Baiturrahman saya merasa begitu kecil dan tak berarti.  Ke sana selalu saya ingin kembali.


 


Kata-kata teman itu buat irma terhenyak.  Ia sudah melihat banyak negara dan tempat.  Tapi bagi dia tetap Indonesia yang paling bagus.  Beda banget dengan kebanyakan orang yang seringkali sinis mengomentari Indonesia, membandingkan dengan negara lain, tapi sebenarnya belum pernah sekalipun meninggalkan Indonesia.  Hanya katanya, kata itu, menurut buku ini, lihat di televisi, baca di koran. 


 


Sejak itu irma merevisi keinginan irma untuk keliling dunia menjadi keliling Indonesia.  Jadi malu sama diri sendiri kalau tidak bisa bercerita tentang negeri sendiri.  Masa’ cuma tau ibukota Indonesia adalah Jakarta, tanpa tau lebih jauh di sana ada apa aja.  Orang luar negeri datang ke sini untuk mempelajari budaya dan sejarah Indonesia.  Kita malah terpukau dengan negeri orang.  Miris rasanya melihat teman yang hapal pelosok negeri Jerman sampai ke blusuk-blusuknya, tapi dia nggak tau Makale itu nama kota di Sulawesi Selatan.


 


One should travel out of his country at least once.  Itu kata-kata yang irma peroleh waktu SMP dari buku ketrampilan tangan membuat patchwork.  Ketika itu irma mengartikan country sebagai negara.  Out of his country, artinya keluar negeri.  Tapi country juga bisa berarti desa, kampung, atau tanah kelahiran.  Jadi tidak harus keluar negeri kan ?  Jalan-jalan ke kampung sebelah juga berarti out of his country J


 


 


… ada tiga belas ribu enam ratus pulau di Indonesia, waktu seumur hidupku belum tentu cukup untuk menyusuri garis pantainya yang merupakan garis pantai terpanjang di dunia …


 


 


 


 


 


 

aku ngetop !!!

‘Mbak, ke mana aja ??’ seru tukang nasi uduk di Pancoran tadi pagi waktu irma melintas depan gerobaknya.  Karena buru-buru ke kantor irma nggak sempat jawab.  Cuma tersenyum dan lambaikan tangan.  Dia balas senyum dan dadah-dadah juga.


 


Kemarin irma mulai ngantor lagi.  Petugas parkir menyapa irma waktu masuk halaman gedung, ‘Mbak, sepedanya mana ?  Udah lama nggak kelihatan.’  Irma cuma senyum dan mengangguk kecil.  Um, dia nggak tau sih kalau irma harus cuti bersepeda.  Lagi L  Laba-laba di kamar irma jadi senang bisa perpanjang kontrakannya, bersarang di roda sepeda irma.


 


Buka inbox imel.  Waow, ada dua ribu imel yang masuk sejak hari terakhir irma masuk kantor.  Beberapa teman yang suka baca multiply nya irma ngirim imel nanyain kabar.  ‘Irma, gimana kabarnya ?  Udah sembuh ?  Kangen nih, udah lama nggak baca tulisanmu,’ ada yang nulis gitu.  Jadi ingat waktu irma terbaring di rumah sakit abis operasi, ada teman yang telpon dan bilang, ‘Irma, ke mana aja ?  Kok udah lama nggak posting ?’


 


Duh, senangnya.  Ternyata aku cukup berarti.  Terbukti ada yang kehilangan waktu irma menghilang dari peredaran.  Hehehe  J


 


‘Bu, laporan audit tanggal 21-22 Desember mana ?  Kok lama sekali.  Saya tau ibu baru sembuh dari sakit.  Tapi bisa kan duduk dan bikin laporan ??  Jangan chatting aja !’


 


Arggggghhhh …….. itu boss gue !  Yang paling rajin ngomel-ngomelin auditor kalau kelamaan nggak kasih laporan, nggak peduli apapun alasannya.  Hiks.   Ok Sir, I’m coming. 


 


Welcome back to the real life ir, being a slave engineer … hiks


 


 


   


 


 


 

Terobsesi Nidji

Sadarkan aaaku Tuhan


dia bukan milikku


biarkan waktu,


waktu hapus aku …


(‘Hapus aku’ – Nidji)


 


 


Ini lagu yang irma dengar ketika menunggu Wahyudi jawab telpon.  Gini deh yang lagi suka sama Nidji, nada sambung pribadi nya pun diganti sama lagunya Nidji.  ‘Abis enak sih,’ katanya.  Sekali waktu irma pergoki dia nyanyi-nyanyi lagu ini, sambil melompat-lompat seperti anak kecil.  Heee … kangen ngeband lagi ya  J


 


‘Ir, aku pengen rambutku dibikin kayak gini.  Menurut kamu gimana ?’ tanyanya sambil nunjukin foto vokalis Nidji di satu kolom Kompas Minggu.  Arggghhh … gubrakkksss !!!  Suka lagunya sih iya.  Tapi irma nggak ngira dia bakalan segitu terobsesinya.  Kebayang nggak sama kalian kalau Wahyudi berambut kribo kriwil kayak vokalisnya Nidji ???


 


 

Wednesday, February 21, 2007

Ketika cinta telah hilang

Seorang rekan kerja irma sedang menjalani proses cerai.  Berkali-kali dia bolak-balik dipanggil sidang pengadilan agama.  Yang bikin irma heran, belum juga hakim mengetuk palu mengesahkan perceraiannya, dia sudah sibuk mencari istri baru.  Alasannya, dia perlu seseorang untuk mengurus dirinya.  Lagipula calon mantan istrinya juga sudah mempunyai calon suami baru.  Halah !


 


Sekali waktu dia datang ke kantor siang hari dengan wajah kusut.  Rupanya ia baru menghadiri sidang di pagi harinya.  Kali itu yang dibahas mengenai pembagian harta gono-gini.  Belum ada kata sepakat antara kedua belah pihak.  Yang diperebutkan adalah mobil.  Komentar irma, ‘Ya jual aja mobilnya.  Uangnya dibagi dua.  Beres kan ?’


 


‘Nggak segampang itu ir,’ kata rekan tersebut.  Lalu mengalirlah dari mulutnya keluh kesah mengenai sang istri.  Tercengang-cengang irma mendengarnya.  Astaga, bagaimana bisa ia menilai istrinya seburuk itu ??  Apakah selama lima belas tahun pernikahan mereka, tidak ada satupun kebaikan dari sang istri yang membekas di hatinya ??  Ketika dia sakit dan kehilangan pekerjaan, bukankah istrinya yang menyokong dia ??  Ke mana cinta dan rasa sayang itu ??  Hilang ??


 


Hmm, kadang irma bingung, bagaimana bisa dua orang yang memutuskan untuk bersatu, kemudian memutuskan untuk berpisah ?  Apalagi mereka telah lama arungi hidup bersama.  Lima belas tahun.  Bukan waktu yang singkat untuk mengenal seseorang begitu dekat.


 


Yaah … tapi seperti yang sering dibilang sama teman-teman irma yang lebih bijak, ‘Mungkin memang bukan jodohnya.’  Kalau begitu, bagaimana kita bisa tau bahwa orang yang kita pilih adalah jodoh kita ? 


 


 

Masakannya Mama

Pada saat kita sakit entah mengapa tiba-tiba begitu banyak orang di sekitar kita ngasih tau pantangan macam-macam.  Jangan makan telur.  Jangan makan ayam broiler.  Jangan makan tahu, tempe, dan produk olahan kedelai lainnya.  Jangan makan di situ, katanya di sana banyak pake penyedap masakan.  Jangan makan ini, ada pengawetnya.  Jadi aku makan apa dong ??  Kok ngasih tau pantangannya melulu ?  Kasih makanannya kek, jangan cuma ngomong doang, hehehe … (huh, maunya !)


 


Bingung mau makan apa, akhirnya back to basic aja.  Masakannya Mama.  Memang paling enak makanan rumahan.  Meskipun tiap kali mau makan selalu diawali ritual ribut protes tentang masakan.  Ma, kalau masak udang kulitnya dikupas dulu dong.  Ini kan jadi kulitnya nyangkut di tenggorokan, bikin perih.  Ma, kok bayamnya pake wortel sih ??  Kan lebih enak pake jagung.  Ya Mama kok masak ayam opor ?  irma kan nggak makan masakan bersantan.  Aah, tempenya kok digoreng kering ?  Pake teri dan kacang lagi.  Perut irma kan langsung error kalau makan kacang.  Yah Ma, kok ikannya kepala semua ?  irma kan sukanya ekor.  Dan masih banyak lagi protes dari irma.


 


Sekali waktu mungkin karena kesal diprotes mulu, Mama bilang, ‘Neng, di laut itu ikan nggak ada yang ekornya aja.  Pasti punya kepala.  Lagian tinggal makan aja kok ya protes mulu !’  Hih, jadi malu.  Udah syukur dimasakin, ini kok ya malah protes macem-macem.  Padahal kalau disuruh masak sendiri juga pasti nggak bisa. 


 


Ah, jadi kangen ikan kembung goreng kering yang biasa Mama bikinin.  Makan pake kecap, kerupuk, nasi anget, duh enaknya …


 


 


 

Wednesday, February 14, 2007

putus kontak

tapi kini dia menghilang


tanpa tau entah di mana


diary ku, aku merindukannya


Pujaanku, engkau ada di mana …


(‘Dear Diary’ – Ratu)


 


 


Pernah nggak panik karena orang yang kita sayangi nggak bisa kita hubungi ??  Itu yang irma alami di hari terakhir irma dirawat di rumah sakit.  Setelah dokter katakan irma boleh pulang sore nanti, irma langsung kasih tau Wahyudi biar dia jemput irma.  Jam setengah tiga Wahyudi sms kasih tau kalau dia baru meninggalkan pabrik.  Wahyudi juga kasih tau nomor taksi beserta nama pengemudinya.


 


Jam tiga irma telpon Wahyudi, kasih tau untuk jemput Mama di Kalibata sebelum ke rumah sakit.  Tapi telponnya nggak diangkat mulu.  Selalu Tante Veronica yang jawab, ‘Anda terhubung dengan nomor nol-delapan-satu-dua-…’  L


 


Di ke mana sih ?  Selama setengah jam terus-terusan irma telpon ke handphonenya, tetap aja nggak diangkat.  Panik mulai menyerang irma.  Duh, jangan-jangan kenapa-kenapa.  Akhir-akhir ini perampokan di taksi mulai marak lagi.  Atau … jangan-jangan kena banjir ??  Lihat berita di tv tentang banjir di Jakarta beberapa hari lalu, ada taksi yang hanyut terbawa aliran deras ketika nekat melewati genangan air.  Untung pengemudi dan penumpangnya berhasil diselamatkan.  Apa kayak gitu juga yang terjadi sama Di ??


 


‘Halooo ??’ akhirnya Wahyudi jawab juga.  Haaa … di mana sih ??  Kok telpon irma nggak dijawab-jawab ??!  Dengan suara ngantuk Wahyudi menjawab, ‘Maaf, aku tadi tidur.  Handphone di tas.  Silent mode.  Nggak tau kamu telpon.’


 


Arggggghhhhhhhhhh ……………………… gubrakkkss !! irma jatoh.  Untungnya masih di atas tempat tidur.  Sambil nggeletak di tempat tidur irma ngomel-ngomel sama Di karena kesal telpon irma lama nggak dijawab.  Sampai panik dan terpikir yang seram-seram. 


 


‘Udah deh ir, nggak usah ngomel-ngomel gitu.  Ntar aku tidur lagi lho !’ Wahyudi bilang.  Grrrrrr ….. sebel !!  Nggak bisa ngomel lagi.  Ya udah, gigit bantal aja.  Anggap aja lagi ngasah gigi, seperti doggy gigit-gigit tulang.  krauk krauk krauk, hiks …  L


 


 


 

Biarkan dia pergi

Waktu irma masih SMA kelas 1, Mama punya warung jualan keperluan sehari-hari.  Satu ketika irma ke sana untuk gantiin Mama jaga warung.  Mama sedang ngobrol dengan seorang pembeli yang biasa belanja ke warung Mama. 


 


‘Kasihan ibu itu,’ kata Mama sewaktu pelanggan itu pergi.


‘Kenapa ?’ tanya irma.


‘Anaknya yang paling besar baru aja abis operasi.  Ada kelainan di indung telurnya.  Rahimnya harus diangkat.  Jadi anaknya yang itu nggak bisa punya anak.  Dokter tanya apa dia masih punya anak perempuan lagi.  Karena kalau ada, harus diperiksa apakah ada kelainan juga.’


 


Irma kira anak yang dioperasi itu udah besar.  Ternyata dia masih duduk di bangku SMP !  Mungkin dia sendiri belum paham akibat dari pengangkatan satu set organ reproduksinya itu.


 


Irma tercenung dengar cerita Mama.  Besok-besoknya irma cari tahu tentang organ reproduksi perempuan dan penyakit-penyakit yang bisa dialaminya.  Baca buku dan membolak-balik majalah Mama, cari artikel tentang kesehatan reproduksi perempuan.  Dari Teteh irma tau bahwa kalau satu indung telur diangkat, kemungkinan perempuan untuk hamil berkurang jadi sekitar 50%.  Sebagai mahasiswi Farmasi Teteh juga belajar anatomi tubuh manusia.


 


Apa rasanya kalau seorang perempuan dikasih tau bahwa dia mungkin tidak bisa mempunyai anak yang dikandungnya sendiri ?  Itu tanya irma dalam hati setelah mendengar penjelasan Teteh.  Ketika itu sama sekali tidak terbayang dalam benak irma bahwa kelak irma sendiri akan merasakannya.


 


Setelah hari Rabu kemarin menjalani USG di Divisi Fetomaternal RSCM, tadi pagi irma kembali konsultasi lagi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.  Berdasarkan hasil USG itu dokter bilang ovarium kanan irma harus diangkat.  Kista itu begitu besar, jauh lebih besar dari ovariumnya.  Jadi tidak dapat diketahui lagi sel jaringan mana yang masih sehat.  Dokter juga bilang jika ternyata nanti dari hasil analisa jaringan diketahui kista itu jenis yang ganas dan menyebar, maka seluruh organ reproduksi – rahim beserta ovarium – juga kelenjar getah bening dan limfa harus diangkat.  Mendengar penjelasan dokter itu, irma masih merasa datar dan biasa aja.  Dalam hati irma cuma bilang, ya udah kalau memang harus begitu ya jalani aja.  Tapi Teteh yang duduk di sebelah irma nyaris berurai air mata. 


 


Keluar dari ruang periksa irma telpon Bu Isna untuk kasih tau Senin nanti irma operasi dan irma ketawa-ketawa becanda dengannya, Teteh malah jadi stress dan berjalan hilir mudik depan irma.  Irma bilang ke Bu Isna kalau Teteh lagi jadi setrikaan, dari tadi bolak-balik mulu.  Lalu irma sampaikan ke Teteh komentarnya Bu Isna, ‘… Teh kalau mau nyetrika mending di sini aja (maksudnya di rumah Mama di Bandung), banyak jemuran yang belum disetrika …’  Teteh jadi sebel dan merengut.  Abis gitu irma kasihin handphone ke Teteh lalu dia ngomel-ngomel sama Bu Isna, ‘Gimana sih ?  Orang mau operasi (besar) kalian malah ketawa-ketawa ?!  Aku yang stress, tau !’  Teteh sebel gitu irma sama Bu Isna malah makin menjadi cekikikannya.


 


‘Turut berduka ya ir.. smoga dkau tabah, sabar & bs mengikhlaskan smuanya,’ gitu sms Bu Isna yang irma terima waktu balik ke tempat kost.  Ketika itu baru irma merasa sedih.  Begitu sedihnya sampai menangis.  Tapi sedih pun nggak bisa menyelesaikan masalah ya.  irma sedih, sakit itu tetap ada.  Jadi irma berusaha berpikiran positif dan menghibur diri.  irma hapus air mata lalu berkata pada diri sendiri,


“… ada satu dari bagian tubuhku yang (akan) diambil.  Tapi aku masih punya yang lainnya.  Mataku masih bisa melihat.  Aku bisa membaca dan memandang.  Tanganku masih bisa menulis.  Aku bisa mengingat.  Telingaku bisa mendengar.  Hidungku pun masih bisa membedakan aroma, meski seringkali tersumbat pilek.  Aku masih bisa berjalan.  Pulih pasca operasi nanti aku akan pergi jalan-jalan.  Elaaaaaaaaaaaa ………., jadi kan kita ngelencer ke Solo ?  Juga Padang dan Sawahlunto.   Pulangnya aku bikin catatan perjalanan lagi.  Dan ketika tubuhku telah benar-benar kuat, aku akan kembali bersepeda …”   


 


Let it go


I have to let it go


hope something good come to me afterwards


but if it’s not coming at all,


I know God still with me, loving me


and that’s the best blessing God give me


 


 


 


Pancoran Mas Depok, 2 Februari 2007


Setelah seharian wira-wiri ngurusin persiapan bedah laparatomi – salfingo oovarektomi dextra : telpon asuransi, daftar kamar operasi, tes laboratorium, janji konsultasi dokter anestesi, dan administrasi pendaftaran rawat inap


 


 

Thursday, February 1, 2007

Allahu Akbar, dengan sepeda ia pergi ke Tanah Suci

 dikutip dari milis B2W Indonesia ...

 

"Mahmud…Pergilah, tunaikan haji" ucap seorang ibu. Mahmud, sang anak, bertanya, "bagaimana caranya bu?" Ibunya menjawab, "Kamu punya sepeda. Allah akan menyertaimu…"

Itulah cuplikan dialog singkat yang melatarbelakangi seorang warga Chechnya bernama Dozaner Mahmud Ali (63) pergi ke tanah suci dengan sepeda.

Dialog ini terjadi di dalam mimpi, tapi inilah awal kisah Mahmud menempuh jarak 12 ribu km, dan melewati tak kurang 13 negara hingga akhirnya sampai ke Makkah.

Mahmud yang sudah berumur itu tampaknya tidak peduli dengan panjangnya jarak dan sarana transportasi yang ia miliki, asal sampai ke tanah suci. Cita-citanya hanya satu, mewujudkan mimpinya untuk bisa melihat langsung Ka'bah dan menunaikan rukun Islam yang kelima, berhaji ke Baitullah.

Mahmud tinggal di perkampungan Arus Martn, yang berdekatan dengan ibukota Chechnya, Grozni. Ia membanggakan perjalanan yang ia lakukan sejak 8 November 2006 dan memakan waktu 10 minggu. Ia menuangkan kisah perjalanannya pada sebuah harian Yordania, yang akan ia sampaikan juga kepada para penduduk dan tamu-tamu yang datang ke negaranya.

Menurut Mahmud kepada Kantor Berita Prancis (29/1), persiapan yang ia lakukan adalah dengan bersepeda ke sejumlah kota di Chechnya untuk mengetest jarak jauh yang akan ia tempuh nantinya. Ia juga melakukan reparasi sepedanya sendiri dengan peralatan yang ia bawa. Tidak lupa pula, ia membawa sejumlah serep ban sepeda sebanyak 6 buah dan membeli peta rinci tentang negara-negara yang akan ia lewati.

Mahmud menyebut sepedanya dengan istilah "kuda besi". Kendaraan itulah yang kemudian membawa Mahmud sampai ke Baitullah. Tentu saja, Mahmud memerlukan visa untuk bisa masuk ke Saudi. Untuk itu ia mendirikan kemah di depan Kantor Kedutaan Besar Saudi di negaranya untuk mengurus visa. Ia mengaku sempat ditolak oleh pengurus visa di Saudi.

"Tapi para karyawan konsulat terkejut dengan apa yang saya ceritakan, mereka mengira apa yang saya lakukan itu mustahil karena saya akan pergi ke Saudi dengan bersepeda, " ujar Mahmud.

Tidak tanggung-tanggung keseriusan Mahmud untuk tetap berangkat ke tanah suci. Setelah 18 hari ia berkemah di depan kedutaan, akhirnya pihak konsulat Saudi mengizinkannya memiliki visa.


Dipukul Tentara AS di Irak


Singkat cerita, Mahmud akhirnya sampai ke sisi selatan Iran dan memasuki Irak. Di negeri seribu satu malam ini, Mahmud mendapat kesulitan dan ancaman berbahaya. Ia berulangkali mendapat cercaan dan pukulan dari tentara AS. "Aku tidak bisa memperoleh visa untuk masuk Irak. Itulah yang menyebabkan aku ditolak oleh pasukan AS, dengan pukulan dan merusak sepedaku yang kemudian mereka buang di jalanan. Mereka menyebutku dengan
istilah "babi Rusia".

Mahmud terus berupaya menyampaikan bahwa dirinya bukanlah orang Rusia tapi seorang Muslim. "Tentara AS itu lalu mengambil paksa paspor saya dan menggambar tanda salib di sampulnya, " ujar Mahmud. Karena merasa tak mungkin masuk Irak, Mahmud kembali ke Iran dan mencoba mencari jalan lain melewati Georgia, melewati Armenia dan menuju Turki, Suriah lalu Yordania.

Akhirnya, ia pun menginjakkan kaki di Saudi Arabia untuk menunaikan haji. Mahmud bersyukur pada Allah atas pertolongan- Nya dalam perjalanan. Mahmud telah menempuh jarak 12 ribu kilometer, dari jarak yang seharusnya bisa ditempuh dengan 5 ribu kilometer. Di tanah suci, ia melepaskan keharuan dan kerinduannya kepada Baitullah.

"Aku sungguh-sungguh memohon ampunan kepada Allah swt untuk ibuku, keluargaku dan meminta kemerdekaan untuk Chechnya…. "

Kepada orang-orang yang mendatanginya, Mahmud bercerita bahwa keinginan kuatnya untuk pergi naik haji dengan bersepeda adalah karena mimpinya bertemu sang ibu yang memintanya untuk naik haji. Kini, Mahmud telah kembali ke Chechnya dan menghias sepeda bersejarahnya dengan moto pejuang Chechnya untuk merdeka dari Rusia. Allahu Akbar

 

... dengan sepeda kau bisa pergi ke mana saja ...  :D