Thursday, April 24, 2008

di Inacraft kemarin

 

‘… lha itu istri saya lagi milih-milih …’

 

Wahyudi menunjuk irma yang lagi asik ngebolak-balik kain batik yang dipajang waktu seorang penjaga stand membujuknya untuk membeli blus batik yang sekarang lagi ngetrend, ‘Pak, ayo dong Pak beli.  Buat istri Bapak.’  Haaa … istri ???!!  Hih, ngaku-ngaku.

 

Penjaga stand itu menoleh, merhatiin irma.  Sempat irma lihat raut mukanya tercengang.  Lalu tersipu-sipu dia bilang, ‘Oh, tadi saya kira putrinya.’

 

Huahahahahahahahahahaaaa …………… emang tampang irma ABG banget ya, atau tampangnya Wahyudi yang aki-aki ???  Wueheheheheheheee ….. nyesel kali tuh dia ngaku-ngaku jadi suami gadungan.

 

 

Sunday, April 20, 2008

kembang sang pengantin

 

Hari Sabtu kemarin irma nemenin Wahyudi ke resepsi pernikahannya Wulan dan Arie.  Wulan itu sepupunya Wahyudi.  Cantik sekali dia.  Berpakaian pengantin  adat Solo.  Wajahnya berseri-seri senang.  Siapa sangka malam sebelumnya dia tersiksa karena masuk angin.  Sampai harus kerokan.  Huahahahahahahahaaaa …… apa ya kata Arie kalau lihat punggung istrinya coreng moreng garis-garis merah ??

 

Pesta udah bubar.  irma ngobrol sama Wulan sambil menikmati hidangan untuk keluarga kedua mempelai.  Seorang cowok dari keluarganya Arie memberikan ucapan selamat.  Sekalian dia mau pamit pulang.  Sebelum beranjak pergi dia bilang gini ke Wulan, ‘Wulan, kamu cantik sekali deh.  Boleh minta bunganya nggak, biar ketularan ?’  Wulan terperangah.  Biasanya kan yang minta rangkaian kembang melati di sanggul mempelai perempuan tuh para gadis ya, biar ketularan cepat nikah (katanya).  Lha ini kok yang minta cowok ?  Lagipula dia kan udah berkeluarga.

 

Sadar Wulan bengong, cowok itu pun berkata, ‘Buat ini nih.’  Ia menunjuk bayi perempuan yang terlelap dalam pelukannya.  Wuahahahahahahahahaaa …… Wulan pun terkikik-kikik.  Ia lalu membungkuk.  Jari si bayi ia pegangkan ke rangkaian melati yang menjuntai dari sanggulnya.  ‘Curi nih, curi,’ katanya.  Sementara si bayi tetap tidur lelap. 

 

‘Makasih ya,’ cowok tadi lalu pulang.  irma dan Wulan masih ketawa geli.  Hialaaaaaaaa …… anaknya masih kecil gitu kok ya udah dimintain kembang sang pengantin.  Jalan aja belum bisa.  Jangan-jangan, doi tadi main mata sama bayi cowok di sebelah.  Babies’ talk kali ya.  Hihiiihihiii ……

 

 

dari manakah asal kata sepeda ?

 

… dikutip dari milis B2W Indonesia, postingan tanggal 31 December 2006 oleh Taufiq Hidayat …

 

Dari "Velocipede" hingga "Pit"

Bicara tentang sepeda kerap membuat kita berpikir tentang asal-usul nama yang diberikan oleh bangsa yang mengklaim sebagai penemunya. Jerman boleh bangga memiliki Baron Karl Drais, dengan draissienne- nya, tetapi kosakata Perancis velocipede-lah yang lebih populer untuk menyebut leluhur sepeda modern.

 

Columbia Encyclopedia menyebutkan bahwa kereta angin ini telah dikenal sejak awal abad ke-18. Dan, selama bertahun-tahun velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk pada hasil rancang bangun kendaraan beroda dua yang digerakkan tenaga manusia, dengan variannya yang beroda tiga dan empat.

 

Usut punya usut, velocipede berhubungan erat dengan dua kata dalam bahasa Latin, velox atau turunannya veloc- (cepat, laju) dan pes atau pedis (kaki). Dua kata ini cukup klop dengan tujuan sepeda, membantu penunggangnya bergerak lebih cepat menggunakan pedal yang digerakkan kaki.

 

Zaman berganti, dan Perancis tetap memakai kata velo untuk sepeda hingga sekarang. Bangsa Inggris lebih suka menyebutnya bicycle, merujuk pada struktur kata tricycle yang digunakan untuk menamai velocipede beroda tiga. Kata ini diadopsi habis oleh bangsa jiran yang menyebutnya sebagai "basikal".

 

Konon, velocipede dibawa bangsa Portugis masuk Nusantara, dan dengan kreativitas hasil kolaborasi indera dengar dan ucap, lahirlah kata sepeda. Ketepatan asal-usulnya tentu menjadi otoritas pakar etimologi, tetapi tak bisa dimungkiri sepeda sangat populer sehingga beberapa suku bangsa memiliki cara sendiri untuk menyebutnya.

 

Orang Sunda memilih kata sapedah. Sebagian suku di Aceh menyebutnya keutangen atau keutanging, yang ternyata berasal dari pengucapan singkat kata keureta angen, atau kereta angin. Bahasa Jawa punya nama yang jauh lebih singkat: pit. Mudah diduga mereka mendapatkannya dari kata bahasa Belanda, fiets, yang artinya, ya sama, sepeda.

Cepat populer

Sepeda tak hanya menarik karena asal-usul namanya saja. Alat transportasi ini cepat populer dan mudah diterima pada masanya karena mampu mengakomodasi pengendara yang mengenakan rok, gaun, kain, atau sarung, meski kini penanda "jenis kelamin" sepeda tak lagi terlalu signifikan.

 

Selebaran bulanan Hiruk Pikuk, yang ditukangi sejumlah mahasiswa Yogyakarta pertengahan 1990-an, dalam edisi tentang sepeda menulis penanda kelamin primer ditentukan oleh "gelagar penghubung sistem rangka batang pada sadel dan setang". Adapun penanda sekundernya adalah, tentu saja, bangun fisik penunggangnya.

 

Karena itu, masyarakat Jawa mengenal istilah sepeda cowok, pit lanang, untuk sepeda dengan gelagar mendekati horizontal yang memaksa penggunanya memakai celana pendek atau panjang. Sebagai pasangannya ada pit wedhok, yang batang penghubungnya terpasang miring untuk menciptakan ruang gerak kayuh yang lebih leluasa.

 

Terlepas jenis kelamin sepedanya, pada umumnya orang memulai kegiatan bersepeda dengan cara yang sama. Duduk di sadel, tangan mencengkeram setang, satu kaki menjejak tanah, kaki lainnya di atas pedal, pedal dikayuh ke depan, dan sepeda pun melaju. Pada proses berhenti, penunggang menekan rem, dan satu kaki diturunkan untuk menjaga keseimbangan.

 

Namun, pada tingkat yang lebih mahir, penggunaan tenaga berlebihan untuk genjotan pertama dapat dikurangi.  Sang penunggang akan berdiri di samping sepeda, kaki kiri di atas pedal, kaki kanan menjejak tanah sambil mendorong hingga sepeda melaju. Setelah itu, kaki kanan dipindahkan ke pedal, sang pengguna dapat duduk, dan sepeda pun melaju bersama angin ....  (Sumber: KOMPAS)

 

note :  foto merupakan poster saat pameran di Departemen Perindustrian tahun 2007

 

 

Friday, April 18, 2008

korban reality show

 

Tadi malam Afifah – anaknya Mbak Sum, penjaga rumah kost – sedang kesal.  Marah-marah mulu dia.  Bahkan waktu ibunya mengingatkan ia untuk mengaji seusai sholat Maghrib, ia menjawab dengan kasar, ‘Ngapain ?  Afifah berdoa dari dulu tapi nggak pernah dikabulin sama Allah !’

 

Lho, kenapa ‘tu anak ??  Berikutnya terdengar suara tangis Afifah.  Di antara sedu sedannya irma dengar ia berkata, ‘Ibu sih, kenapa sih Ibu juga nggak pernah berdoa biar kita masuk TV ?  Afifah kan pengen masuk TV, Bu.  Kalau masuk TV, bakalan jadi seleb.  Kalau kita bilang kita dari keluarga yang nggak mampu, pasti orang-orang banyak kirim sms dan kita jadi pemenang.’

 

Halaaaaahhhh …… korban reality show ternyata !  Bahkan di benak anak kelas 2 SD pun telah terpatri bahwa kalau ikutan reality show bakalan jadi ngetop, jadi seleb, kalau mengiba-iba bisa dapat simpati dari dewan juri, sehingga para pemirsa akan berbondong-bondong mengirim sms untuk mendukungnya.  Lalu akhirnya, ‘Indonesia memilih ……’

 

Hah, sinetron, reality show, sama-sama dipenuhi drama nggak mutu.  Males banget lihatnya.  Beruntung irma nggak punya TV.  Kalau udah sampai rumah mendingan baca buku aja deh.  Atau tidur.  Biar besoknya bisa bangun pagi-pagi.  Trus gowes lagi.

 

Bapak-bapak, ibu-ibu, tolong anaknya di rumah kalau nonton didampingi ya.  Kasih pengertian bahwa yang di layar TV tuh, banyak yang nggak bener.  Kalau mau hidup enak, ya bukan jadi seleb.  Tapi berusaha dan bekerja.  Rezeki tuh nggak akan datang kalau nggak dikejar.  Sesuatu yang diperoleh dengan susah payah akan terasa lebih ‘manis’ dan berarti.  Sebaliknya, sesuatu yang mudah diperoleh biasanya mudah pula dia hilang atau habis.

 

 

 

 

Thursday, April 17, 2008

kok nggak ada sepeda ?

 

Mulai hari ini sampai hari Minggu tanggal 20 April 2008 nanti di Parkir Timur Senayan diselenggarakan GreenFest.  Acara yang diselenggarakan oleh beberapa perusahaan besar di Indonesia ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai upaya-upaya untuk menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.  Media massa turut menunjang upaya tersebut.  Salah satunya seperti yang dilakukan tim iklan salah satu surat kabar nasional dengan menghadirkan Inspirational Aksi Untuk Bumi sepanjang 4 halaman.

 

Namanya juga iklan ya, jadi beberapa pesan untuk peduli lingkungan tersebut disponsori oleh para pemilik produk.  Salah satunya adalah manufaktur mobil yang terkenal dengan jargonnya ‘The Power of Dreams’.  Yang salah satu jenis mobilnya dinamakan dengan satu jenis musik.  Ia memberikan kiat-kiat sepanjang seperempat halaman surat kabar.  Judulnya, ‘Stop Global Warming !  1001 Ways to Make the World a Better Place.’

 

irma baca satu persatu kiatnya.  Nggak sampai 1001 sih, ternyata cuma sekitar 100.  Beberapa udah sering irma dengar.  Shop with canvas bags instead of using paper and plastic bags.  Turn off electrical appliances when not in use.  Copy and print on both sides of paper.  Use recycled paper.  Buy recycled products.  Reuse packaging and shipping materials.  Take the stairs instead of using the elevator.  Plant a tree.  Stop wasting food.  Buy products that are labeled environmentally friendly.  Avoid buying food or products packaged in plastic or styrofoam containers.  Turn off your computer monitor at break times.  Turn off the engine while fuelling your car.  Buy a car that is more fuel-efficient and produces lower emissions.  Terselip di antara kiat-kiat itu, use hybrid car.  Tentunya dengan merk mobil buatannya.

 

Sampai habis kiat-kiatnya irma baca, nggak ada satupun ajakan untuk bersepeda atau jalan kaki.  Padahal pada kampanye-kampanye peduli lingkungan di luar negeri, justru ajakan untuk jalan kaki dan bersepeda adalah yang paling sering didengung-dengungkan.  Di sini …… kenapa masih pada gengsi ya ?

 

 

Using a bike for transportation will keep you healthy and happy.  It will also change the way you see the world.  Powered by breakfast rather than a three-dollar gallon of gas, you may come across a friend and have the chance to stop and chat for a minute before continuing on your separate ways.  Once you arrive, you’ll find a parking spot, oh, anywhere.

While you’ll be happy that you’ve been freed from automotive bondage, you may also notice just how much of your community has been engineered to conform to the needs of cars rather than people.  By using your bicycle as transportation, you are asserting a new vision of how the world can be.  No need for petitions, sign-waving, or calling on your leaders to do something about global warming.  On your bike, you’re already doing it.  (David de Rothschild, ‘The Global Warming Survival Handbook – 77 Essential Skill to Stop Climate Change, or Live Through It’, Live Earth, 2007, page 74 - 75)

 

 

Apakah Mel akan mengantar irma kondangan ?

 

‘… tanggal 19 nanti datang ya ke acaranya Wulan …’

 

Wadugh, hari Sabtu ini ya ?  irma udah janji mau ke Depok.  Ada Mama datang dari Bandung.  Dah janji juga perginya sama Mel.  Sejak ada Tom kan irma jarang pergi sama Mel.  Jadi kalau weekend selalu irma sempatkan jalan-jalan sama dia.  Ingat kata-kata seorang teman sesama B2Wer, ‘Kamu harus adil.  Sepeda itu mempunyai jiwa.’

 

Lagipula, Teteh pun mulai jatuh cinta sama Mel.  Hari Minggu lalu waktu irma ikutan pilkada Jabar di Depok, Teteh sempat nyobain jalan-jalan seputar rumahnya sama Mel.  Awalnya takut-takut karena merasa udah lamaaaaaaaaa sekali dia nggak naik sepeda.  Eh ternyata malah suka !  (hm, siapa sih yang nggak suka sepeda ??)  Lalu dia minta Mel ditinggal.  Biar bisa dia pake keliling komplek.  Rupanya senang sekali dia.  Apalagi waktu dia nyobain Mel itu anaknya yang kecil juga turut ngeluarin sepedanya yang roda empat lalu membuntuti.  ‘Aku kan perlu olahraga,’ alasannya.  Ya kalau gitu minta beliin sepeda sama Bapak dong, jangan sepeda irma yang diembat.  Akhirnya Teteh bilang, ‘Tante kalau ke sini pake sepeda lagi ya.’

 

Tapi Sabtu siang nanti Wahyudi minta irma datang ke kawinannya Wulan, sepupunya.  Sedangkan irma mau gowes ke Depok.  Harus hari Sabtu ke Depoknya karena hari Minggunya Mama ada arisan keluarga di Plumpang.  Lagipula hari Minggu kan irma mau lihat GreenFest di Parkir Timur Senayan, meski mungkin nggak bisa ikutan funbikenya.  Katanya pendaftaran funbike udah ditutup.  Ya sudahlah, lihat acara lainnya aja.  Kan ada edukasi tentang peduli lingkungan.  Dan usaha-usaha mencegah global warming.  Abis dari GreenFest nanti trus ke JCC, lihat Pameran Kain Adat Nusantara yang diadain Wastraprema.

 

Ummm …… gimana ya, gowes pagi-pagi ke Depok.  Trus jam sepuluh udah harus balik ke Pejaten.  Acaranya Wulan di Bea Cukai Rawamangun mulai jam satu siang.  Atau …… dari Depok langsung ke Rawamangun aja, sama Mel ?  Dooohhh …… apa kata orang tuanya Wahyudi nanti ya ???!

 

 

Wednesday, April 16, 2008

Tom

 

‘… kenalkan, ini Tom.  Adiknya Mel.  sepeda irma yang baru …’

 

Sebenarnya udah lama irma pengen punya sepeda lipat.  Bahasa kerennya ; folding bike.  Tapi selama ini irma nggak punya alasan untuk membelinya.  Nggak ada masalah apa-apa dengan Mel.  Hingga suatu hari building management gedung Menara Karya memberlakukan aturan sepeda harus diparkir di parkiran motor.  Tempat parkiran yang biasa irma (dan beberapa orang penyepeda di Menara Karya) pake nggak boleh lagi ditempati sepeda.

 

Masalahnya, di tempat parkiran motor itu nggak ada tempat untuk nyantolin rantai untuk mengunci sepeda.  Petugas Secure Parking hanya menyediakan tempat di salah satu sudut area parkir motor untuk kita menaruh sepeda.  Trus gimana dong, sepeda tuh kan mudah sekali diangkut-angkut.  Kalau ada yang ambil lalu masukin ke dalam mobil, udah deh hilang.

 

Nggak ada jaminan keamanan dari baik dari building management, petugas security, apalagi petugas Secure Parking.  Seperti yang tertulis pada e-mail dari building management saat sekretaris di kantor berbaik hati menanyakan tentang parkir sepeda, ‘… kami mohon agar segala sesuatu yang berhubungan dengan kendaraannya adalah menjadi tanggungjawab pemilik …’

 

Glek.  Meninggalkan Mel sendirian di parkiran basement tanpa jaminan keamanan ?  Yang ada hati irma malah kebat kebit, was was, nggak tenang, akhirnya nggak bisa kerja.  Sekali irma parkir Mel di sana, rasanya setiap saat irma ingin berlari ke basement.  Pastikan Mel aman tak apa-apa.  Kan nggak mungkin irma khawatir terus-terusan begitu.

 

Akhirnya irma putuskan untuk beli folding bike.  Karena irma ingin tetap bersepeda ke kantor.  Karena irma, begitu sayang sama Mel sehingga nggak mau ninggalin dia tanpa pengawasan.  Ada yang menyarankan cari ‘kost’ untuk menyimpan Mel selama irma kerja.  Tapi kan kalau audit irma bisa malam baru balik ke kantor.  Apa iya tempat kost nya mau dititipi sampai lebih dari jam kerja normal ?

 

Mending pake folding bike aja deh.  Kan bisa dilipet ringkes, ditenteng, lalu simpan di kantor.  Jadi kalau pun kemalaman pulang audit sehingga kantor udah terkunci saat irma balik, ya udah sepedanya nginep aja.  Besoknya waktu balik kerja dari kantor baru dibawa pulang.

 

Tapi nggak disangka, ternyata Wahyudi kurang setuju irma beli folding bike.  Menurut dia, nggak perlu.  Kita sempat berselisih paham.  Yang bikin irma sedih, dia nggak bisa memahami alasan irma untuk beli folding bike.  Dia nggak memahami rasa takut irma akan kehilangan Mel.  Akhirnya irma putuskan tetap membeli folding bike.  Meski dia nggak setuju.  Well, irma beli pake uang tabungan irma.  irma beli kan nggak ngerugiin dia.

 

irma lalu mencari-cari info tentang folding bike.  Kebanyakan teman-teman B2Wer pakai Dahon.  Ngggg …… tapi Dahon mahal.  Dan entah kenapa dari semua Dahon yang pernah irma lihat belum ada satupun yang kena di hati irma.  Eh, kecuali satu.  Yang irma lihat dipakai oleh seorang penyepedah waktu irma ngajak Wahyudi ke Formula Bike.  Warna merahnya keren sekali.  Tapi irma tau yang jenis itu harganya moaaahalllll buangett bangetttt L

 

Nirwana kasih tau kalau toko sepeda Yerikho pun jual sepeda lipat.  Buatan China.  Memang harganya lebih murah.  Bisa diup-grade lagi dari single speed jadi multi speed.  Tapi harus indent.  Dan berdasarkan review dari beberapa yang pernah pake, kok kayaknya agak-agak kurang menyakinkan.

 

Lalu teringat sekitar setahun yang lalu di toko sepeda Roda Link di Mall Artha Gading irma pernah lihat satu sepeda lipat keluaran Polygon.  Namanya Polygon Metro Folding Bike.  Warna silver.  Sejak awal melihatnya irma sudah jatuh hati.  Nggak tau kenapa.  Padahal dia single speed.  Mungkin ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama.

 

Coba telpon Roda Link Kelapa Gading, bagian sales di sana bilang Metro kosong.  Udah lama mereka nggak punya stock.  Ugh, padahal itu kan toko sepeda yang besar.  Setahu irma di sana ada begitu banyak pilihan sepeda.  Tapi mungkin folding bike nggak termasuk pilihan.  Akhirnya irma kirim e-mail ke website nya Roda Link, tanya di cabang mana irma bisa temukan Metro.

 

Sambil menunggu balasan e-mail irma coba hubungi toko sepeda lain.  Jawaban menggembirakan irma dapat dari Roda Link MAG.  Mereka punya Metro.  lalu irma bilang akan ke sana untuk melihatnya malam sepulang kerja.  Kemudian irma buka e-mail, eh ada jawaban dari store manager Roda Link MAG.  Dia bilang Metro tersedia di tokonya.  He eh, pas banget.

 

Hari itu Selasa tanggal 18 Maret 2008.  Bertepatan dengan ulang tahunnya Irv, sahabat irma di SMA.  Jam setengah lima sore irma pulang kerja.  Dari halte depan kantor naik busway ke Dukuh Atas.  Alhamdulillah, begitu naik langsung dapat tempat duduk.  Di halte Dukuh Atas ketika ngantri busway ke Pulogadung, ternyata ada busway koridor Ragunan – Halimun yang akan isi BBG ke Jl. Pemuda.  Jadi kita yang naik cuma sampai halte Sunan Giri bisa naik bus itu.  Alhamdulillah, dapat tempat duduk lagi.  Lalu saat turun di halte Sunan Giri irma juga langsung dapat taksi tarif lama untuk menuju MAG.

 

Tepat Maghrib sampai di MAG.  Langsung menuju toko Roda Link.  Seorang petugas menyambut ramah.  ‘Nggg … saya yang tadi telpon tanya tentang Metro,’ irma berkata.  ‘Ibu Irma ya ?’ rekannya menyapa dari belakang irma.  Rupanya dia yang membalas e-mail irma. 

 

Kiranya mereka sudah mempersiapkan Metro terlipat dalam tasnya.  Masih seperti dulu saat pertama kali irma melihatnya, pada Metro terdapat beberapa tulisan dalam aksara Kanji berbahasa Jepang.  Mengingatkan irma akan pertama kalinya bersepeda dalam hidup irma.  Iya, irma baru bisa naik sepeda saat tugas training di Jepang.  Saat itu usia irma 24 tahun.

 

Petugas yang tadi menyambut ajarkan irma cara merakit Metro.  Juga point-point penting yang harus irma perhatikan demi keselamatan.  Lalu ia persilakan irma mencoba.  Kebetulan di depan toko sepeda itu ada space cukup luas untuk bersepeda.  Wuiiiii …… Metro meluncur mulus.  Ringan banget.  Katanya berat dia sekitar 9 kg.

 

irma bereskan pembayaran.  Karena irma mau sholat Maghrib dan makan malam, jadi Metro irma titip dulu di sana.  Janji akan irma ambil lagi sekitar jam delapan malam.  Toko sepeda itu buka sampai jam sembilan malam.  ‘Silakan Bu, nanti saya bantu bawakan ke mobil,’ petugas tadi berkata.

 

irma sms Wahyudi, kasih tau irma udah dapat sepeda yang diinginkan.  Ternyata dia sedang menuju MAG untuk menemani irma beli sepeda.  ‘Tungguin ya, nanti kita pulang bareng,’ pintanya.  Nggak disangka, dia yang nggak setuju ternyata justru menemani.  Terima kasih ya.

 

Selesai sholat Maghrib, irma terpekur.  Kemudahan-kemudahan dalam mendapatkan Metro ini, seolah-olah pertanda bahwa memang ia untuk irma.  Mudah-mudahan kemudahan-kemudahan berikutnya pun irma dapati saat bersamanya.  Terutama kemudahan untuk membawanya ke kantor.  Terus terang, irma agak-agak khawatir dengan tanggapan building management atau petugas security yang mungkin terjadi.

 

Senin, 24 Maret 2008 irma mulai pakai Tom ke kantor.  Ya, Tom.  Itu nama yang irma berikan kepada Metro tadi.  Jadi kalau Angelina Jolie itu identik dengan Lara Croft Tomb Raider, kalau irma adalah Tom Rider, penunggang Tom.  Hahahaha.  Beberapa persiapan irma lakukan sebelum bike2work bersama Tom.  Mulai dari uji coba Tom dari rumah ke Kuningan lalu balik lagi ke rumah saat libur long week end, sampai membuat kantong pembungkus Tom untuk membawanya naik lift dan simpan di kantor.

 

Apa, kantong pembungkus ??  Ya, irma jahit sendiri kantong itu.  Bersama Mary Jane Singsing, mesin jahit irma.  Dari sisa bahan celana warna hijau botol.  Ujungnya diberi tali serut dan karet elastis.  Jadi setelah Tom masuk ke dalamnya, tali tersebut ditarik dan disimpul.  Memang tidak semua bagian dari Tom tertutup kantong.  Hanya tiga perempat bagian.  Tapi yang penting bagian-bagian yang biasanya kotor terkena basah dan tanah seperti kedua bannya tertutupi. 

 

Maksud irma bikin kantong itu adalah biar rapi.  Juga menunjukkan itikad baik kepada building management dan petugas security, bahwa meski sepeda itu irma bawa ke atas dan masuk ke dalam gedung, tapi nggak menimbulkan kotor.  Bahkan di lift dan sepanjang koridor pun nggak berani irma jejakkan ke lantai.  Tom baru menyentuh lantai saat irma simpan di ruang dokumen di kantor.

 

‘Hahahahaha, sepedanya dia angkut ke atas !’ tawa seorang petugas security yang irma kenal saat melihat irma menjinjing Tom menuju lift.  irma hanya tersenyum.  ‘Besok besok bawanya pake ransel Mbak !’ serunya lagi.  Hahahaha, boleh juga tuh.  Tapi kan punggung irma udah nggemblok ransel isi baju ganti dan beberapa perlengkapan personal lainnya.

 

Sejak irma pake Tom ke kantor, irma selalu jadi perhatian orang-orang di Menara Karya.  Para tukang ojek yang mangkal di samping gedung Menara Karya berbondong-bondong menghampiri saat lihat irma berhenti di bawah tangga jembatan penyeberangan untuk melipat Tom.  Mereka bertanya-tanya tentang sepeda lipat.  Mereka juga bantu irma memasukkan Tom ke dalam kantongnya.  Sejak itu tiap kali lihat irma melintas mendekati Menara Karya bersama Tom, mereka selalu berseru-seru memanggil.  irma balas dengan bunyikan belnya Tom.  Asiiikk …… irma jadi tambah teman.

 

Alhamdulillah, sampai sejauh ini irma belum temui kendala saat bersama Tom.  Meski sampai sekarang irma selalu deg-degan tiap kali petugas security melirik tajam saat lihat irma menjinjing Tom.  Takut ditegur.  Padahal sebenarnya irma kan nggak melakukan kesalahan apa-apa ya ??  Nggak tau kenapa, sejak petugas security mendatangi irma dan kasih tau irma nggak boleh lagi parkir sepeda di tempat biasa, irma takuuuuuuuttt sekali sama mereka.  Gimana ya, petugas keamanan tapi irma malah merasa nggak aman bersama mereka.

 

Mudah-mudahan, selalu tanggapan positif yang irma dan Tom terima.  Seperti yang selama ini kita alami.  Saat melipat dan merakit Tom di bawah tangga jembatan penyeberangan, beberapa kali irma didatangi orang yang bertanya-tanya tentang sepeda lipat.  Banyak yang terheran-heran melihatnya.  Tapi selalu di akhir percakapan mereka komentar, ‘Bagus ya Mbak, pake sepeda.  Non BBM.  Nggak macet.  Nggak bikin polusi.  Sehat, olah raga.’  Dan irma pun tersenyum pada mereka J

 

 

 

 

 

Mel mengantar irma memilih Gubernur Jabar

 

Sabtu pagi tanggal 12 April 2008 yang lalu irma telpon Mama.  Mama bilang hari Minggu 13 April 2008 kita semua dapat panggilan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar.  Lengkap tuh panggilannya, ada kartu pemilih dan surat resmi dari panitia.  TPS nya pas banget di depan rumah.  Di Taman Budaya.

 

‘Ok deh, lihat besok ya kalau irma bisa dapat tiket kereta bolak-balik, insya Allah irma ke Bandung,’ kata irma sebelum mengakhiri pembicaraan dengan Mama.  Berarti harus ke Stasiun Gambir ya.  Nyari tiket.  Meski udah ada tol Purbaleunyi dan banyak travel Jakarta – Bandung, tetap aja irma lebih suka naik kereta api. 

 

irma kirim sms ke Wahyudi.  Kasih tau besok irma mau ke Bandung.  Yudi mau ikut ?  Nggak berapa lama dia telpon, ‘Ya, nanti aku temenin.  Tolong beliin tiketnya ya.’  Dia lagi di jalan menuju pabrik.  Hiyaaa …… kasihan bener, Sabtu begini harus masuk kerja.  Ya udah, nanti sore kita janjian ketemu ya.  Setelah Yudi selesai urusan kerjanya dan irma beres beli tiket.

 

Trus irma sms Teteh, kasih tau kalau dia juga dapat panggilan pilkada Jabar di Bandung.  Jawabnya, ‘Dikau juga terdaftar di sini.  Mau ikutan milih ?’  Oh iya ya, kan irma punya KTP Depok.  Terdaftar di Kartu Keluarganya Teteh.  Nggg …… apa irma ikutan pilkadanya di Depok aja ?

 

Sms Wahyudi lagi.  Kasih tau irma juga terdaftar di TPS Depok.  Jadi gimana nih ?  Apa di Depok aja, biar ngirit ongkos.  Kan kalau ke Depok irma tinggal nggelinding aja pake sepeda.  Kalau ke Bandung kudu bayar ongkos kereta.  Balasannya Wahyudi, ‘Ya udah, nyoblos di Depok aja.  Lumayan ngirit duit.’ 

 

Jadi hari Minggu pagi itu irma meluncur bersama Mel menuju Jatijajar, Depok.  Rencananya berangkat pagi-pagi.  Tapi karena kesiangan bangun jadinya jam setengah sepuluh irma baru pergi.  Udah lumayan panas.  Tapi kan irma pake topi dan helm jadi terik matahari agak terhalang nggak langsung kena kepala. 

 

Keluar dari Jl. Jatipadang irma nggelungsur nurunin Jl. TB Simatupang.  Seneng banget meluncur bareng Mel gitu.  Sejak Mel nggak jadi kendaraan operasional ngantor lagi, irma jadi jarang pergi bareng dia.  Tapi tiap weekend irma usahakan jalan-jalan sama Mel.  Meski cuma seputar Pejaten tapi yang penting Mel tetap beraktifitas.  Nggak ngejogrog aja di sudut kamar.  Makanya irma seneng banget kalau ada acara funbike.  Atau ngelencer kayak gini.  Meski folding bike itu praktis (buat ngantor), tapi tetap MTB lebih nyaman.  Dan tangguh di segala medan J

 

Sampai di persimpangan TB Simatupang – Lenteng Agung.  Biasanya irma nyeberang di kolong, nuntun Mel melintasi pembatas jalan dan rel kereta api.  Tapi kali itu irma coba menaiki fly over.  Hm, kalau Wahyudi tiap hari bisa ngelewatin fly over Kranji, kenapa irma nggak ?  Tertantang nih.  irma pindahkan shifter ke gigi lebih kecil, pelan-pelan mendaki.  Horeee …… nggak ngosh-ngoshan sampai di atas J  irma sempat melihat-lihat ke arah Pasar Minggu dari puncak fly over sebelum kemudian meluncur menuruninya.

 

Nah berikutnya yang agak susah ngambil ke arah kanan untuk mutar balik di U-turn nih.  Mobil dan motor itu pada kenceng-kenceng banget jalannya.  Serem banget.  Apalagi motor L  Mereka tuh nggak mau melambat padahal irma udah kasih tanda mau ke arah kanan.  Whussssshhh …… mereka malah ngebut dari sisi kanan.  Bikin Mel agak oleng karena terpengaruh kecepatan mereka.  Mel aja oleng apalagi Tom.  Makanya kalau sama Tom irma selalu melipir di pinggir jalan.  Paling pinggiiiiirrrrr banget.

 

Pfff …… akhirnya berhasil juga nyeberang ke U-turn.  Setelah putar balik irma lalu masuk Jl. Nangka.  Kayaknya ini jalan bakalan tembus ke Lenteng Agung deh.  Jadi irma nggak ngelewatin SPBU yang ada Dunkin Donut nya di pojok jalan dekat kolong fly over tadi.  Agak harap-harap cemas juga saat nyusurin jalan itu.  Perasaan udah agak jauh kok ya belum ketemu juga jalan gedenya.  Sempat berpikir tuk balik lagi tapi nggak berapa lama irma dengar suara ‘Zingggg …… zinggggg ……’  Itu tandanya udah deket jalan besar tempat biasanya mobil dan motor melaju kencang bebas hambatan.  Nggak berapa lama irma muncul di dekat Stasiun Tanjung Barat.

 

Tanjung Barat, jadi ingat Ozzan.  Seorang B2Wer yang irma temui Kamis malam lalu saat pulang kantor.  Waktu itu irma lagi santai nggowes bareng Tom di Kuningan.  Sampai di Kuningan Timur baru ngeh di belakang kita ada seorang penyepedah membuntuti.  irma menoleh.  Dia menyapa.  Tau irma pulang ke Pejaten dia ngajak barengan.  Dia bilang dia ke arah Kebagusan.  Jadi kita sepeda beriring-iringan.  Waktu irma bilang irma akan belok masuk Warung Jati, dia bilang itu juga jalur dia biasa lewat.  Ia nunjukkin gang kecil yang nembus sampai ke Tegal Parang, rute alternatif dia untuk menghindari jalan raya.  ‘Kok nggak pernah ketemu ya ?’ ia heran.  He eh, mungkin karena irma jam pulangnya nggak tentu.  Kadang jam empat sore udah pulang, kadang jam sebelas malam baru balik.  Yang tetap cuma jam berangkatnya aja.  Jam enam pagi udah meluncur dari Pejaten.  Lebih enak nggowes pagi-pagi begitu.  Belum banyak kendaraan memenuhi jalan.

 

Lewat warungnya si Doel.  Lho, kok nggak ada tanda-tanda aktifitas jualan ?  Katanya dia buka mulai jam sembilan pagi.  Ini udah hampir jam sepuluh kok ya masih tutup.  Bukan cuma sekali ini irma pergoki kejadian ini.  Tadinya irma mau sarapan di sana.  Tapi karena Wahyudi juga pengen makan mie acehnya Doel, jadi irma urung mampir.  Nanti sore aja ke sananya bareng Wahyudi. 

 

Dulu waktu pertama kalinya nyepedah ke Depok , napas irma ngosh-ngoshan saat memasuki Jl. Margonda.  Tapi kali ini irma udah biasa.  irma malah sempat kring kring bunyiin belnya Mel saat melihat seorang penyepeda rehat di bawah pohon rindang di tepi Jl. Margonda.  Ia pakai jersey putih.  Mungkin abis ngetrek di hutan UI.  Ia mengacungkan jempol dan tersenyum membalas sapaan irma.

 

Dari Margonda irma belok masuk Jl. Juanda.  ‘Yippppppiiiiiiiiiiii …………… ‘irma berseru senang saat meluncur turun.  Akibatnya, seorang pejalan kaki yang sedang menyusuri trotoar menoleh.  Hehehe, aneh kali baginya.  Siang-siang panas gini ada yang nyepedah.  Hari itu cuaca memang cerah banget. 

 

Beruntung juga irma berangkat agak siang.  Karena pasar kaget sepanjang Jl. Juanda dekat komplek perumahan Pesona Estate udah mulai bubaran saat irma lewat.  Ingat dulu di waktu pertama kali lewat sana hari Minggu pagi, maceeeettt banget.  Orang-orang pada jalan-jalan lihatin barang jualan.  Yang jualan juga tumpah menuhin satu ruas jalan.  Dan nggak enaknya, macet itu terjadi di tanjakan.  Kan nggak enak banget kalau harus berhenti dan mulai nggowes lagi kalau lagi di tanjakan gitu L

 

Tapi tetep aja masih ada yang window shopping.  Sambil naik motor lagi !  Jadi dia jalan pelan di tengah-tengah, tapi pandangannya ke samping.  Nyebelin banget L  Nggak ngerasa apa kalau dia tuh bikin kagok orang lain ??!  Berapa kali irma coba menyalipnya dari kanan, tapi saat bersamaan motornya juga meleng ke kanan.  Sedangkan pandangannya tetap ke samping kiri.  Kan bahaya tuh, bisa bikin orang lain celaka.  Kalau mau lihat-lihat, ya turun sana dari motor !  Parkir motornya dengan benar lalu baru jalan kaki lihat-lihat.  Males banget sihh L

 

Lagi nunggu lampu hijau di pertigaan Jl. Juanda – Raya Bogor, di jalur seberang tampak dua orang penyepedah belok dari jalan Raya Bogor.  Seorang di antaranya tersenyum lebar dan acungkan jempol kepada irma.  irma balas dengan melambaikan tangan.  Senang rasanya disapanya sesama penyepedah begitu.  Tapi dalam hati irma bertanya-tanya, kok dia nggak pake helm sih ??

 

Masuk jalan Raya Bogor, huaaahhh adeeeeemmmmm rasanya nyepedah di bawah naungan pohon-pohon rindang.  Hei, ternyata jalan di depan Ramayana yang udah tutup itu udah bagus J  Terakhir lewat sana menjelang lebaran jalannya ancuuuurrr banget.  Kalau hujan bisa jadi kubangan kebo.  Kemarin pas lewat sana udah mulus aspalnya.

 

Pas jam sebelas siang sampai di rumah Teteh.  Kring kring kring, irma bunyikan belnya Mel.  Nggak ada yang keluar dari rumah.  irma coba buka pintu pagarnya.  Alamak, berat bangett seehhh ???  irma sampai harus memarkirkan Mel karena perlu kedua tangan untuk membuka pintu pagar.  Setelah berhasil buka pintu baru Teteh muncul dari dalam rumah.  Diiringi Adik May yang berseru, ‘Tante, kring kring kring kring ya ……’

 

irma parkir Mel di teras.  Biasanya irma sandarkan Mel ke tempat mainan anak-anak memanjat di TK sebelah rumah Teteh.  Tapi kayaknya di sana lagi rame.  Karena Mel nggak punya standar jadi irma taruh dia jungkir balik.  Teteh bilang, jadi kayak mesin pintal benang.  Setelah mengunci rantainya Mel baru irma masuk ke dalam rumah.

 

Baru juga irma duduk, Teteh menyorongkan teh kotak dingin.  Asiiiikkk …… dapat minum.  Memang haus banget setelah nyepedah.  Tapi irma mudah batuk kalau minum dingin gitu.  Jadi teh kotaknya irma diamkan dulu beberapa lama sebelum diminum.  Sambil nunggu teh kotak dingin jadi hangat (emang bisa ya ??)  irma minum air putih hangat dulu aja.  Glek glek glek glek, hampir setengah isi botol air minum habis irma teguk.

 

‘Tuh, udah dipanggil-panggilin tuh,’ Teteh menunjuk keluar.  Terdengar suara panitia TPS berseru-seru memanggil para pemilih untuk ke TPS dan menggunakan hak pilihnya.  Mereka berkeliling komplek naik mobil.  Kata Teteh, udah sejak tadi begitu.  Mungkin karena sepi yang nyoblos jadi panitianya sampai berusaha seperti itu.  Wah, berdedikasi sekali ya. 

 

Ya udah, irma bergegas ke TPS.  Tapi irma nggak dapat surat panggilannya nih.  Juga kartu pemilih.  Di rumah Teteh, cuma Teteh dan suaminya yang dapat surat panggilan dari panitia.  Yang lain cuma dapat kartu pemilih aja.  irma nggak dapat dua-duanya.  Hal ini udah Teteh tanyakan ke panitia saat mereka ke rumah mengantar surat panggilan dan kartu pemilih.  Lucu deh, masa’ waktu itu panitianya menyorongkan setumpuk kartu pemilih dan bilang begini, ‘Bu, barangkali Ibu mau ikutan nyoblos ?  Cari sendiri aja kartunya ya Bu.’  Jadi Teteh ngubek-ngubek itu tumpukan kartu, cari yang namanya sesuai dengan yang tercantum dalam Kartu Keluarganya.  Sampai habis semua diubek-ubek, baru ketahuan kartu pemilih irma nggak ada.

 

‘Udah, langsung ke TPS nya aja.  Kemarin Teteh udah nanyain.  Katanya langsung aja.  Karena nama irma pasti terdaftar di sana.  Kan di KK juga ada,’ gitu Teteh bilang.  ‘Bawa aja KTP kan.’  Jadi irma jalan kaki menuju TPS di lapangan tenis.  irma pinjam Kartu Keluarganya Teteh, kalau-kalau ternyata nama irma nggak ada dalam daftar pemilih.  Dalam hati irma bilang, kalau nggak dikasih ikutan nyoblos, ih tega banget deh !  Nggak kasihan apa sama irma yang udah bela-belain nggowes dari Pejaten ke Depok turun naik tanjakan demi ikutan pilkada.

 

Sampai di lapangan tenis.  Sepi.  Ada dua TPS di sana.  irma masuk ke TPS yang sebelah kiri.  Tertulis nomornya : TPS 36.  Kepada mbak-mbak yang jaga irma serahkan KTP irma.  Setelah ia baca, lalu ia persilakan irma mengisi daftar hadir pemilih.  irma orang ke 124.  Whoaa …… udah hampir jam 12 begini baru segitu yang milih ???  Bukannya penghuni komplek ini nyampe ratusan orang ??  Belum lagi yang dari kampung-kampung sekitar komplek Jatijajar.  Pada ke mana ‘tu orang-orang ?  Padahal tinggal satu jam lagi waktunya memilih.

 

‘Silakan langsung aja Bu,’ mbak-mbak penjaga itu persilakan irma ke meja sebelah.  Seorang petugas laki-laki di sana mengembalikan KTP irma beserta kartu suara yang akan dicoblos.  irma menuju bilik suara.  Wadoooww …… nggak salah nih naruh bilik suara di tengah-tengah lapangan tenis tanpa atap atau peneduh sama sekali ??!  Padahal lagi panas terik begini.  Kalau hujan gimana, masa’ nyoblosnya sambil megangin payung ??

 

CUSSSS …… irma menusuk pasangan pilihan irma.  Melipat kartu suara, lalu irma cemplungkan kartu suara tersebut ke dalam kotak suara.  Petugas berpakaian hansip di sana persilakan irma mencelup jari ke dalam tinta.  Kelingking kiri aja ah.  Sambil mengibas-kibaskan jari yang dicelup biar tintanya lekas kering irma berjalan pulang.

 

Sampai di rumah, Bu Lik dan Mbak Isah baru mau berangkat ke TPS.  Adik May ikutan.  Biasalah, dia sih ngintil aja ke mana mbaknya pergi.  Nggak berapa lama mereka udah kembali.  Bu Lik cerita, di TPS tadi mereka ditanyain kok cuma bawa kartu pemilih, surat panggilannya mana.  ‘Lha, saya cuma dapat ini doang,’ Bu Lik mengacungkan kartu pemilihnya.

 

Lho, irma tadi nggak ditanya-tanya gitu lho !  Emang Bu Lik nyoblos di TPS mana ?  ‘TPS 35, kan kita yang di Blok B nyoblosnya di sana,’ jawab Bu Lik.   Gubrakkksss …… jadi tadi irma salah TPS dong ???!!  ‘Hueheheheheheheheee ……… panitianya kayak orang jualan kali, yang penting asal orang datang milih,’ celetuk Teteh.  Teteh sendiri nggak menggunakan hak pilihnya.  ‘Pilkada Walikota (Depok) kemarin aja aku nggak ikutan kok,’ katanya.

 

Laper nih.  Di jalan tadi ngarepin sampai rumah Teteh bisa makan.  Tapi ternyata nasi goreng buat sarapan tadi pagi udah habis.  Makan siang, belum selesai masaknya.  Ya udah, bikinin indomi aja dong.  ‘Wah, gasnya habis.  Ini si Mbak juga lagi nyari-nyari, kan gas lagi susah,’ Teteh bilang.  Hiks, sedih bener.  Mas Rizqi berkomentar heran, ‘Tante kan tadi berangkat dari rumah jam setengah sepuluh.  Kok bukannya makan dulu ?’  Tau nggak sih, kalau anak kost itu (biasanya) ngarepin dapat makanan dari rumah yang dikunjungi ………

 

Jam satu siang irma pamit pulang.  Seperti biasa kalau balik dari Depok irma nyusurin Jl. Raya Bogor sampai Cililitan.  Lebih jauh memang, tapi jalannya datar-datar aja.  Nggak janji deh sanggup ngelewatin tanjakan terakhir di Jl. Juanda yang menuju Margonda.  Itu kan curam banget.  Panjang lagi.  Dua kali lewat sana – pas panas terik pula ! – irma nggak pernah berhasil melaluinya tanpa TTB di akhir tanjakan.  (TTB = Tuntun Tuntun Bike)

 

Setelah lewat dari Mall Cijantung, irma ketemu fly over yang melintasi jalan tol JORR  (Jakarta Outer Ring Road, tapi kalau boss irma bilang Jalan Ora Rampung Rampung, hihihi ) .  Cobain lewat fly over lagi ah.  Pindahin shifter ke gigi kecil, yihhaaaa …… irma berhasil sampai ke puncaknya dengan selamat.  Ternyata fly over tuh jadi tempat nongkrong ya.  Beberapa motor parkir di bahu jalan.  Pengemudinya duduk-duduk memandang ke kejauhan.  Ada gerobak jualan juga.  irma berhenti sebentar dekat gerobak tukang rujak.  Nggak beli.  Cuma ngaso sebentar untuk minum sambil memandang ke jalan tol arah Pasar Minggu.  Kayaknya asik juga kapan-kapan ngambil foto dari ketinggian begitu J

 

Meluncur nurunin fly over.  Mendekati Pasar Induk Kramat Jati seorang penyepedah membuntuti irma.  Tau karena irma nyepedahnya lambat, irma menepi, kasih dia kesempatan untuk jalan duluan.  Ia tersenyum waktu melalui irma.  Sepedanya hitam-kuning dengan stiker B2W menempel di framenya.  Ia pakai jersey biru muda bertuliskan ‘Mayasari Cycling Community’ di punggung.  Weitss, sepeda dan penampilannya sih ok.  Tapi kok nggak pake helm sih ???

 

Sampai di Kramat Jati.  irma ingat mau beli bel sepeda untuk Henny, seorang teman kantor.  Henny mulai nyepedah juga.  Meski cuma seputar rumah.  Tapi lumayan lah, jadi dia nggak pake ojek lagi buat ke warung.  Minggu lalu irma kasih dia helm.  Meski Henny bilang dia nyepedah cuma sekitar Condet yang nggak rame kendaraan, tapi yang namanya kecelakaan kan bisa terjadi di mana aja.  Jadi irma beliin helm untuknya.  Henny sendiri belum sempat beli helm karena uangnya dah habis buat beli sepeda.  Karena irma emang senang kalau ada teman yang bersepeda, irma nggak keberatan beliin untuknya.  Waktu irma kasih ‘tu helm, Henny senang sekali.  ‘Iya nih, gw udah beberapa kali nyaris jatuh.  Juga nabrak orang,’ katanya.  Nabrak orang ?  Wah, berarti sepedanya perlu dikasih bel !

 

Jadi irma mampir ke Yerikho, toko sepeda langganan di Kramat Jati.  ‘Mo beli helm ya,’ sapa Koko’ nya saat lihat irma parkir Mel di tempat biasa.  Helm ?  Emang irma jualan helm makanya tiap minggu beli helm ?  Nggaaaakkk …… kali ini irma mau beli bel sepeda.  Juga bike tool set buat Wahyudi.  Yang dia punya hilang, nggak tau jatuh di mana.  Eh, tapi kayaknya perlu juga sih beli helm, buat anak buahnya Wahyudi yang waktu itu ikutan funbike tapi nggak pake helm.

 

‘Mbak, gowes dari mana ?’ seseorang menyapa saat irma masukin belanjaan ke dalam ransel.  irma mendongak.  Oh kiranya penyepedah yang dari Mayasari Cycling Community tadi.  Rupanya dia ke Yerikho juga. Di tangannya ada selebaran funbike Green Festival yang akan dilaksanakan hari Minggu tanggal 20 April 2008 nanti.  Ah jadi ingat Wahyudi belum kasih kabar apa dia dan teman-temannya dari pabrik akan mengikuti funbike itu atau nggak.

 

‘Oh, dari Cimanggis.  Sekarang mau pulang ke Pejaten,’ jawab irma.  Sebelum ia bertanya-tanya lagi irma buru-buru pamit.  Takut Wahyudi udah duluan sampai di rumah.  Tadi dia minta irma kasih tau kalau udah berangkat menuju Pejaten.

 

Menaiki sadel Mel, lanjut gowes ke Pejaten.  Menjelang jam tiga sore baru sampai rumah.  Cek handphone, ada sms dari Wahyudi yang ia kirim setengah jam lalu.  ‘irma udah di rumah ?’  Udah, balas irma.  Yudi sekarang di mana ?  Jawabnya, ‘Baru mau berangkat dari Bekasi.’

 

Gubrakkksssss …………… jadi dia baru mau berangkat ???!!  Tadi dia minta irma kasih tau kalau irma berangkat dari Depok, irma kira maksudnya tuh biar dia juga berangkat dalam waktu yang bersamaan dari Bekasi sehingga kita barengan sampai di Pejatennya.  Ternyata ………    Arrrrggghhhhh ……………… tau gitu kan tadi irma betulin pedalnya Mel dulu aja di Yerikho !!!    Nggak enak banget nih pedalnya yang kiri gletek gletek mulu bunyinya kalau lagi digenjot L