Friday, June 27, 2008

komentar (cowok) nggak mutu

 

‘Nah ini dia, biker sejati.  The real one !’

 

Itu yang diucapkan seorang pria yang sedang menunggu lift saat irma bersama Tom dalam jinjingan memasuki lobby Menara Karya tadi pagi.  irma tersenyum kepadanya.  Ia seorang karyawan tenant di lantai 11.  Dulu kita pernah ketemu di lift dan ia bertanya-tanya tentang Tom yang irma bawa.

 

Pintu lift C terbuka.  ’Ayo, lift ini juga ke lantai 10,’ lelaki tadi mempersilakan irma masuk duluan.  Sambil berjalan masuk ke dalam lift irma mengucapkan terima kasih.

 

 

Di dalam lift irma berdiri di sudut.  Lelaki tadi ngajak ngobrol.  ’Dari Pejaten ya Mbak.  Tiap hari pake sepeda, sehat dong ya,’ katanya.  He eh, irma mengiyakan.  Sementara teman cowok itu memperhatikan irma dengan kening berkerut.

 

Berikutnya si teman itu berkata.  ’Yang bikin sehat itu ngejinjing sepeda ke atas.  Bukan gowesnya.  Itu sih udah biasa.’  Gantian irma memandangnya dengan kening berkerut.  Apa sih maksudnya ?

 

Lalu cowok itu ngomong lagi, ’Jinjing sepeda keliling-keliling Monas, itu lebih sehat lagi.’

 

Heh, emang elo pikir gw orang bego apa, keliling Monas sambil ngejinjing sepeda ?  Haloooo ................ sepeda itu kendaraan, yang diciptakan untuk dikendarai manusia, untuk memudahkan perjalanan dan mengurangi beban.  Selama bisa dikendarai, ngapain dijinjing ??

 

Lift membuka di lantai 10.  Sebelum berjalan keluar irma menganggukkan kepala kepada cowok yang mengomentari irma sebagai real biker.  irma sama sekali nggak mau memandang kepada temannya yang berkomentar nggak mutu tadi.  Apa sih maksudnya ngomong gitu ?  Kalau maksudnya melucu, garing banget deh.  Atau ...... sebenarnya dia nggak pernah merasakan nikmatnya bersepeda ?  Wah, jangan-jangan sebenarnya dia nggak bisa naik sepeda !  Jadi dia pikir caranya make sepeda tuh ya dijinjing-jinjing kayak gitu !

 

 

 

 

 

 

Thursday, June 26, 2008

Wali Kota Beri Contoh Keranjingan Naik Sepeda

... dikutip dari milis B2W Indonesia, seandainya walikota di sini pun memberikan contoh teladan yang sama ...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

[Rabu, 25 Juni 2008 ]
 Mengunjungi London, Megapolitan yang Berambisi Jadi Kota Terhijau
 Laporan (JAWA POS)
 Dwi Shintia I.
 dari London, Inggris

Wali Kota Beri Contoh Keranjingan Naik Sepeda

Wali kota dan warga London sedang berjuang menjadikan kotanya sebagai salah satu megapolitan terhijau di dunia. Langkah apa saja yang dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran di ibu kota Inggris itu?

---------

SORE sekitar pukul 17.00 Green Park, taman yang berada satu kompleks dengan Buckingham Palace, istana Kerajaan Inggris, Senin (21/6) lalu masih diterangi matahari. Ini suasana yang agak langka di ibu kota Inggris itu. Bahkan, saat musim panas sekali pun.

"Hari ini indah. Tidak mendung sama sekali," ujar Richard Louis, 32, salah seorang warga London, kepada Jawa Pos.  Louis tampak bersantai di kursi. Dia berjemur di taman yang berhadapan dengan Jalan Piccadilly tersebut. Dia mengaku baru pulang dari tempat kerjanya, perusahaan broker properti di Jalan Park Line. Namun, lajang itu ingin mencicipi sinar matahari sore sebelum pulang ke rumah di kawasan Rosebery Avenue. "Meski musim panas, langit London kerap tertutup mendung. Jadi, sayang (kalau sinar matahari) dilewatkan," katanya.

Louis tidak perlu cemas terjebak macet atau antre untuk kendaraan umum saat pulang. Sebab, pria dengan freckles (bintik-bintik cokelat) di wajah itu pulang pergi pakai kendaraan pribadi. Bukan roda empat bermesin canggih. Tapi, roda dua yang bisa dilipat dan dijinjing: sepeda.

"Tidak perlu keluar uang untuk naik bus, kereta, atau bensin. Cukup energi tubuh. Sehat dan hemat biaya," katanya lugas.

Sudah setahun ini Louis memilih naik sepeda ke tempat kerja (bike to work) sebagai gaya hidupnya. Bukan karena tidak mampu membeli mobil atau berat membayar ongkos bus (tiket sekitar dua pound atau sekitar Rp 40 ribu sekali jalan untuk nonlangganan) . Namun, Louis seperti banyak warga Kota London lainnya, sedang menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.

"We borrow the future from our children," kata Louis berfilsafat.

Jadi, setiap hari anak pertama dari dua bersaudara itu bersepeda menembus jalan-jalan London menuju tempat kerjanya. Saat ini makin jamak ditemui setiap pagi iring-iringan belasan pengendara bike to work mewarnai megapolitan di Eropa itu.

Seperti Louis, pemerintah Kota London sendiri sedang berjibaku menjadikan London sebagai salah satu kota terhijau di dunia. "Karena perkotaan menyumbang tiga perempat emisi CO2 di dunia yang menyebabkan perubahan iklim, saya percaya setiap kota memiliki tanggung jawab moral untuk mengambil langkah perbaikan," ujar Boris Johnson, wali kota London, di hadapan 127 jurnalis (termasuk Jawa Pos) dari 40 negara dalam even Siemens Media Summit 2008.

Pada even yang kali ini bertema Answer to Sustainability, Johnson menambahkan, pemerintahan Kota London ikut bertanggung jawab demi melindungi kualitas hidup warga kotanya saat ini dan masa depan.

Johnson mengakui, tantangan yang dihadapi kotanya memang tidak gampang. Banyak aspek yang terlibat di dalamnya, termasuk manajemen sampah, transportasi, dan lingkungan. Johnson sendiri sudah menjadi city cyclist (pengendara sepeda perkotaan). Politikus yang memulai karir sebagai wartawan itu memilih sepeda sebagai transportasi pribadi saat bepergian (tidak hanya saat ke kantor).

"Saya berkomitmen untuk mengenalkan skema persewaan sepeda publik di London seperti yang sudah berlangsung di Paris, Prancis," katanya. Selain itu, pemerintahannya berencana menggencarkan penggunaan bus hidrogen untuk menggantikan bus ber-BBM reguler. Program itu memang tidak bisa langsung diterapkan. Sebab, harga busnya tidak murah.

"Sampai 2010, kami harapkan London sudah memiliki 10 bus hidrogen," tegasnya. Bus tersebut bisa membantu memperbaiki kualitas udara dan mengurangi emisi gas beracun. Nanti, setiap tahun, jumlah bus hidrogen ditambah.

"Pada 2012, kami berharap semua bus sudah hybrid (bisa pakai BBM atau energi alternatif), " tegas Johnson.

Selain itu, Johnson berkomitmen menanam 10.000 pohon di seluruh London. Terutama di kawasan padat demi meningkatkan kualitas hidup Londoners (warga kota London).

 Meski menjadi salah satu kota termahal di dunia, ruang terbuka hijau tersedia hampir di setiap sudut kota. Ini yang menyebabkan sebagian besar Londoners memilih kendaraan umum, sepeda, atau berjalan kaki sebagai alat transportasi.

Seperti yang dirasakan Jawa Pos, Kota London relatif lebih bersih dari polusi asap knalpot. Sebab, pengelola kota ini sangat bersemangat mengurangi pencemaran. Kalau Uni Eropa (EU) berniat mengurangi emisi CO2 sebanyak 20 persen hingga 2020, London berambisi mengurangi emisi CO2 sampai 60 persen hingga 2025.

Memang masih banyak mobil mewah seperti Jaguar, Audi, dan Mercedes-Benz menggeber gas di jalanan. Tapi, merpati dan beberapa jenis burung liar lain tetap nyaman nangkring di balkon rumah atau gedung-gedung publik. Bahkan, di kawasan padat seperti Soho yang terletak di West End, kawanan unggas itu mudah ditemui. Bersama pejalan kaki yang sedang cuci mata atau berbelanja, keberadaan burung seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari distrik fashionable ternama di London itu.

Tekad London untuk menjadi salah satu kota terhijau di dunia tampaknya sudah semakin dekat. Berdasarkan penelitian konsultan manajemen McKinsey & Company bekerja sama dengan Siemens, London bisa mengurangi efek rumah kaca tanpa mengubah gaya hidup perkotaan secara drastis.

Dari penelitian tersebut diungkapkan emisi CO2 terbesar disumbang dari gedung dengan rating 67,7 persen, industri 6,6 persen, dan transportasi 25,7 persen. Hasil penelitian yang baru dipublikasikan dalam media summit yang berlangsung di City Hall itu menyimpulkan, adopsi teknologi yang sudah dilakukan sukses mengurangi produksi emisi CO2.

 "Pengurangannya bisa mencapai 44 persen sampai 2025," kata Jeremy Oppenheim dari McKinsey & Company. Angka tersebut melampaui target yang pemerintah Inggris, yaitu 30 persen sampai 2025.

Kesimpulan McKinsey itu diperoleh setelah menganalisis lebih dari 200 teknologi yang ada di London. "Dengan bantuan teknologi yang tersedia saat ini, London tidak hanya bisa memenuhi ambisi internasional. Namun, juga melampaui ambisi pribadi," sambung Siemens CEO Peter L'scher. (el)

My Vehicle is Bicycle

 

Pertanyaan yang sering client ajukan adalah, ‘Rumahnya di mana Bu ?’  Jawab irma, ‘Pejaten.’  Tau kantor di Kuningan, komentarnya kemudian, ‘Wah enak ya.  Dekat.  Bisa cepat sampai kantor.’  irma mengangguk dan bilang, ’Iya.  Saya ke kantor paling setengah jam.’  Lalu mereka tercengang karena tau menuju Kuningan itu setiap pagi dan sore selalu macet.  ‘Setengah jam ?  Pake motor ya ?’  Jawab irma, ‘Saya pake sepeda.’

 

Dan client akan tercengang lagi.  Karena aneh bagi mereka seorang auditor seperti irma ke kantor pake sepeda.  Kenapa ?  Karena irma kerja di daerah Kuningan ?  Memangnya yang pake sepeda cuma para pekerja pabrik di Tangerang ?  Nggak kan.  Sepeda bisa dipake di mana aja.

 

Sekali waktu pernah ada client yang usil, ’Ngapain sih Bu pake sepeda ?  Orang-orang udah pada pake mobil kok ya Ibu malah nyepedah.’  Menurut dia, pekerja kantor daerah Kuningan seperti irma ini seharusnya berangkat kerja pake kendaraan bermotor.  Minimum motor.  Bagi dia, sepeda tuh rendah banget.  Nggak ada keren-kerennya.

 

Kesel banget ya, ngadepin orang kayak gitu.  Berhubung dia ngomongnya di depan bossnya yang orang bule, irma pun jawab pake bahasa Inggris.  ’Sir, my vehicle is bicycle.  And  I am proud of it.  There’s nothing wrong with bicycle riding.  I am happy while riding my bike.  Just like you and other people who drive cars.  Why should I change ?

 

Boss nya tersenyum.  Dan client itu tidak bisa berkata apa-apa lagi.

 

... kenapa sih aku harus pake mobil atau motor seperti orang-orang itu, kalau justru dengan sepeda aku merasa senang dan bahagia …

 

 

langsing, tapi kok perutnya munjung ?

 

Hari Sabtu kemarin Wahyudi ke tempat kost irma di Pejaten pake sepeda.  Nggowes dari Bekasi.  Hehehe, ongkos taksi udah naik ya, jadi pengiritan gitu ??  Hahahaha, nggak deng.  Kebetulan irma mau ke bengkel sepeda di Tebet, Wahyudi ngikut juga karena mau betulin pedal sepedanya yang nggak enak.  Toko sepeda di dekat pabriknya nggak terima service.  Huuuuu payah .......

 

'Kasihan kamu Di, gowes jauh gitu.  Kurus kamu nanti,’ kata irma waktu menyambutnya.  'Kok kurus sih ?  Langsing,’ Wahyudi membantah.  Apa bedanya ?  'Kalau kurus kesannya nggak sehat.  Kalau dibilang langsing, kan menarik,’ papar Wahyudi kemudian.

 

Oh gitu.  Ok deh Di, kamu langsing.  Tapi kok perutnya masih munjung gitu, kayak orang busung lapar.  Huuuugghh ... Wahyudi langsung menahan napas dan menegakkan badan, biar perutnya ketarik ke dalam.  Hahahahahaha ......

 

 

Friday, June 20, 2008

berita nyepedah bareng Pak Presiden

 

... dikutip dari http://www.kompas.com , masih seputar acara nyepedah bareng Presiden ...

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SBY Tak Lelah Pimpin Pasukan Bike to Work

Jumat, 20 Juni 2008 | 07:41 WIB

Laporan wartawan Persda Network, Ade Mayasanto

JAKARTA, JUMAT - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama istri Ani Yudhoyono memimpin iring-iringan bike to work dari kediamana dinas, Istana Kepresidenan menuju halaman Monas, Jakarta, Jumat (20/6).

Berjarak sekitar 500 meter dari Istana Kepresidenan, SBY sama sekali tak menampakkan tanda-tanda kelelahan selepas menggenjot pedal sepeda tandem yang dinaikinya.

Dengan mengenakan celana training dan kaos berwarna abu-abu, SBY dihadapan wartawan mengaku belum merasakan lelah meski kaki telah mengayuh sepeda berkali-kali. "Belum. Kita masih menunggu yang lain," jawab SBY ketika ditanya tentang 'rasa' mengayuh sepeda dari Istana menuju Monas.

Tak melanjutkan bicara, SBY pun menyerahkan sepeda berwarna biru muda kepada paspampres berjaket merah, dan kemudian rehat di kursi yang telah disediakan panitia kegiatan.

Turut hadir dalam acara ini antara lain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menristek Kusmayanto Kadiman, Menhub Jusman Syafei Djamal, Menpora Adhyaksa Dault, dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, serta Mensesneg Hatta Radjasa.

Berbeda dengan kampanye sepeda sehat yang dilakoni SBY pada pertengahan November 2007, yang bertajuk Bicycle for Earth Goes To Bali, kali ini Presiden mengayuh pedal sepeda dari lapangan Monumen Nasional mengitari jalan Gambir, dan kemudian memasuki Istana Merdeka, Jakarta.

Taman yang terletak di tengah-tengah gedung Istana Negara, Istana Kepresidenan, Wisma Negara dan Kantor Presiden, sontak tumpah ruah dengan peserta sepeda sehat ini. Dan selaku tuan rumah, Presiden Yudhoyono mempersilahkan peserta sepeda sehat berehat dengan sajian makanan pagi berupa bubur ayam, dan lontong sayur berlauk telur.

Presiden Yudhoyono dalam kesempatan tersebut menyatakan manfaat bersepeda sehat kepada para pekerja di Indonesia. "Khususnya bike 2 work community, para pekerja yang menuju tempat kerja masing-masing menggunakan sepeda, pertama yang kita dapatkan adalah nilai olah raga badan sehat," papar Kepala Negara.

Selain itu, menurut Presiden, dengan bersepeda menuju lokasi kerja, maka sejumlah dana yang biasa digunakan dalam transportasi terpangkas. "Bagaimanapun bisa lebih hemat dibandingkan kita menggunakan transportasi lain, apalagi harga BBM, dan harga minyak dunia seperti sekarang ini," tukasnya.

Ayah dua putra ini menambahkan, dengan bersepeda, kelestarian lingkungan kota terjaga dari pencemaran emisi CO2, dan membuat hidup semakin rileks dan santai.

"Saya kira banyak yang bisa kita dapatkan karena itu saya telah sampaikan kepada saudara Toto, mari kita buat kegiatan ini lebih regular rutenya lebih panjang, terutama untuk kami. Lebih pagi sedikit supaya tidak mengganggu lalu lintas dan ditambah lagi stan-stan bakso, bubur karena itu memberi nilai ekonomi untuk mereka," urai SBY yang disambut tepuk tangan komunitas bike 2 work.

Dalam kegiatan itu, Presiden Yudhoyono juga memperkenalkan gedung-gedung yang berada di sekitar Istana Kepresidenan. Selesai bersosialisasi gedung-gedung Istana Kepresidenan, SBY menerima satu bingkai foto yang bergambar SPBU, dengan tanki berbentuk galon air.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Presiden: Benar-benar Siregar Kan?

Jumat, 20 Juni 2008 | 10:41 WIB

JAKARTA, JUMAT - Di hadapan komunitas Bike to Work, Jumat (20/6) pagi di halaman Istana, Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan canda yang membuat suasana ramah tamah dengan sekitar 500 anggota komunitas Bike to Work semakin meriah. "Tadi benar-benar siregar (segar) kan? Karena, memang banyak Pohan-Pohan (pohon)...Waktu dikayuh jalannya banyak Manurung (menurun) kan?"  ucap Presiden yang memelesetkan marga Batak.

Sesaat setelah bercanda, Presiden Yudhoyono menambahkan, "Pohan itu besan saya," kata Presiden lagi. Yang dimaksud Presiden adalah Aulia Pohan, ayah Annisa Pohan, istri Agus Harimukti Yudhoyono, putra sulung Presiden.

Suasana semakin meriah setelah Presiden Yudhoyono mengawali candanya. Di awal acara, Presiden Yudhoyono di tengah-tengah komunitas Bike to Work bertanya,
            "Siapa yang menempuh jarak paling jauh? Ada yang 5 kilometer?"
            "Ada yang dari Bogor, Pak," jawab peserta.
            "Siapa yang dari Bogor?" tanya Presiden
            Beberapa orang mengacungkan jari.
            "Ini, lebih jauh lagi. Pak Rachmat (Rachmat Witoelar, Menneg LH) justru dari Bandung," kata Presiden.
            "Tapi naik mobil," celetuk sejumlah peserta.

Acara pun kemudian dimulai dengan sambutan dari Ketua Umum Komunitas Bike to Work Toto Sugito, yang sehari-harinya adalah konsultan arsitektur.


 

Thursday, June 19, 2008

permohonan maaf dari B2W Indonesia untuk para warga Jakarta

 

Dikutip dari milis B2W Indonesia, pernyataan maaf dari komunitas tersebut terkait dengan acara nyepedah bareng Pak Presiden Jumat 20 Juni 2008

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yth. Warga masyarakat ibukota,

Atas nama komunitas Pekerja Bersepeda Indonesia, kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila pada hari Jumat pagi ini beberapa ruas jalan ibukota menjadi tersendat akibat lebih dari 1000 orang pekerja bersepeda melakukan konvoy bersepeda dalam rangka mengkampanyekan penggunaan sepeda sebagai alternatif moda transportasi sebagai jawaban atas undangan Presiden RI beserta jajaran Menteri Kabinet Bersatu.

Semoga apa yang kami lakukan tidak menimbulkan pandangan negatif dari warga ibukota yang terkena dampak kemacetan karena secara murni tujuan komunitas kami adalah gerakan moral demi terciptanya udara bersih dan lingkungan yang lestari.

Demikianlah permohonan maaf kami haturkan dengan segala kerendahan hati, semoga hal kecil yang kami lakukan pagi ini tidaklah sia-sia untuk kemudian hari.



B2W-Indonesia
Ketua Umum

Toto Sugito

sa,
[rg]

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yth. Warga masyarakat ibukota,

Atas nama komunitas Pekerja Bersepeda Indonesia, kami mohon maaf
sebesar-besarnya apabila pada hari Jumat pagi ini beberapa ruas jalan
ibukota menjadi tersendat akibat lebih dari 1000 orang pekerja bersepeda
melakukan konvoy bersepeda dalam rangka mengkampanyekan penggunaan sepeda
sebagai alternatif moda transportasi sebagai jawaban atas undangan
Presiden RI beserta jajaran menteri Kabinet Bersatu.

Semoga apa yang kami lakukan tidak menimbulkan pandangan negatif dari
warga ibukota yang terkena dampak kemacetan karena secara murni tujuan
komunitas kami adalah gerakan moral demi terciptanya udara bersih dan
lingkungan yang lestari.

Kepada seluruh rekan2 pekerja bersepeda yang pagi ini menyertai RI-1
bersepeda bersama, tiada kalimat yang dapat menggambarkan rasa syukur,
haru dan terima kasih kami atas kesertaannya. Semoga apa yang secara
ikhlas kita lakukan bersama pagi ini menjadi tonggak sejarah bagi
terwujudnya apa yang kita semua cita-citakan, yaitu terciptanya fasilitas
bagi pengguna sepeda, seperti juga didukung oleh orang no. 1 negeri ini.

Pagi ini kita telah menggebrak Jakarta.
Pagi ini kita diterima di area yang memiliki nilai sejarah, di mana
seperti diucapkan oleh Bp. Presiden, area tempat diterimanya tamu2
kehormatan dan orang2 yang berprestasi di negeri ini dalam rangka
mengharumkan nama bangsa.
Pagi ini semoga makin banyak warga yang terinspirasi untuk bersepeda dalam
beraktivitas.
Pagi ini, kami, Pengurus B2W Indonesia sungguh merasa terharu dan bangga.
Bahwa usaha kami didukung penuh oleh rekan2 semua.
Pagi ini tonggak sejarah baru komunitas B2W Indonesia terpancang. Hanya
karena dukungan rekan2 semua. Tiada lain.

Demi diri,
Demi bumi,
Demi generasi penerus.

Humas & Publikasi
Komunitas B2W Indonesia

_________
+rp

Let's act beyond green.
Let's Bike to Work.

www.b2w-indonesia. or.id

nyepedah bareng Pak Presiden

 

Pagi ini teman-teman B2W bersepeda bareng Pak Presiden.  Sebelum berangkat kerja irma telpon Mama untuk kasih tau itu.  Mana tau Mama nanti nonton tv.

’Di tv mana ?’ tanya Mama.  Kayaknya semua stasiun tv akan meliput deh.  Presiden gitu lho !  ‘Tapi Mama nggak usah cari-cari irma ya, irma nggak ikutan,’ irma bilang.

 

‘Yaaaaa …’ terdengar Mama kecewa.  ‘Kenapa kau nggak ikutan ?  Kapan lagi ketemu Presiden ?  Tahun depan nanti keburu SBY turun.  Sampai ke istana ?  Tuuuh … kan, apalagi diliput tv.  Kan nanti Mama bisa cerita sama tetangga-tetangga di sini ; eh anakku masuk tv lho.  Naik sepeda bareng Pak Presiden !’

 

Halaaaaaahhhh ... Mah, kalau nyepedah ya nyepedah aja.  Nggak usah nunggu barengan Pak Presiden.  Lagian irma kan udah pernah masuk tipi.  Tahun 2005 lalu waktu baru awal nyepedah ke kantor, irma dan beberapa teman B2W diliput RCTI.  Waktu itu irma masih sama Jimmy, belum ada Mel.  Ingat reporter yang wawancarain namanya Gustav.  Abis ditayangkan di tv gitu inbox handphone irma langsung dibanjiri sms dari client dan teman-teman lama.  Rupanya pada ngeliat.  Aktifitas irma B2W ini juga pernah masuk dalam majalah Femina dan tabloid Wanita Indonesia.  Lengkap dengan foto irma nya.  Dulu di tahun 2005 waktu B2Wer belum sebanyak sekarang.

 

Gini-gini, anakmu mantan seleb lho Ma.  Pernah masuk tivi dan majalah, hehehe

 

 

 

 

sepeda, kendaraan yang tak pernah lekang oleh waktu

 

... dikutip dari milis B2W Indonesia, postingannya achmad_thaib@goodyear.com pada tanggal 18 Juni 2008.  benar-benar sepeda itu kendaraan sepanjang masa ...

 

My Road Puppy 1950 Renovation Progress Report, He will be life soon

Setelah hampir 25 tahun dia mojok sendirian berdebu di dalam gudang, akhir² ini saya memberanikan diri untuk merenovasi my Road Puppy 1950.  Oh iya, saya belum kasih tahu ya, Roda Puppy itu apa atau siapa?

Road Puppy itu adalah merek dagang dari sepeda lipet dengan ban ring 14 dan ban ukuran 2,25 (gambot memang) yang dibuat oleh Shimura Seiki Co. Ltd, Japan pada tahun 1950. Sepeda tersebut dibawa oleh kakek saya dari Jepang pada tahun 1950.

Waktu saya SMP (1978), sepeda tsb saya selamatkan dari gudang tsb dan saya renovasi
namun tidak tuntas, kemudian terbengkalai di gudang. Kemudian pada tahun 1990-an,
ketika rumah direnovasi total, sepeda tsb tanpa sepengetahuan saya, dilungsurkan oleh alm ibu saya kepada pembantu. Oleh pembantu, sepeda tsb dibawa pulang ke-Sukamandi dan direnovasi ala kadarnya.

Tahun lalu, saya cari tahu sepeda tsb ada dimana, saya telepon ke-Sukamandi dan alhamdulillah ternyata masih ada di Sukamandi lalu saya suruh bawa ke-Jakarta.
Di Jakarta, sepeda tidak langsung saya renovasi karena kesibukan pekerjaan.

Baru awal bulan ini saya mulai kerjakan proses renovasi, semua cat saya kerok dan diberi cat dasar. Saya diamkan dulu cat dasar tsb dan setelah 1 minggu, barulah saya beri cat akhir. Ban saya ganti baru dengan ban ukuran 16, namun karena aslinya adalah ukuran 14, terpaksa harus pakai ban yang tidak lebar, saya coba pakai ban 16x2,15 mentok ke-fender, ganti dengan ban 16x1,75 masih mentok juga ke-fender, akhirnya setelah saya berburu kemana², dapat ban IRC 16x1,5 baru pas.

Untuk rem, aslinya hanya ada coaster brake (orang² lebih kenal dengan rem torpedo)
tanpa rem depan, namun karena sudah tidak meyakinkan kinerjanya, terpaksa saya ganti baru. Jadi sepeda lipet ini sangat simple karena tanpa ada kabel samasekali, tidak ada kabel rem maupun kabel persneling karena single speed.

Mudah²an minggu depan my Road Puppy sudah hidup bembali dan sudah bisa menemani saya B2W ke-kantor.

"Kemudian setelah saya pakai dan di test kelemahan dan kelebihannya, akan saya perbanyak dan lempar kepasaran sebagai produk home industry sepeda lipet Indonesia".

Salam,
AMST

Tuesday, June 17, 2008

Bicycling (should be) for fun

get well soon! n go back...break more bones

 

irma membaca postingan di milis B2W Indonesia itu dengan sebal.  Apa coba maksudnya menulis komentar seperti itu ?  Apalagi terhadap seorang ayah yang putranya mengalami cedera saat bersepeda sehingga tulang bahunya harus dipotong 3 cm dan dipasangi pin. Mana anak satu-satunya lagi.  irma yang kenal dengan sang ayah itu tau sebenarnya istrinya kurang setuju dengan aktifitas bersepeda (gunung).  Kebayang teman irma itu bakalan didiemin istrinya sampai batas waktu yang hanya Tuhan dan sang istri tersebut yang tahu (ngutip istilahnya Tante Nirwana).

 

Seharusnya  bersepeda itu menyenangkan.  Tapi saat terjadi kecelakaan apalagi sampai cedera parah begitu, ya nggak menyenangkan lagi.  Kenapa kecelakaan bisa terjadi ?  Macam-macam penyebabnya.  Bisa memang karena orangnya yang belum terampil bersepeda, bisa karena ceroboh, karena mengabaikan keselamatan, karena tidak menguasai medan, enggan pake alat pelindung, atau seperti yang sering kali dijadikan alasan : emang udah nasibnya gitu.

 

irma sendiri belum pernah bersepeda di hutan maupun gunung.  Selama ini irma nyepedah hanya di sekitar jalan raya.  Bareng sama mobil, motor, dan kendaraan lainnya.  Baru hari Minggu kemarin irma ikutan ngetrek di CikoleDan irma cukup shock.  Apalagi di awal trek seorang teman jatuh dan cedera.  Cuma sekali jatuh tapi abis gitu dia nggak bisa lanjut nyepedah.  Keesokan harinya irma dapat kabar tulang lengan kirinya patah sehingga harus dioperasi.  irma termangu.

 

Alhamdulillah meski jatuh konon katanya sampai dua puluh dua kali yang irma bawa pulang hanya memar di kedua paha.  Biru-biru semua.  Melihat itu Mama kayak mau pingsan.  Wahyudi memotret memar-memar tersebut dengan perasaan ngeri.  ‘Serem !’ komentarnya.  Semula dia nggak mau photo.  Tapi irma paksa karena irma perlu itu untuk dokumentasi.  Malah irma pasang pose senyum manis menunjuk memar di paha kiri yang paling parah.  Memang sengaja irma ketawa-tawa dan cengengesan waktu cerita dan nunjukin memar-memar itu ke Mama.  Abis kalau irma pasang tampang kesakitan apalagi sampai nangis-nangis nanti Mama malah panik dan sedih.  Ibu mana sih yang tega ngeliat putrinya babak belur begitu.

 

Terima kasih ya Allah, aku nggak apa-apa, kata irma dalam hati.  Meski keesokan harinya badan kaku dan nyeri mulai terasa.  Bahkan menarik tangan ke atas untuk membuka baju pun merupakan perjuangan.  Selama dua hari irma meringis-ringis mulu tiap kali mandi, berpakaian dan menaik-turunkan tas.  Tapi kalau mengingat teman yang terbaring di rumah sakit untuk operasi, irma rasa cedera yang irma alami itu bukan apa-apa.  Hei, aku masih bisa nulis dan bekerja.  Sementara teman irma itu nggak bisa nyepedah untuk beberapa bulan.  Kasihan.

 

Cedera dan pengalaman jatuh membuat irma lebih berhati-hati.  Hidup cuma sekali.  Seharusnya dilalui dengan penuh makna.  Bersepeda itu untuk kenyamanan.  Dan keselamatan.  Om Bayu Why bilang, 'Bicycling for fun'.  Makanya irma sebel banget baca komentar di milis B2W itu tadi.  Apa sih maksudnya nyuruh orang untuk patah tulang lebih banyak ?  Emang patah tulang itu enak ??  Seandainya ia yang jadi ibu dari anak yang cedera bahu itu, gimana sih perasaannya ?  Huh !

 

Bicycling is for fun, not to put life in jeopardy.

 

Tuesday, June 10, 2008

baca bukunya Om Bayu Why - Bicycling for Fun

Dari cerita Ulu di blog Mahanagari irma tau buku ini.  Banyak informasi yang irma dapatkan.  Salah satunya, ternyata framenya Mel itu bukan Schwinn beneran.  Itu frame palsu.  Halah !  Disarankan agar frame tersebut dicat ulang.  ‘Lebih baik memiliki sepeda tanpa merek daripada bermerek tapi palsu,’ gitu tulis Om Bayu Why di halaman 35.  Wah Mel kudu ke salon nih !  Dia perlu di make over !

Selain aneka info tentang sepeda buku ini juga berisi tips-tips seputar bersepeda (gunung).  Perlengkapan apa yang harus dibawa dalam perjalanan.  irma langsung periksa tool kit yang biasa irma bawa kalau nyepedah bareng Mel (kalau nyepedah sama Tom biasanya nggak bawa abisnya kalau ada apa-apa Tom  tinggal dilipet lalu kita pulang naik angkot.  hehehe).  Ban dalam cadangan, kunci L, kunci inggris kecil, tang kecil, obeng minus dan plus, pembuka ban, pisau lipat.  Ok, ada semua.  Meski kalau ada kejadian biasanya irma cuma nyediain perlengkapan doang.  Yang ngebenerin sepedanya sih, orang lain.  Seperti kejadian waktu bannya Jimmy bocor setelah nyepedah nyusurin Citarum, Minggu 25 Mei 2008 yang lalu.

 

Ada informasi mengenai bagian-bagian sepeda, cara merawat dan membersihkannya, dan (mungkin) ini yang paling penting : skill dasar bersepeda.  Bagaimana caranya mengatur gir, menghadapi tanjakan, turunan, dan teknik pengereman.  Rupanya kebiasaan irma selama ini untuk ngerem ban belakang dulu baru ban depan saat di turunan justru bisa bikin slip.  Tapi kalau ngerem ban depan duluan malah bikin terjungkal.  Jadi gimana dong ?  Dooh, ternyata harus bersamaan.  Dan di saat yang tepat.

 

Tapi ada beberapa tip yang belum bisa irma turuti.  Misalnya, mengenai penggunaan sadel tinggi untuk efisiensi kayuhan.  Bukan apa-apa, kalau sadelnya tinggi gitu irma malah mudah panik saat tiba-tiba harus berhenti.  Akibatnya, gedubrakan deh.  Duh sakitnya ketika jatuh.  Memang kadang apa yang bagus untuk orang lain belum tentu berhasil baik dengan irma.  Akhirnya kembali irma mengandalkan feeling.  … feeling, nothing more than feeling …

 

Selesai baca bukunya Om Bayu Why ini irma berpikir, tulisannya bagus.  Tapi kok kayaknya cowok sekali ya ??  (ya iya lah, penulisnya yang juga pelaku nyepedah itu kan cowok !)  Ada dua alasan kenapa irma berpikir begitu.

 

Pertama, kalimat di halaman 79 dalam pembahasan tentang perawatan dan pemeliharaan.  Di situ tertulis, ‘… banyak MTB’er menyebut sepedanya sebagai “selingkuhan” karena perhatiannya pada sepeda melebihi perhatian terhadap istri.  Bukan istri yang dipandang dan diusap-usap, melainkan justru sepedanya.  Tidak heran jika para istri cemburu pada tunggangannya suaminya ini …’  Ummm, yang nyepedah (gunung) bukan cuma para cowok kan ??  Teman-teman irma para ladybiker juga banyak yang menyayangi sepedanya melebihi sayang pada pasangannya, hehehe.

 

Kedua, pada buku ini nggak ada pembahasan tentang nyepedah yang tipikal cewek.  Misalnya, penggunaan sadel khusus untuk perempuan.  irma dah ngerasain sendiri.  Pake sadel yang khusus buat cewek jauh lebih nyaman daripada pake sadel yang biasa.  Maklum, anatomi tubuh cewek sama cowok kan beda.  Yang khusus buat cewek dibuat sesuai dengan anatomi tubuh perempuan demi kenyamanan (dan juga kesehatan).  Eh, tapi kan ada juga sadel yang khusus buat cowok ya ?  Yang tengahnya bolong seperti kue donat.  Kalau Wahyudi bilang, pake sadel bolong gitu efeknya ‘semriwing’.

 

Ngomong-ngomong tentang nyepedah tipikal cewek, ada satu hal nih yang lumayan penting.  Mengenai pakaian.  Tau kan kalau nyepedah tuh bakalan berkeringat.  Dan baju yang basah oleh keringat itu nggak enak banget di badan.  Buat beberapa orang bisa menimbulkan efek alergi seperti gatal-gatal dan biduran.  Kalau untuk irma, bikin masuk angin !  Untuk mensiasatinya ada pakaian khusus untuk nyepedah yang mudah kering sehingga pemakainya tetap merasa nyaman.  Namanya jersey.  Tapi ya harganya lumayan mahal.  Jadi banyak penyepedah yang nyepedah pake t-shirt biasa.

 

Buat penyepedah cowok, nyepedah pake t-shirt biasa nggak terlalu masalah.  Kalau basah, tinggal ganti.  Makanya Tante Nirwana pernah bilang, ‘Enaknya cowok, kaos basah ya tinggal buka aja.  Langsung ganti pake yang kering.’  Ya sebenarnya kita yang cewek juga bisa aja langsung buka kaos yang basah.  Tapi pede nggak buka baju di area terbuka begitu ??

 

Sebenarnya yang paling nggak enak di badan adalah pakaian basah oleh keringat yang langsung menempel ke kulit.  Yaitu underwear.  Kita yang cewek (pasti) selalu pake underwear kan kalau nyepedah ?  Trus kalau underwearnya udah basah kuyup oleh keringat saat gowes di gunung, mo ganti di mana ?  Balik semak ?

 

Ada lho cara untuk ngakalinnya.  Jangan pake underwear biasa di bawah t-shirt meski itu sport bra.  Tapi pake aja swimsuit two pieces.  Yang terdiri dari atasan dan bawahan.  Pilih yang terbuat dari bahan lycra.  Jenis bahan itu sifatnya mudah kering.  Jadi kalau udah kuyup oleh keringat, berjemur bentar bisa kering lagi.  Praktis kan.  Trus, satu lagi keuntungannya nyepedah pake swimsuit, kalau ketemu aliran air entah itu sungai atau pantai, kalau mo nyebur ya tinggal nyemplung aja nggak usah ragu-ragu.

 

Eh, tapi ini juga kata teman lho !  irma sendiri belum pernah nyepedah pake swimsuit.  Lha irma kan nggak pernah nyepedah ke gunung.  Paling cuma sampai Gunung Sahari di Senen doang …

 

 

 

Monday, June 9, 2008

downliner

 

‘Pak, adain kreditan sepeda lagi dong !’

 

irma pernah cerita kan kalau irma bukan seorang marketer (yang baik)  ?  Tiga tahun nyepedah ke kantor, sampai sekarang cuma punya satu downliner (maksudnya pengikut aktifitas nyepedah, niru istilah multi level marketing).  Itupun Wahyudi.  Itupun, perlu waktu dua tahun untuk membuat matanya melek bahwa lebih enak ke kantor naik sepeda daripada berkutat dengan macet.

 

Tapi dari satu downliner itu berbuah banyak.  Sejak Wahyudi nyepedah ke pabrik, makin banyak aja yang menirunya.  Semula cuma bertiga.  Terus nambah.  Diawali dari anak buahnya sendiri.  Mungkin mereka berpikir, ‘Ah, manager gw aja pake sepeda, ngapain juga gw gengsi nggowes ke pabrik ?’ 

 

Di bulan puasa lalu Wahyudi jualan sepeda di pabriknya dalam rangka bazaar Ramadhan.  Laku lho.  Sekitar sepuluh sepeda berhasil dia jual.  Selama sebulan itu tiap minggu dia bolak-balik ke toko sepeda di Jatinegara minta dikirimin sepeda.  Bekerja sama dengan bagian payroll, selama enam bulan gaji pembeli sepeda akan dipotong untuk membayar cicilan sepeda. 

 

Sekarang udah banyak yang nyepedah ke pabriknya Wahyudi.  Dalam sehari bisa ada delapan sepeda di parkiran.  Yang bikin ngiri, sepeda-sepeda itu dapat tempat parkir eksklusif di depan lobby kantor, di samping pos jaga security.  Jadi selain dekat dengan tempat kerja juga aman karena ada yang jagain.  Sementara mobil dan motor parkirnya jauuuuuuuhhh sekali di ujung pelataran pabrik.  Untuk menuju ke sana harus melewati area seluas lapangan bola.  Kebayang jauhnya.  Mana gersang lagi.  Nggak ada pohon peneduh.

 

Beberapa hari yang lalu Wahyudi cerita, beberapa operator dan foreman menanyakan kreditan sepeda (lagi).  Mereka berharap Wahyudi bisa ngadain kreditan seperti tahun lalu.  Wahyudi nanya apa bisa kerja sama dengan B2W Indonesia untuk ngadain kreditan sepeda B2W.  Oh please deh, sekretariat B2W tuh nggak punya pemasukan dana tetap.  Apalagi dana lebih.  Jangankan untuk ngadain kreditan sepeda, untuk operasional sekretariat pun kadang kesulitan dana.  Untuk event-event nyepedah masih mengandalkan sponsor.  Kalau beli sepeda B2W nya sih bisa aja.  Tapi harus bayar cash.

 

Jadi sekarang Wahyudi lagi sibuk berpikir gimana caranya dapetin dana untuk nalangin beli sepeda.  Minta ke manajemen tentu nggak mungkin.  Ngajuin pinjaman ke koperasi juga nggak bisa.  Yang lagi dicoba adalah melobby para manager yang lain untuk sokongan mengumpulkan dana.  Kalau tiap manager mau bayarin dulu untuk satu sepeda, bisa deh dapat tujuh sepeda.  Pas dengan peminat yang kemarin-kemarin nanyain kreditan sepeda.

 

Hebat.  Dari satu orang bisa merembet (akan menjadi) hampir dua puluh orang nyepedah ke tempat kerja.  Ngutip istilah teman-teman nyepedah irma, sukses ngeracuninnya.  Ngomong-ngomong, kenapa tiba-tiba jadi banyak yang berminat nyepedah ?  Apa karena harga BBM naik ?

 

‘Bukan,’ jawab Wahyudi.  ‘Tapi karena mereka sendiri merasa kurang olah raga.  Kurang gerak.  Di kantor cuma duduuuuukkk aja di depan meja.  Atau komputer.  Apalagi hasil medical check-up kemarin agak-agak mengkhawatirkan.’ 

 

Oh begitu.  Baguslah kalau mereka peduli dengan kesehatan.  Nggak seperti rekan-rekan auditor di sini.  Meski hasil test laboratorium menunjukkan kadar kolesterol tinggi tapi tetap aja tidak menjaga pola makan.  Apalagi olahraga.  Kilah mereka saat menyantap sop buntut, ‘Alaaaahhh … kolesterol kan cuma di laboratorium.  Di sini, ya makan aja !’  Hih.

 

Oh ya, satu lagi alasan teman-teman Wahyudi nyepedah adalah karena mereka melihat yang nyepedah itu lebih happy.  Lebih ceria.  Enjoy.  Kerja di pabrik memang penuh stress (zaman gini, apa sih yang nggak stress ??).  Tapi saat pulang mereka berbondong-bondong ke parkiran sepeda seraya berseru, ‘Asiiiiiikkkk … gowes lagi !’  Sementara yang pake mobil dan motor berkata lesu, ‘Duuuh, pulang jam segini jalanan pasti macet banget …’

 

 

 

Tuesday, June 3, 2008

Sunday Cycling, 25 May 2008

 

 

teh irma udah sampe mana ? semua udah kumpul di sini.  kita tungguin.  sip !

 

SMS Ulu itu masuk saat irma dan Wahyudi lagi nggowes menuju meeting point di markas KPS Kampus Unjani.  Jumat pagi waktu Ulu kasih tau via SMS kalau  acara sapedahan hari Minggu tanggal 25 Mei 2008  nanti kumpulnya di Kampus Unjani, irma sempat terhenyak.  Apaaaa … kampus Unjani ??  Cimahi ??!  Gowes jam berapa tuh dari Dago ???  Abis sholat Subuh ??  Untung berikutnya masuk lagi SMS Ulu.  ‘Unjani yang di sebelah Pindad, Teh.’  Pffff … lega.

 

Tapi, masalahnya irma nggak tau Pindad tuh di mana.  He eh, payah ya ??  24 tahun di Bandung tapi irma nggak tau Pindad itu di mana.  Maklum, selama di Bandung jalur perjalanan irma cuma Dago – Merdeka doang.  Paling jauh sampai Alun-alun.  Lewat dari terminal Kebon Kalapa, udah deh irma nggak tau jalan.

 

Jadi Sabtu malam saat sampai di rumah Mama di Dago, irma dan Wahyudi langsung mempelajari peta Bandung di dinding ruang tengah.  Memang sengaja dipasang di situ untuk membantu anak-anak kost yang kebanyakan belum pernah ke Bandung sama sekali.  Seperti sekarang nih, semua anak kost di rumah Mama dari Sorong, Papua Barat.  Tiap kali dengar mereka ngobrol irma selalu teringat percakapan Ela dan Enda.  Acapkali berkata, ‘Itu sudah !’  Apanya yang sudah ?

 

Malam itu kita putuskan besok pagi berangkat dari rumah jam setengah tujuh.  Nyusurin Dago – Merdeka – Lembong – Veteran – Ketapang – Gatot Subroto (Gatsu).  Kan ngumpulnya jam delapan tuh.  Satu jam buat di perjalanan, setengah jam untuk spare waktu.  Tapi ternyata sampai jam setengah delapan kita masih di rumah.  Pagi itu Wahyudi susaaaaahhh sekali untuk bergerak.  Mungkin masih capek perjalanan Jakarta – Bandung semalam.  Beda dengan irma yang udah excited banget pengen buru-buru nggowes.  Akhirnya setelah dibikinin kopi dan disiapin air hangat untuk mandi, Wahyudi baru beranjak. 

 

Pas mau pergi kita baru ngeh ternyata sepeda masing-masing bermasalah.  Sepeda Federal kuning yang mau dipake Wahyudi remnya agak-agak ngelos.  Jimmy yang akan irma pake miring sadelnya.  Jimmy tuh sepeda irma yang pertama.  Dulu irma pake waktu awal-awal bike to work di Jakarta.  Setelah ada Mel, Jimmy dibawa ke Bandung.  Maksudnya untuk dipake Abang Kiddie.  Tapi karena neneknya khawatir dia ngelencer jauh, akhirnya Jimmy nganggur aja di garasi.  Bareng sama si Federal kuning.  Itu sepeda peninggalan anak kost yang udah lulus kuliah dan pindah.  Karena dia lebih suka pake motor jadi sepedanya ditinggal.  Tapi emang sejak awal itu sepeda nggak pernah dia pake.  Sepeda itu bonus saat dia beli motor.  Sayang banget padahal sepedanya bagus lho.  Karena diabaikan begitu ya udah kita pake aja.  Jadi kita yang beruntung deh J

 

Akhirnya setelah yakin kedua sepeda itu aman untuk dikendarai, jam delapan kita baru meninggalkan rumah.  Sebelumnya irma sms Ulu kasih tau kita baru berangkat, minta maaf karena terlambat dan mohon ditungguin.  Enak banget jalanannya turun jadi kita nggak perlu repot-repot nggowes.  Tinggal nggelungsur aja.  Sepanjang jalan kita ketemu beberapa penyepedah gowes mendaki jalan Dago.  irma sempat dadah-dadah sama mereka.  Ada yang balas, ada yang cuek-cuek aja.  Di jalan Dago dekat jalan Dayang Sumbi irma sempat menyalip seorang pengendara sepeda lipat warna hitam.  ‘Duluan Oom,’ irma bilang saat mendahuluinya.  ‘Yooo …’ jawabnya.  Sempat irma lihat di ranselnya ada pin Id-folding bike.

 

Berhubung Wahyudi nyepedahnya lebih kenceng daripada irma jadi irma selalu ketinggalan.  Tapi dia kan nggak tau jalan.  Jadi tiap ketemu persimpangan dia berhenti menunggu irma.  Saat ketemu dia di bawah fly-over Pasopati di atas jalan Dago, irma bilang di lampu merah berikutnya kita belok kiri.  ‘Lho bukannya lurus ?’ Wahyudi mengingat-ingat peta yang dipelajarinya tadi malam.  Nggak.  Tiba-tiba aja terlintas di benak irma untuk melalui rute alternatif Diponegoro – Supratman – Jakarta – Kiaracondong lalu tinggal belok kiri maka sampailah di Pindad.  Itu yang irma lihat di peta tadi sebelum berangkat.  Kayaknya lewat situ lebih dekat.

 

Ternyata irma salah perhitungan.  Minggu pagi gitu Gasibu dan Gedung Sate rame dengan orang jalan-jalan – juga jualan – jadi baru aja lewatin jalan Pangeran Kornel kita langsung ketemu macet.  Macet abizzzz.  Bahkan sepeda pun sulit menyelip di antara mobil-motor.  irma segera putuskan tuk belok kanan.  Kalau jalan di daerah situ irma lumayan ingat karena itu dulunya waktu irma SMA merupakan rute jalan kaki pulang sekolah bareng Irv.

 

Kita sampai di jalan Trunojoyo.  Wahyudi mendahului irma lagi.  Emang dia demennya ngebut.  Tapi pasti berikutnya dia akan berhenti.  Benar aja, nggak lama kemudian irma lihat dia celingak-celinguk kebingungan di samping jalan Taman Maluku, tempat angkot Kalapa – Dago muncul.  irma beri tanda belok kiri.  ‘Lurus aja ngikutin jalan ini,’ seru irma saat Wahyudi menyusul irma.  Lalu kita menyusuri jalan Riau, lewati Taman Pramuka (hei, apa kabarnya Pramuka sekarang ya ?  kok nggak pernah kedengaran lagi gerakannya), masuk jalan Laswi, melintasi persimpangan Ahmad Yani, hingga akhirnya kita belok memasuki Gatsu.  Beberapa kali kita saling menyusul.  irma tau Wahyudi mulai capek.  Dia bisa aja gowes kenceng-kenceng tapi soal stamina irma lebih kuat.  irma memang lambat tapi lebih tahan lama nggowes.  Makanya nggak masalah untuk irma ngelencer jauh-jauh.  Selama jalannya pelan-pelan J

 

irma senang sekali saat mencapai BSM – Bandung Super Mall.  Berarti udah dekat.  Lebih senang lagi ketika di persimpangan Kiaracondong menemukan papan petunjuk arah menuju Kampus Unjani.  Berarti kita sudah menempuh jalan yang benar.  Nggak berapa jauh setelah melewati persimpangan itu jalan terusan Gatsu diakhiri dengan komplek Pindad.  Lho, mana Kampus Unjaninya ?  Rupanya setelah dari situ belok kanan maka kita akan menemui Kampus Unjani – Fakultas Teknik.

 

Wahyudi terus nyelonong melewati kampus tersebut.  irma sampai harus berteriak-teriak memanggilnya agar kembali.  ‘Ini tempatnya,’ irma menunjuk ke arah kampus, ‘sekarang telpon Ulu dulu nanyain lokasi pastinya.’

 

Ternyata kita nggak perlu ngeluarin pulsa tuk nelpon.  Seorang lelaki yang sedang berjalan dekat situ berkata pada irma, ‘Mau ke KPS ya ?  Masuk aja.  Itu udah pada ngumpul.’  Rupanya ia juga menuju Kampus Unjani.  Ia beri isyarat kepada irma untuk mengikutinya.  ‘Itu di sebelah kanan,’ ia menunjuk deretan bangunan di samping lapangan … lapangan basket kalau nggak salah ya ??  Kelihatan jelas di sana banyak sepeda parkir.  irma mengucapkan terima kasih kepada lelaki tadi.

 

Nampak Ulu duduk di kursi panjang depan sekretariat KPS.  Hari itu ia mengenakan kaus putih lengan panjang gambar wajah Cepot.  Kaus produksi Mahanagari.  Ulu tersenyum lebar saat irma dan Wahyudi menghampirinya.  ‘Maaf ya, telat,’ irma bilang.  Kalau nggak salah saat itu udah sekitar jam sembilan pagi.  Telat satu jam dari waktu kumpul yang ditentukan.

 

Salaman dengan Ulu.  Salaman juga dengan yang ada di sekitarnya.  Tiap orang yang irma salami pada menyebutkan nama.  Tapi beneran deh, saat itu nggak ada satupun yang bisa irma ingat nama-namanya.  Kecuali Ella karena dia satu-satunya cewek selain irma dan Ulu.  Sempat irma dengar Ulu memperkenalkan irma dan Wahyudi, ‘… mereka ini dari Jakarta lho !’  Mungkin aneh baginya kita yang dari Jakarta bela-belain ke Bandung hanya tuk nyepedah.  Bahkan Acip yang kemudian datang menyalami kita pun menyatakan keheranannya, ‘Wah (irma) sering banget ada acara ya.  Hampir tiap minggu.  Tiap kali aku buka multiplynya, adaa aja ceritanya.’  He eh, gimana ya … abis pada dasarnya emang irma suka ngelencer sih.  Jadi kalau ada yang ngajakin atau kasih tau acara jalan-jalan, selalu irma usahakan ikutan J

 

Seorang lelaki menyodorkan buku tulis beserta bolpen kepada irma.  Belakangan irma tau dia tuh Mas Ade, salah seorang seniornya KPS.  Buku tulis yang disodorkannya merupakan ‘buku tamu’.  irma diminta menulis nama, alamat dan no telpon.  Sekalian irma tuliskan datanya Wahyudi juga.  irma di nomor 9, Wahyudi nomor 10.

 

Lagi nulis gitu irma disuruh pindah dari kursi panjang yang irma duduki.  Rupanya area itu mau dipake majang sepeda.  Berikut pengendaranya.  Buat apaan sih ?  Buat photo-photo !  irma yang udah selesai nulis buku tamu lalu memindahkan Jimmy dan ikutan yang lain mejeng bareng sepedanya.  Wahyudi juga turut serta.  Ia memindahkan si Federal Kuning lalu mejeng di samping irma dan Jimmy.

 

Mulailah session photo.  Ta’ kirain cuma photo rame-rame ternyata setelah diphoto bareng masing-masing diphoto sama sepedanya.  Yang motret Mas Ade.  Waktu Mas Ade motret irma, irma nyeletuk, ‘Abis ini langsung jadi deh ID card masing-masing.’  irma menunjuk sekretariat KPS di belakang irma.  Deni yang berdiri di samping kanan irma bersama sepedanya yang juga warna merah ketawa dengar komentar irma.  Deni ini dulu ikutan acara jalan-jalan ke Pasir Pawon, Gua Pawon juga.  Waktu itu dia bersama teman kantornya.  Sekarang Deni sendirian aja.

 

Selesai acara photo ala ID card itu berikutnya adalah perkenalan.  Satu per satu diminta memperkenalkan diri.  Dimulai dari Teddy yang berdiri memimpin kelompok.  Selain nama ada juga yang menyebutkan pekerjaan atau kuliahnya, atau identitas lainnya.  Ada Dody dari YPBB – Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi – satu LSM yang bergerak di bidang lingkungan.  Ada Jawa dari majalah Greener.  Ella yang baru beberapa bulan ini aktif nyepedah dengan sepeda birunya.  Di sebelah Ella berdiri Alek.  Trus Ulu (kalau yang ini sih nggak usah diperkenalkan lagi ya J) beserta Acip.  Saat memperkenalkan diri Acip bilang mudah-mudahan tahun ini ia beneran jadi dokter gigi (amiiiinnn).  Kemudian Deni memperkenalkan diri.  Deni ini kerja di Sanbe.  irma kira Sanbe pabrik obat yang di Padalarang.  Ternyata Deni di bagian Administrasi jadi dia ngantornya di Taman Sari.

 

Berdiri paling ujung adalah Agung.  Saat Agung memperkenalkan diri, Ulu berseru, ‘Oh iya, Agung ini calon mahasiswa lho !’  Beberapa minggu yang lalu Agung baru aja selesai UN.  Ujian Nasional yang bikin stress dan heboh nasional.  Hm, kayaknya Agung peserta termuda dalam acara jalan-jalan ini.  Yang lain kebanyakan udah selesai kuliah atau bentar lagi lulus seperti Ulu dan Acip.  Yang paling tua, siapa ya ?  Tebakan irma sih, kayaknya Wahyudi.  Apalagi hari itu dia lagi brewok.  Huehehehehehe ... berapa hari tuh nggak cukuran ??

 

Lalu Teddy bercerita tentang KPS.  Ternyata KPS ini salah satu unit kegiatan mahasiswa yang didirikan (kalau nggak salah) tahun 1989.  Beberapa orang senior KPS turut serta di acara hari itu, antara lain Mas Ade dan Kang Wiwid.  Abis itu Teddy memimpin briefing.  Teddy kasih tau rute yang akan kita lalui beserta kondisi jalannya.  Juga tempat makan !  Wahyudi yang udah bosan mejeng bareng sepeda mulai keluarin kamera dan photo-photo.  Sekali waktu dia berdiri dekat sekali sama Teddy dan membidik ke arah wajahnya.  Teddy kira dia yang mau diphoto.  Jadi dia lepaskan kacamatanya.  Wahyudi bilang, ’Hei, jangan dilepas !  Aku mau photo bayangannya Ulu di kacamata kamu.’  Huahahahahahahahahaaa ...... kasihan deh Teddy.

 

Selesai briefing kita berdoa agar perjalanan ini lancar dan selamat hingga pulang.  Abis gitu, berangkat ?  Nggaaaaakkk ................ masih ada acara photo-photo lagi !  Satu per satu kita diminta bersepeda ke arah pintu keluar, trus berhenti di samping standing banner KPS, lalu diphoto lagi !  Oh iya, gambar sepeda pada standing banner itu warnanya merah lho.  Sama seperti Jimmy dan Mel.  Makanya irma bilang, ‘Hiii … ini gambar sepeda irma nih !’

 

irma diphoto pada urutan ketiga setelah Agung dan Wahyudi.  Setelah irma masih ada sekitar sepuluh orang lagi (belakangan dari cerita diblognya Ulu irma tau peserta acara nyepedah hari itu sekitar 16 orang).  Ngeliatin satu per satu diphoto gitu irma bergumam, ’Baru kali ini deh ikutan acara nyepedah banyak photo-photonya.’  Perasaan photo-photo mulu.  Belum juga dimulai perjalanannya.  Tapi mungkin kalau udah jalan nanti malah nggak sempat photo-photo ya.

 

Teddy mengajak yang udah diphoto untuk beranjak.  Akhirnya berangkat juga !  irma senang sekali saat kita mulai nggowes menyusuri jalan Papanggungan depan Kampus Unjani menuju jalan besar.  Beriring-iringan dua-dua, irma bersepeda di belakang Teddy dengan sepedanya yang bercorak motif telur puyuh.  Jalan itu lumayan rame banyak orang hilir mudik.  Mungkin karena itu jadi banyak polisi tidurnya.  Tapi berbeda dengan polisi tidur yang biasa irma temuin, polisi tidur di jalan Papanggungan terdiri dari tiga gundukan memanjang dalam jarak yang berdekatan.  Baru kali itu irma nemuin polisi tidur rangkap tiga.  Huehehehehehehe ...... kayak bikin surat aja.  Ada lembaran yang asli, lembaran carbon copy, dan black carbon copy.

 

irma nggak tau dari jalan Papanggungan itu kita keluarnya di jalan apa.  Yang jelas jalan itu rameeeee sekali.  Banyak mobil dan motor.  Teddy mengingatkan kita untuk berhati-hati saat di persimpangan.  Karena saat lampu menyala ijo untuk yang mau belok kanan, pada yang bersamaan dari samping kanan pun kendaraan melaju.  Makanya waktu mau nyeberang itu irma berusaha tetap dekat-dekat sama Teddy.  Pffff ... lega sekali rasanya setelah selamat sampai di seberang.

 

’Bukannya mereka itu sweeper ?’ Wahyudi menunjuk dua orang penyepedah yang mendahului kita.  irma mengangguk.  Tadi pada saat briefing diperkenalkan kedua orang anggota KPS tersebut bertindak sebagai sweeper.  ’Bukan karena kita lambat ya,’ kata seorang di antara mereka, ’tapi kita mau memastikan nggak ada anggota rombongan yang tertinggal.’  Namanya juga sweeper, penyapu.  Ya seharusnya di belakang rombongan.  Tapi kok mereka malah ngebut nyepedah mendahului Teddy yang bersepeda paling depan memimpin rombongan ??

 

Semula jalan yang kita lewati masih lebar dan beraspal mulus.  Lama-lama jalan menyempit jadi tinggal satu jalur di kiri dan satu jalur kanan.  irma harus ekstra hati-hati terhadap mobil dan motor yang bersliweran tanpa simpati pada pengendara sepeda.  Sekali waktu seorang pengendara mobil membunyikan klakson keras-keras karena irma tidak memberinya kesempatan untuk menyeberang (karena irma lagi berusaha mengejar anggota rombongan lain yang nggowes jauh di depan).  Huh, sebel banget deh !  Pengen rasanya irma mengacungkan jari tengah kepadanya, meniru gaya orang marah di film-film ala Holywood.  Tapi irma tau sikap itu nggak ada gunanya.  Nggak ada keren-kerennya lagi !  Malah mengundang antipati.  Sambil tetap menggowes irma pun bergumam pada diri sendiri, ’Udahlah, sing waras ngalah.’

 

Selain jalan menyempit, aspalnya pun nggak mulus lagi.  Malah banyak lubang dan batu-batu besar.  irma terguncang-guncang di atas punggung Jimmy.  Akibat terguncang-guncang gitu sadelnya Jimmy miring lagi.  ’Mau dibetulin dulu nggak ?’ seru Wahyudi waktu irma kasih tau gangguan yang irma alami.  Saat ketemu tepian jalan yang agak lebar dan teduh kita pun menepi.  Gustar dan Ulu yang nyepedah di belakang kita turut menepi. ’Kenapa ?’ tanya Gustar.  ’Ini sadelnya mau coplok,’ jawab irma.  Tau Wahyudi bisa betulkan sendiri Gustar nggak turut bantuin.  Ia memotret Wahyudi yang lagi berkutat dengan kunci inggris mengencangkan baut sadel Jimmy.

 

Setelah sadel Jimmy ok, irma bergegas mengejar peserta lain yang udah jauuuuuuuuhhh sekali di depan.  Untung mereka berhenti di atas jembatan.  Jadi irma nggak perlu lama-lama ngebut mengejar mereka.  Untuk menuju ke atas jembatan itu kita harus agak mendaki.  Saat irma udah hampir dekat dengan rombongan yang lagi rehat, tiba-tiba penumpang mobil di samping irma melempar plastik berisi cairan ke jembatan.  Passs banget di hadapan irma !  Nyaris aja irma kena.  Teddy yang melihat kejadian itu terkejut.  Berikutnya ia memperhatikan mobil yang terus melaju itu dengan pandangan sebel.  Ih, nyebelin banget deh tu orang !  Naik mobil keren tapi buang sampah sembarangan.

 

irma memarkir Jimmy di pinggir jembatan.  ‘Ini aliran sungai Citarum yang sudah dimatikan,’ Teddy menunjuk bekas sungai di bawah jembatan tersebut. Hiiii …  di sana banyak sampah plastik berserakan.  Jorok banget sih !  Termasuk penumpang mobil tadi.  Tau nggak sih, plastik itu nggak akan terurai hingga ratusan tahun ke depan.  Wahyudi yang datang kemudian berseru mengomentari, ‘Selamat datang di kebun plastik kita !’  Teddy nyengir dengar ucapannya.  Nyengir getir tepatnya.

 

Sambil rehat beberapa dari kita jeprat-jepret kamera mengambil gambar.  irma sempat terkejut karena tiap kali ada mobil menaiki jembatan maka tempat kita berpijak langsung bergetar kuat. ’Waow, getarannya mantap bener !’ komentar Wahyudi.  Rupanya itu jembatan yang mengayun.  Memang harus lentur mengayun begitu karena kalau jembatan bersifat getas malah bisa patah.

 

Teddy ajak kita lanjut berjalan.  Nggak berapa lama dari sana kita ketemu jembatan lagi.  irma kira kita akan melewatinya.  Ternyata justru kita belok kiri memasuki jalan tanah sebelum mencapai jembatan.  Dua orang sweeper yang tadi jalan mendahului rombongan telah menunggu di sana.  Dari situ dimulailah perjalanan kita menyusuri sungai Citarum.  Jembatan tadi melintasi aliran sungai Citarum yang baru.

 

’Mulai memasuki jalur off road neeh,’ kata seorang peserta.  Jalannya sih datar.  Tapi kondisinya berbatu-batu.  Kebayang kalau jatuh ngegusrak di sana bakalan perih terasa di kulit.  Terguncang-guncang di atas sadel Jimmy, irma berkata kepada Wahyudi, ‘Nah Di, untung nggak jadi bawa Tom.  Nggak kebayang deh kalau dia disuruh jalan di sini.’  Tom itu nama sepeda lipat yang biasa irma pakai ke kantor.  Kemarin-kemarin waktu kita nggak merasa pasti kedua sepeda di rumah Mama di Bandung bisa dipake atau nggak, Wahyudi menyarankan kita bawa Tom.  Usulan yang langsung irma tolak.  Nggak tega irma bawa Tom untuk ngoff-road.  Nggak kebayang kaki-kakinya yang pendek berjuang menggelinding di antara bebatuan.  Lha di jalan aspal aja kalau ketemu lubang atau batu Tom suka agak sempoyongan.  Kalau Mel sih ok-ok aja.  Dia memang sepeda gunung.  Wahyudi ketawa dengar ucapan irma.  ’Hehehe, Tom belum cukup umur untuk ke sini,’ katanya.

 

Akhirnya setelah sekian lama terguncang-guncang di jalan tanah berbatu-batu, sampai juga kita di jalan aspal.  Baru irma bisa menikmati pemandangan sekitar.  Dari tadi irma konsentrasi mengarahkan stang mencari jalur yang agak enak.  irma nggak kepengen jatuh.  Kebayang sakitnya kalau badan membentur batu.  Saat di jalan aspal ini irma bisa gowes sambil lihat kiri lihat kanan.  Lihat aliran sungai Citarum yang ijo pekat.  Lihat rakit penyeberangan.  Lihat anak-anak bermain perahu dan air.  Juga pembuatan bata.  Sepanjang tepian sungai Citarum itu ada banyak tempat pembuatan bata.

 

Ulu dan Gustar yang nyepedah dekat irma berhenti di tempat pembuatan bata depan SLB bagian A-B-C Nita Karya.  ‘Lihat yuk ?’ Ulu mengajak irma.  Yuk.  Kita lalu belok.  Selain kita bertiga turut juga Dody.  irma memanggil-manggil Wahyudi.  Tapi dia teruuuuss aja nggowes.  ‘Udah, biarinin aja.  Nanti juga dia balik sendiri,’ kata Ulu.

 

irma dan Ulu menuntun sepeda memasuki jalan tanah menuju SLB.  Sementara Gustar dan Dody yang lebih terampil bersepeda tetap gowes.  Melihat Ulu menggeletakkan sepedanya tiduran di atas tanah irma pun komentar, ’Duh Ulu, sepedanya kok digituin ??’  Ulu terkejut, ’Oh, nggak boleh ya ??’  Hehehe, bukan nggak boleh sih.  Cuma kalau irma sih selalu merasa sayang kalau sepeda digeletakin di tengah jalan begitu.  Kalau ada mobil melintas gimana ?  Kelindes deh L

  

irma menyandarkan Jimmy ke bagian yang lebih tinggi di pinggir jalan tanah.  Ulu, Gustar, dan Dody turut menyimpan sepeda di sana.  Lalu kita melihat pembuatan bata dari dekat.  Gustar mengajak masuk ke dalam bangunan tempat bata kering dibakar.  Banyak sekam di sana.  Cara pembakarannya mengingatkan irma akan tugas akhir waktu kuliah dulu mengenai gasifikasi secara fixed bed.

 

Lalu kita keluar.  Melihat ibu-ibu yang sedang mencetak bata.  Ulu mengobrol dengan ibu itu, nanya-nanya tentang proses pembuatan bata.  Hm, pasti untuk ditulis di blognya deh.  Ah, nanti baca postingannya aja ah.  irma lagi males nyatet-nyatet.  Jadi irma photo-photo aja.  Termasuk motret Gustar yang lagi berdiri di bawah papan nama SLB Nita Karya.  Dari papan nama itu irma tau daerah yang kita lalui namanya Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang.  ’Eh, jangan photo ada saya nya ya,’ kata Gustar saat tau irma sedang memotret.  Telat Gus.  Lagian emang sengaja irma photo kamu di situ.  Bagi irma kalau photo bangunan atau pemandangan tanpa ada orang, kesannya mati.  Nggak ada kehidupan.

 

Puas melihat-lihat pembuatan bata kita berempat lanjut jalan lagi.  Sebelumnya kita mengucapkan terima kasih kepada bapak-bapak yang tadi mengizinkan kita melihat-lihat proses pembuatan bata.  Baru juga nggowes beberapa kayuhan irma lihat Wahyudi juga lagi photo-photo pembuatan bata.  Tapi dia ambil dari sudut yang lain.  Pake nginceng dari balik pohon pepaya segala.

 

Jalanan yang kita lalui lurus dan datar.  Kita sempat bertemu dengan tiga orang pengendara motor trail dari arah yang berlawanan.  Sebel banget dengar suara knalpotnya berisik meraung-raung.  Ngapain sih mereka mengusik ketenangan di situ ?  Padahal kan enak tuh sepanjang tepian sungai suasananya tenang dan damai.  Nggak nyangka kalau itu masih di Bandung.  Bahkan Acip pun berkomentar, ’Gila ya, gw serasa masuk ke dimensi yang lain.  Kayak di film Narnia gitu.’

 

Sekitar jam sebelas kita berhenti di Warung Nasi Timbel Ummi.  Ibu penjualnya menyambut kita hangat.  ‘Mangga kasep, geulis, ieu teh timbel Ummi.  Aya sangu liwet, sangu bodas, sangu beureum, sangu hideung.  Sok atuh mangga sapedahna diparkir palih ditu,’ ia menunjuk saung paling ujung.  Sepertinya tempat itu memang udah biasa disinggahi para penyepedah sampai disediakan tempat parkir khusus untuk sepeda.

 

’ir, ibu tadi bilang apa ?’ tanya Wahyudi saat kita memarkir sepeda.  Hehehe, Wahyudi memang nggak gitu ngerti bahasa Sunda (ih, emang irma ngerti gitu ??).  Jadi kali ini gantian irma yang jadi penerjemah.  Biasanya kalau kita jalan-jalan lebih sering Wahyudi yang nerjemahin bahasa Jawa untuk irma.  Meski seumur-umur tinggal di Jakarta tapi Wahyudi masih lumayan ngerti bahasa Jawa.

 

’Mangga geulis, cuci tanganna palih ditu,’ ibu penjual tadi menunjuk tiga keran air di samping tempat makan.  Selesai kita cuci tangan ia ngomong lagi, ’Ieu Teh, lap na palih dieu.’  He eh, rapi banget ya.  Ya jualannya, ya tempatnya.  Ia juga melayani dengan ramah dan gembira.  Setiap pembeli yang udah mengambil nasi beserta lauk pauk ia catat.  Kepada irma yang ambil nasi liwet, oncom genjer, anak lauk, dan pais tahu, ia berkata, ‘Teteh nomer salapan nya.’  Jadi pada saat mau bayar nanti kita tinggal bilang nomornya maka ia akan kasih tau berapa kita harus bayar.

 

Sebenarnya irma belum lapar.  Tadi pagi di rumah Mama irma udah puas makan nasi pake ikan kembung pedes, lauk kesukaan irma.  Lagipula kalau abis makan terus nggowes irma seringkali merasa eungap.  Jadi irma makan dikit aja.  Tapi minum yang banyak.  Apalagi kandung kemih udah dikosongkan.  Mumpung di Warung Nasi Timbel Ummi itu ada toilet, irma langsung masuk ke sana dan buang air kecil.  Jadi abis gitu bisa deh minum banyak-banyak.  irma pesan teh manis hangat.  Hmmm, enak banget.  Beda dengan para penyepedah lain yang suka minum air dingin setelah nggowes, irma lebih suka air hangat.  Kalau minum air dingin irma malah jadi makin haus.

 

Selesai makan kita nggak langsung jalan.  Ada yang ngopi-ngopi, ngerokok, atau cuma sekedar duduk-duduk.  Wahyudi mulai dengan kebiasaan purbanya setelah makan ; mengangkat baju kaus bagian depan dan mengusap-usap perut yang kekenyangan (ih, kenapa ya cowok suka sekali berlaku begitu ??  padahal perutnya cuma one pack gitu).  irma sempat nanya sama Wahyudi kenapa dia nggak pesan kopi karena biasanya dia ngantuk setelah makan.  Setau irma Wahyudi tuh sukaaaa sekali kopi.  Apalagi kopi tubruk nan hitam.  Tapi Wahyudi bilang, ’Nggak bagus kalau sekarang minum kopi.  Kan kalau abis olahraga begini jantungnya memompa lebih cepat.  Malah bahaya kalau dapat stimulan dari kopi.’  Jadi untuk melawan kantuk Wahyudi minum coca-cola dingin.  Emang, soda lebih ’ramah’ ya kepada tubuh daripada kopi ??

 

Teddy mengajak kita melanjutkan perjalanan.  Masing-masing bayar makanan dan minuman yang sudah dinikmati.  Wahyudi berbaik hati membayarkan irma juga.  Saat ibu penjual memberitahu dia harus bayar delapan ribu rupiah untuk nasi, anak lauk, tempe, lalapan dan coca-cola dingin, Wahyudi terbengong-bengong.  ’Hah, bener nih ir cuma delapan ribu ?  Kalau di Jakarta delapan ribu baru dapat kopinya doang.’  Hehehehehe, ini kan Bandung Di J

 

Pada perjalanan berikutnya irma selalu pada posisi paling belakang.  Selain karena memang irma lambat nggowesnya juga karena irma kerap kali berhenti kalau ketemu objek menarik untuk diphoto.  Tas kamera irma keluarkan dari dalam ransel dan diselempangkan di depan dada.  Jadi tiap kali mau pake kamera irma dengan mudah segera mengeluarkannya.  Memang sih, irma tetap harus berhenti kalau mau motret.  irma nggak seperti Ela yang bisa ambil photo – bagus lagi hasilnya ! - meski tetap sambil nggowes.  Seperti waktu Funbike RS Bunda itu tuh.

 

Nggak berapa jauh dari Warung Nasi Timbel Ummi kita ketemu jembatan gantung.  Lebarnya hanya pas untuk satu sepeda atau motor.  Jadi harus bergantian pakenya dengan pengguna dari arah berlawanan.  Satu per satu kita melewatinya.  irma kira itu memang bagian dari jalur perjalanan.  Ternyata, setelah sampai di seberang kita kembali lagi ke tempat semula !  Hah, jadi cuma buat nyobain aja ??!  Gustar ketawa, ’Hehehe, mana tau ada yang belum pernah ngelewatin jembatan gantung gitu.’  Hmm, oke lah.  Menarik juga.

 

Lalu kita menyusuri tepian sungai lagi.  Nyeberang lewat jembatan aspal.  Lalu menyusuri sisi lain dari Sungai Citarum.  Di sini Gustar dan Dody mulai iseng.  Mereka menggoyang-goyangkan sepeda sehingga tanah debu tanah berhamburan ke penyepedah di belakang mereka.  ’Hmm, gitu ya,’ Ulu bergegas nggenjot lebih cepat agar mendahului kedua orang itu.  Kelakuan Gustar dan Dody itu mengingatkan irma akan kelakuan anjing yang menggoyang-goyangkan badannya setelah kena air.  Istilahnya Papa dulu, ’Gigibrig’.

 

Kita sempat memotret anak-anak yang bugil bermain air sungai.  Tau rombongan di depan kita memotret, anak-anak itu pada pasang aksi.  Hal itu dimanfaatkan Gustar, Wahyudi dan Acip untuk memotret mereka ala candid.  Wahyudi sampai nginceng dari balik semak-semak.  Rupanya anak-anak itu tau kita memotret secara diam-diam.  ’Eh diphoto deui euy !  Diphoto deui !’ seru mereka.  Kali ini mereka ganti pose, mengarah ke kamera Gustar dan Acip.  ’Wah, udah nggak asik lagi kalau begini,’ kata Gustar.  Cuma Wahyudi yang terus memotret.  Karena ia berjongkok di balik semak-semak begitu maka anak-anak itu nggak tau dia sedang memotret mereka.

 

’Dadah !  Dadah !’ anak-anak itu melambai-lambaikan tangan saat kita lanjut berjalan.  Kita balas melambai.  Ceria sekali mereka.  ’Bahkan di air sehitam ini pun mereka masih bisa bergembira,’ komentar Gustar.  Iya ya, gimana kalau airnya jernih dan bersih ya ?  Tentu lebih bersemangat.  ’Wah, justru kalau airnya bening mereka malah nggak berani bugil gitu.  Kan kelihatan,’ Gustar tertawa.  Apanya coba yang kelihatan ??

 

Di satu ujung jalan yang berpotongan dengan jalan raya kita rehat lagi.  Dari arah berlawanan ada rombongan arak-arakan Sisingaan.  Karena kita akan melewati jalan itu maka kita tunggu rombongan tersebut berlalu.  Banyak juga Sisingaannya.  Tapi baru kali itu irma lihat ada Sisingaan yang ditunggangi anak perempuan.  Setahu irma yang nunggang Sisingaan tuh anak laki-laki yang abis dikhitan.  Mungkin kali ini untuk acara khusus ya, bukan khitanan.

 

Kebetulan tempat kita rehat itu teduh.  Lumayan deh, bisa ngadem.  Ulu terduduk di atas rumput.  Kakinya diselonjorkan.  Sementara Jawa membantu Dody membungkus tangannya dengan scarf.  ’Nggak dibilang sih harus pake tangan panjang.  Jadi perih gini,’ Dody mengeluhkan kulit lengannya yang memerah terbakar matahari.  Komentar Wahyudi, ’Wah, bentar lagi dari sini keluar jaring-jaring nih !’  Wahyudi menunjuk ujung tangan Dody.  Karena dibungkus scarf warna merah begitu, tangannya Dody mengingatkan Wahyudi akan Spiderman.  Sementara irma dalam hati bilang, ’Makanya lain kali kalau nggak pake kaos lengan panjang, bawa kondom tangan aja.’  Di milis B2W Indonesia kondom tangan adalah istilah untuk arm cover atau pelindung tangan.

   

Setelah rombongan Sisingaan itu berlalu kita pun nyeberang.  Lalu menyusuri tepian kali.  Kali ini jalannya baguuuuuusss sekali.  Lurus dan dibeton mulus.  Hanya dalam sekejap anggota rombongan lain udah melaju jauh di depan.  Tinggal irma, Ulu dan Gustar paling belakang.  Wahyudi kadang-kadang di belakang bareng kita bertiga, kadang-kadang dia ngebut mendahului yang lain.  Tujuannya biar ia bisa duluan di depan jadi bisa memotret yang lagi gowes.

 

Di satu tempat kita harus melewati tanjakan tanah yang cukup curam.  irma turun lalu menuntun Jimmy.  Ternyata sebenarnya kalau mau mutar dikit ada alternatif tanjakan yang lebih landai.  Ulu mencoba lewat sana.  Tapi di tengah-tengah tanjakan nyangkut juga.  Akhirnya ia menuntun sepeda juga.  Diperhatikan oleh Gustar yang udah duluan nyampe di ujung tanjakan.  Ya Gustar sih jago nyepedahnya.  Dia nggak kesulitan melewati tanjakan curam dan sempit itu.

 

Setelah tanjakan tadi kita menemui jalan turunan yang panjaaaaaaannnggg sekali.  Juga menikung.  Asik rasanya nggelinding begitu.  Nggak perlu gowes.  Eh tapi ingat, kalau ada turunan pasti ada tanjakan !  Betul aja, setelah habis turunan itu kita harus menempuh tanjakan menuju jembatan yang melintas di atas jalan tol Cipularang.  Tanjakannya lebih panjang daripada turunan L

 

Alhamdulillah, irma berhasil mencapai jembatan tanpa harus TTB – tuntun tuntun bike.  Meski shifter dan RD Jimmy nggak gitu pas setelannya.  RD nya nggak mau mencapai diameter paling besar.  Shifternya pun mentok nggak mau bergeser lebih dari nomor 4.  Mungkin karena irma udah terbiasa tiap hari melalui tanjakan Warung Buncit dan Warung Jati bersama Tom yang single speed jadi irma lumayan kuat nggowes melalui tanjakan menuju jembatan tersebut.

 

Di atas jembatan irma berhenti tuk lihat-lihat ke jalan tol Cipularang.  Sambil menanti Ulu yang  tengah berjuang melalui tanjakan.  Lagi-lagi Ulu harus TTB.  Sementara Gustar di sampingnya nggowes pelan-pelan.  Sampai di jembatan Ulu kayak mau pingsan.  Sepeda ia sandarkan di pagar.  Lalu ia duduk selonjoran kaki di sampingnya.  Tangan menumpu dagu.  Mungkin dia berpikir, untuk apa yang ia lakukan ini semua ??

 

Lepas dari jembatan tadi jalan berikutnya datar-datar aja.  Kembali kita menyusuri tepian kali.  Tapi kali ini jarak antara permukaan jalan ke permukaan kali lebih dalam daripada yang kita lewati sebelumnya.  Wahyudi mengajak irma ngobrol, ia mengomentari sawah di samping kiri kita.  Tapi irma bilang, ’Sorry, lagi nggak bisa diajak ngobrol.  Konsentrasi penuh nih.  Daripada nanti nyebur ke sebelah kanan !’  Bukannnya irma nggak mau nanggepin omongannya, tapi kalau nyepedah sambil ngobrol biasanya irma meleng.  Kalau nanti sepedanya nyelonong ke sebelah kanan dan irma nggak sempat ngerem, irma bakalan terjun bebas masuk kali.  Semula Wahyudi nggak ngeh yang irma omongin.  Setelah sadar ia ketawa ngakak. 

 

Setelah hampir tiga jam bersepeda nyusurin tepian sungai, melewati sawah yang dikotak-kotak rapi, kebun jagung, tiang-tiang SUTET – saluran udara tegangan ekstra tinggi – dan banyak jembatan (entah berapa kali seharian itu kita naik turun jembatan), akhirnya kita muncul di jalan raya.  Kembali ketemu mobil dan motor.  Di sinilah irma mengalami musibah.

 

Lagi asik nggowes tiba-tiba saja dari ban belakang Jimmy terdengar suara, ’Pssssstttttt .....’  Detik berikutnya Jimmy oleng.  ’Eh kempes tuh, kempes !’ Kang Wiwid yang nyepedah pas di belakang irma menunjuk ban belakang Jimmy.  ’Tenang aja, ikutin gerakan sepedanya,’ ia memperingatkan.  Mungkin ia kira irma panik.  irma turuti sarannya.  irma biarkan Jimmy menggelinding sendiri tanpa irma gowes.  Akhirnya Jimmy berhenti.  Pas di tempat teduh di bawah tenda tempat orang berjualan.  Untung sekali saat itu lagi nggak jualan.

 

Ban belakang Jimmy sudah terlepas dari velgnya saat kita berhenti.  Anggota rombongan yang lain juga berhenti.  ’Nah kalau ada kejadian gini yang lain pada seneng nih.  Jadi bisa istirahat,’ Gustar berkata.  Sementara itu Kang Wiwid memeriksa ban dalam rusak yang terburai keluar dari ban luar.  ’Oh, ini karena kejepit waktu masangnya,’ ia menunjukkan bagian ban dalam yang udah tipis memanjang.  ’Mau ditambal aja ?’  Pas di sebelah tenda itu ada kios tukang tambal ban.  Hihihi, kalau di Jakarta ada kejadian ban bocor dekat-dekat tukang tambal ban, biasanya dicurigai tukang tambal ban itu bagian dari mafia penyebar ranjau paku di jalan.

 

’Ada ban cadangannya kok,’ irma mengeluarkan kotak tempat perlengkapan nyepedah yang biasa irma bawa kalau nyepedah sama Mel.  ’Ganti aja.  Kunci-kuncinya juga ada.’  Seingat irma ban dalam Jimmy yang bagian belakang belum pernah diganti sejak irma beli di tahun 2005.  Kalau yang depan udah pernah diganti.  Waktu itu Adit Chimpanzee yang masanginnya.  Karena udah tiga tahun begitu menurut irma lebih baik bannya diganti yang baru aja.  Ingat ajaran dari seorang rekan kantor yang biasa inspeksi ban, ban itu ada umurnya.  Ban tidak direkomendasikan untuk tetap dipakai setelah lebih dari tiga tahun usai pembuatannya.  Berbahaya.  Ini karena meski telah menjadi ban namun komponen karet pembentuknya tetap mengalami reaksi yang mengakibatkan sifat elastisnya berkurang.

 

Gustar ketawa ngakak melihat kotak tempat perlengkapan nyepedah irma.  irma jadi heran.  Kenapa, ada yang salah ?  ’Hehehe, peralatannya sih lengkap.  Tapi tempatnya euy yang nggak nahanin,’ Gustar masih tetap ketawa.  Karena warnanya yang pink ?  Hehehe, dulu pertimbangan irma memilih kotak itu karena dia bisa memuat bike tool kit, ban dalam cadangan, lampu safety, obeng, tang, kunci inggris kecil, dan piranti untuk nambal ban.  Nggak pernah terlintas dalam benak irma kalau warnanya yang pink akan bikin orang merasa geli.  Seperti yang dialami Gustar.

 

Mungkin karena irma cewek ya, dan cowok-cowok itu segan membiarkan irma ngganti ban, akhirnya mereka rame-rame membetulkan ban Jimmy.  Sempat kesulitan saat melepas ban belakang karena Jimmy nggak pake quick release dan kunci inggris yang irma bawa ternyata kekecilan.  Kunci pas pada bike tool kit Wahyudi pun nggak bisa membuka baut pengunci ban.  Deni bawa kunci pas ukuran 12 – 13.  Eh, nggak pas juga.  Dalam hati irma mengingatkan diri lain kali untuk bawa kunci pas ukuran 14 – 15.  Akhirnya setelah berjuang – pake njungkir balikin Jimmy biar mudah melepas ban belakangnya - Wahyudi dan Kang Wiwid berhasil juga.

 

Berikutnya Gustar yang membantu.  Ia memasukkan ban dalam yang baru ke dalam ban luar.  Abis gitu dipasang velgnya.  ’Kok bannya lebih besar daripada velgnya ya ?’ gumam Gustar.  irma jadi bingung mendengarnya.  Bukannya memang seharusnya begitu ?  Kalau velgnya yang lebih besar, di mana nanti masang bannya ?

 

Karena pompa mini irma terasa berat saat digunakan jadi Gustar pake pompanya.  Terampil dan cekatan sekali ia bekerja.  Hanya dalam sebentar ban belakang Jimmy siap dipasang.  Tapi ternyata untuk ngerjain itu Gustar harus sambil merokok.  Komentar Wahyudi akan rokoknya Gustar‚ ’Itu menyannya tuh.  Kalau nggak gitu nggak manjur jampi-jampinya.’  Hahaha, kemenyan.  Emangnya Mbah Dukun ??  Ada Mbah Dukun, lagi ngobatin pasien ..... (ngutip lagu dangdutnya Alam)

 

Abis gitu Wahyudi dan Feri memasangkan ban belakang Jimmy.  Setelah dipastikan baut terpasang kencang, Jimmy pun dibalikkan.  Siap digowes lagi.  He eh, enak banget ya si irma ?  Kena musibah gitu banyak yang bantuin.  irma nya sendiri nggak ngapa-ngapain.  Cuma nyediain ban dalam yang baru beserta peralatannya.  Sementara yang lain betulin bannya Jimmy, irma malah photo-photo.  Makasih ya semuanya J

 

Lanjut gowes lagi.  Lagi beriring-iringan di sekitar Derwati Jawa dengan sepeda Bike2Work special editionnya menjejeri irma.  Ada lagi yang bannya bocor tuh.  Alek,’ katanya.  Hah, padahal tadi abis Jimmy dibetulin irma ketemu Alek lagi sepedaan kukurilingan.  Alek bertanya, ’Bannya bocor ya ?  Sekarang udah nggak apa-apa ?’  irma mengacung jempol kasih isyarat semuanya ok-ok aja.  Nggak disangka-sangka abis itu malah Alek yang kena musibah.

 

Jawa terus melaju untuk kasih tau ke penyepedah yang lain tentang musibah Alek.  irma putuskan untuk kembali.  Setelah pastikan lalu lintas aman dari kedua arah irma pun berputar balik.  Nggak berapa lama nggowes ketemu sepeda teman-teman di sebelah kanan.  Parkir di depan gerobak dan tenda tempat orang jualan.

 

irma kira di sana Alek sedang betulin ban sepedanya.  Ternyata di sana Ulu, Gustar dan Agung lagi ... minum es kelapa !  Lho, di mana Alek nya ?  ’Di sana,’ Ulu menunjuk jauuuuhh ke jalan yang tadi kita lalui.  Haaaa ...... jadi Alek sendirian ngganti ban dalamnya ??  Kebayang deh kalau irma yang harus ngelakuin ganti ban sendirian bakalan abis waktu sampai satu jam (irma kan cuma tau teorinya aja, belum pernah praktek sendiri).  Beda banget sama Gustar dan teman-temannya yang cuma perlu waktu beberapa menit.

 

Karena nggak tau harus ngapain jadi irma turut rehat di tempat jualan es kelapa itu.  Ulu nunjukin kaus kakinya yang bertuliskan 'Sunday'.  He eh, pas banget ya dengan hari ini.  Nggak berapa lama Wahyudi pun kembali.  Terus penyepedah lain yang di belakang kita juga datang.  Akhirnya kita rame-rame minum es kelapa.  Cuma irma yang nggak.  irma pengennya minum Pocari Sweat.  Udah banyak berkeringat gini.  Nggak cukup cuma minum air.  Huehehehehehehehee ... korban iklan banget yah !

 

Akhirnya Alek pun tiba.  Udah nggak pa-pa ya Lek ?  Alek mengangguk.  Lalu kita lanjut nggowes lagi.  Di satu tempat kita menyeberang, masuk jalan di sisi sebelah kanan.  Setelah melewati pemukiman akhirnya sampailah kita di komplek MTC Soekarno – Hatta.  Kang Wiwid berhenti di depan Gendhis Photo and Video Works Studio.  Yang lain pun turut berhenti.

 

Dalam hati irma bertanya-tanya, ngapain lagi nih ?  Ternyata, photo bareng di studio !!  Suatu akhir perjalanan yang mengejutkan.  Ella mencolek Alek dan berkata, ’Ieu teh bade photo pre-wed make sapedah ?’  Kata-katanya itu bikin irma berpikir apakah Ella dan Alek satu paket seperti irma dan Wahyudi.

 

Mas Ade keluar dari dalam  Gendhis Photo and Video Works.  ’Katanya tadi ada yang bannya kempes ya ?’ tanyanya.  irma mengangguk.  ‘Iya, irma sama Alek,’ irma menunjuk Alek yang lagi ngeberesin ban dalam yang bocor ke dalam tasnya.  ‘Trus, pas lagi ya yang ngalamin itu emang yang bawa cadangan ?’ tanya Mas Ade lagi.  Kembali irma mengangguk.  Lalu Mas Ade ketawa, ‘Emang sering gitu.  yang bawa cadangan tuh malah kejadian.  Udah feeling kali.  Makanya sekali-kali harus dilawan tuh mitosnya.’  Kening irma berkerut memandangnya.  Nggg ...... kayaknya lebih baik irma selalu bawa piranti dan ban cadangan deh.  Kalau seandainya bukan irma yang ngalamin, mungkin teman-teman lain.  Kita kan nggak pernah tau apa yang akan terjadi di perjalanan.

 

Lalu Mas Ade mengajak kita semua naik ke studio di lantai atas.  Nggak tau emang pada nggak bisa gaya atau udah pada capek, kayaknya pada nggak begitu antusias untuk diphoto.  Bahkan untuk mengucapkan, ’Cheeseeeee .....’ pun nggak terlalu semangat.  Sebagai variasi irma nggak bilang ’Cheese’ saat diphoto.  irma bilangnya, ’Kacang bunciiiiiiiisssss .........’  Yang penting efeknya sama kan ??  Pamer gigi maksudnya.

 

Selesai photo bareng berikutnya session photo khusus untuk cewek-cewek aja.  Mas Ade mengusulkan satu sepeda pun turut diphoto.  ’Sepeda yang mana ya ?’ Mas Ade berpikir.  irma langsung jawab, ’Yang biru !’  Terlintas dalam benak irma sepedanya Ella aja yang diangkut ke atas.  Karena kalau Jimmy, doooh Jimmy tuh beraaaaattt banget.  Kasihan yang nggotongnya.  Sedangkan sepeda yang dipake Ulu kan itu sepeda pinjaman.  Bukan sepedanya beneran.

 

Ella terharu sekali saat Mas Ade mengangsurkan sepedanya.  ’Aduh Banyu, pacarku !’ serunya.  Oh jadi nama sepedanya Banyu.  Trus, ternyata Banyu itu pacarnya.  Berarti tebakan irma tadi kalau Ella dan Alek itu satu paket, ternyata salah ya ?

 

Abis Ulu, Ella dan irma – beserta Banyu – diphoto, berikutnya Acip yang didaulat jadi model.  Tapi dia diphotonya bareng mobil-mobilan yang biasa ditumpakin adek bayi !  Hahahahaha, kita pada ketawa heboh banget.  Bahkan Acip sendiri pun nggak bisa menahan ketawa.  Dia sendiri merasa geli dengan tema photonya.

 

Tapi abis gitu Acip diphoto dengan mountain bike hitam.  Wuih, gayanya !  (Sok) cool gitu.  Kaca mata hitam, ekspresi wajah serius.  Mengingatkan irma akan tokoh mafia dalam film-film Holywood.  Eh tapi kayak Will Smith dalam film ’Man in Black’ juga tuh !

 

Beres urusan photo-photo kita kembali ke halaman depan Gendhis Photo and Video Works.  Mas Ade ngajak irma ngobrol.  Cerita rupanya dulu beberapa orang di antara anggota KPS tuh ada yang memiliki minat yang sama : sepeda dan fotografi.  Sering mereka hunting photo bareng.  Tentunya sambil nyepedah.  Setelah lulus kuliah pada bikin usaha seputar sepeda dan fotografi seperti Gendhis Photo and Video Works ini.  Pernah mereka bersepeda touring sampai ke Yogya.  Waow, JOGJA !

 

Kang Wiwid mengajak kita kumpul membentuk lingkaran.  Penutupan.  Saling memberikan kesan atas perjalanan hari itu.  Saat Wahyudi diminta menyampaikan kesannya, malah irma yang jawab, ’Hahaha, dia bilang kurang tantangan !  Abis dia nggak keringetan sama sekali !’  Di perjalanan tadi Wahyudi memang bilang begitu.  Aneh ya, masa perhitungan tantangannya berdasarkan banyaknya keringat yang dihasilkan saat nyepedah ?  Pantes aja Gustar berkomentar, ’Ok, lain kali kita sediakan mesin pemanas.’  Hahaha, nggak usah.  Suruh aja dia nyepedah sambil megang obor J

 

Beberapa orang yang peduli lingkungan memberikan pesan untuk mengurangi beban bumi.  Teddy mengingatkan kita untuk menghemat kertas.  Kalau nggak perlu-perlu banget, nggak usah ngeprint deh.  Kalaupun ngeprint usahakan pake kedua sisi kertas.  Bolak-balik gitu.  ’Kasihan lho hutan di Riau makin banyak yang gundul,’ kata Teddy.  Teddy pernah ke sana dan lihat langsung ya ??

 

Pas adzan Ashar berkumandang kita bubaran.  irma, Wahyudi, Acip, Feri dan seorang yang akan pulang ke Cimahi gowes bareng.  Menyusuri jalan Kiaracondong, setelah menuruni fly-over kita berpisah dengan Feri.  Di jalan Supratman kita berpisah dengan Acip.  Lalu karena irma dan Wahyudi singgah di Circle K untuk beli Pocari Sweat, teman kita yang akan pulang Cimahi lanjut gowes sendirian.  Daaagh ... hati-hati ya.  Sampai jumpa lagi.

 

Selanjutnya perjalanan ke Dago adalah suatu perjuangan.  Sepanjang jalan nanjak terus !  Beda banget dengan waktu perginya yang tinggal nggelinding.  Dari Supratman kita menyusuri jalan Diponegoro, melewati RRI, Gedung Dwi Warna dan Museum Geologi.  Di depan Gedung Sate kita belok kanan ke arah jalan Surapati.  Lalu nyeberang lagi, menyusuri taman Japati.  ’Ayoooo ... kamu bisa !!!’ seru irma menyemangati diri sendiri saat nanjak sepanjang jalan Dipatiukur.  Pelan-pelan nggowes.  Lega rasanya saat sampai di Simpang Dago.  Duh, tapi rumah Mama masih jauh L

 

Belok kanan, mulai memasuki jl. Ir. H. Juanda.  Makin lama tanjakannya makin curam.  Akhirnya di seberang jalan Bangbayang Selatan irma turun dari sepeda dan menuntun Jimmy.  Wahyudi pun lakukan hal yang sama.  ’Duh, kok nggak ada bonus lagi ya,’ keluhnya.  Meniru kebiasaan irma, Wahyudi pun menyebut turunan sebagai bonus.  ’Ada Di,’ irma bilang, ’kalau kamu ambil arah yang berlawanan.’  Hueheheheheheheheee ... kalau gitu sih kapan nyampenya ??

 

Dari depan Darul Hikam kita nggowes lagi.  Melewati Kanayakan, Borma, puskesmas, lalu di depan Hotel Sheraton kita belok kiri masuk jalan Dago Pojok.  Sampai di depan bekas kampus fakultas Psikologi Unpad kita belok kanan memasuki jalan Bukit Dago Selatan.  Doooh, beneran nggak kuat nih !  Dari situ kita TTB lagi sampai ke rumah Mama.

 

Pas jam setengah lima sampai di rumah.  Perjalanan pulang memakan waktu hampir dua kali lipat perjalanan pergi.  Padahal jarak tempuhnya sama.  Ya iyalah, kan elevasinya beda banget !  Abang Kiddie dan Adek Diella yang lagi main bulutangkis di halaman menyambut kita. ’Tante, Neneknya lagi ke pengajian.  Ada tetangga yang meninggal.  Tapi tadi Nenek udah pesenin taksi buat Tante,’ Adek Diella menyampaikan pesan Neneknya.  Waktu rehat di Circle K jalan Supratman tadi irma memang telpon Mama dan minta tolong pesankan taksi untuk ke stasiun.

 

irma bergegas mandi.  Harus buru-buru nih.  Bentar lagi taksinya datang.  Betul aja.  Saat irma keluar dari kamar mandi Wahyudi berseru dari ruang tamu, ’ir, taksinya udah datang.’  Dooh, mana belum sholat lagi !  Tadi pun sholat Dzuhur kelewat.  Jadi sekarang harus dijama’ sama Ashar.  Udah hampir habis lagi waktu sholatnya.  Hiks, maaf ya Allah.  Gini nih, kalau udah asik sama satu kegiatan urusan kewajiban ibadah seringkali terabaikan.

 

Akhirnya jam setengah enam kita baru berangkat menuju stasiun.  Sempat pamitan sama Mama yang kabur dari pengajian.  Wahyudi nggak sempat mandi.  Padahal Abang Kiddie udah masakin air panas untuknya.  Waktu irma mandi tadi Wahyudi nggeletak di teras, istirahat dan nglurusin badan.  Kasihan, dia capek sekali.  Berdasarkan GPSnya Gustar perjalanan kita nyepedah tadi sekitar 30 km.  Ditambah gowes dari dan pulang ke Dago, mungkin total jarak tempuh kita hari itu mencapai 50 km.

 

Jam enam sore kita sampai di stasiun Bandung.  Untung tadi pagi minta tolong Mama beliin tiket untuk kita balik ke Jakarta pake kereta Argo Gede jam 18.30.  Kebayang deh kalau belum punya tiket, bakalan bingung kita mencari kendaraan untuk ke Jakarta.  Loket menunjukkan tiket kereta udah habis terjual.  Minggu malam begini semua travel dah penuuuuuh dipesan orang.  Kalau pulangnya ditunda besok, masa’ kita bolos kerja.  Padahal irma ada jadwal audit di Tangerang.

 

Karena sebelum berangkat kita sempat makan nasi goreng di salah satu cafe di stasiun, jadi di kereta kita nggak makan lagi.  Niatnya sih mau tidur.  Tapi mungkin karena terlalu letih malah jadi nggak bisa bobo’.  Atau mungkin juga karena kurang nyaman tidur dalam posisi duduk begitu.  Akhirnya irma keluarin laptop dan mindahin photo-photo dari kamera.  Wahyudi pun menunjukkan hasil jepretannya hari itu.  Bagus-bagus tuh.  Berbagai ekspresi penyepedah dia dapatkan.  Ada yang udah capek, ada yang sedang berjuang.  Ada photo Ulu yang ekspresi wajahnya sama dengan si Cepot di kausnya.  Ada photo Acip yang keren ; berkaca mata hitam, telpon pake hp sambil tetap gowes.  Komentar Wahyudi, ’Bisa nih buat iklan layanan masyarakat.  Pesannya, jangan lakukan ini saat bersepeda.’  He eh, telpon-telponan – apalagi smsan ! - sambil nggowes itu kan sebenarnya berbahaya.  Ya untuk si pelakunya, ya untuk orang lain juga.  Mana Acip nggak pake helm lagi.  Oh iya, kenapa ya teman-teman itu pada enggan pake helm ?  Ella dan Deni juga nggak pake.  Hmm, jadi ingat pesan dari teman-teman Robek (Rombongan Bekasi) yang mereka tulis di standing bannernya, ’Kepala bukan tomat.  Pake helm biar selamat !’

 

Saat kereta melewati stasiun Cikampek baru irma merasa benar-benar ngantuk.  Wahyudi pun demikian.  Kita lalu tidur sambil menjaga barang bawaan masing-masing.  irma memeluk laptop, Wahyudi memeluk kamera.  Terbangun saat kereta bersiap meninggalkan stasiun Jatinegara.  Waduh, kebablasan nih !  Kan seharusnya tadi kita turun di sana.  Walhasil kita kemudian turun di Gambir.

 

Dari Gambir kita naik taksi Express.  Sempat sangsi apakah taksi itu masih menerapkan tarif lama mengingat sejak kemarin BBM naik hingga 30%.  Ternyata masih !  Syukur deh hari itu kita banyak dapat kemudahan.  Perjalanan ke rumah pun lancar.  Akibat BBM naik mungkin orang-orang jadi malas bepergian.  Jam sepuluh malam irma dah sampai di tempat kost di Pejaten.  Wahyudi lanjut ke Bekasi.

 

Masuk kamar, irma langsung nggeletak di atas kasur ngelurusin badan.  Aduh capek banget.  Besok bisa gowes ke kantor nggak ya ??  Males juga sih.  Pengen naik busway aja.  Tapi naik busway sebenarnya lebih capek daripada naik sepeda.  Ya capek berdiri di halte nunggu buswaynya, capek di dalam buswaynya (berdiri bo’ sepanjang jalan !), belum lagi kalau jalanan macet.  Trus denger-denger besok bakalan ada demo besar-besaran menolak kenaikan BBM.  Kalau udah demo gitu jalan-jalan bakalan macet.  Bisa sampai jauh malam menunggu macet reda.  Kalau macet, lebih nyaman pake sepeda.  Jadi kesimpulannya : kuat nggak kuat besok tetap harus gowes.  Hiks L

 

Ayoo smangat !  Katanya biker ! 

(sms balasan dari Bu Isna setelah aku sms dia, kasih tau aku lagi kecapekan menempuh tanjakan yang nggak habis-habisnya dalam perjalanan pulang ke Dago)