Wednesday, September 30, 2009

the power of kiss

 

Tadi pagi irma kesiangan bangun.  Jam lima kurang seperempat.  Walhasil jadi terburu-buru bersiap-siap berangkat kerja.  Waktu Wahyudi minta irma untuk lebih bergegas, irma jadi kesal padanya.  Kesal abisnya kok dia nggak bisa ngerti kalau irma pun sebenarnya nggak mau terlambat.  Dia grusu-grusuin gitu irma malah jadi panik, bukannya makin sigap bergerak.

... eh tapi kan aku udah janji ya, aku nggak akan mendiamkannya lagi meski hati mangkel begini ...

Jadi waktu kita berpisah di persimpangan Plaza Cibubur, irma pun mencium tangannya dan bilang, "Maaf ya, aku bikin Yudi terlambat."  Lalu Yudi balas dengan mencium kening irma.

Then I feel better.  Much better.  Jauh lebih baik daripada kalau irma ngambek mendiamkannya.

 

 

Tuesday, September 29, 2009

menjamu mertua

 

Sabtu pagi lalu waktu lagi leyeh-leyeh di kamar menikmati semilir angin dari halaman belakang, handphone Wahyudi bunyi-bunyi.  Telpon dari bapak mertua.  Kasih tau kalau nanti siang setelah Dzuhur akan ke rumah.  Udah lama banget sih Ibu dan Bapak pengen ke sini.  Tapi tertunda karena bulan puasa.

Kami pun bangun meninggalkan kamar dan tempat tidur yang nyaman itu.  Wahyudi beres-beres rumah sedangkan irma menyiapkan masakan.  Masak yang simpel aja, yang irma emang pede ngebikinnya.  Bikin terong balado, empal goreng, dan tentunya yang harus selalu ada di rumah orang Jawa : tempe orek.  Bedanya tempe orek ini irma modifikasi pakai teri dan kacang.  Tapi kok, rasanya jadi kayak oncom ya ??  Ah sudahlah, yang penting enak, huehehehehe.  Apalagi makannya pake kerupuk udang.  Kriuk kriuk deh.

Pas jam setengah tiga waktu irma selesai menata meja, rombongan dari Pisangan datang.  Sudah irma duga Ibu dan Bapak nggak mungkin datang cuma berdua.  Tapi berdelapan !  Ibu, Bapak, Mbak Yanti, Mas Sony, Tata, Mbak Nung, Pak De dan Bu De.  Langsung berasa sempit deh rumah kami, hahaha.  Jadi kita ngegelar tikar di tengah ruangan biar bisa duduk santai.  Kebetulan Mbak Nung bawain bantal buat duduk-duduk nonton tivi.

"Wah, irma masak ya ?" Ibu terheran-heran melihat meja yang sudah rapi ditata.  "Ibu cuma masak ayam goreng."  irma tersenyum simpul.  Dalam hati irma bilang, "Buuu ... nggak bakalan kelaparan deh anak Ibu sama saya."

"Yuk makan yuk, makan," ajak Wahyudi ketika habis es teh manis satu pitcher diserbu rombongan yang kehausan setelah menempuh perjalanan jauh dari Pisangan.  "Ir, udah siap kan makanannya ?"

irma mengangguk.  Saat Wahyudi membuka magic jar baru irma ngeh kalau ternyata irma belum masak nasi.  Whadughhhhhh !!!

 

 

masakan ibu

 

"Irma, bikin ketupat dong ..."

Bagi Wahyudi, lebaran tanpa ketupat belumlah lebaran.  Tapi berhubung di rumah nggak punya cadangan gas buat masak ketupat berjam-jam dan irma pun belum pede bikin teman makan ketupat (baca : opor), jadi lebaran kemarin irma nggak bisa memenuhi keinginannya itu.  Maaf ya.

"Ya nggak apa-apa deh, nanti di rumah Ibu aja makan ketupatnya," kata Wahyudi agak-agak kecewa.

Di rumah mertua, setelah salam-salaman bermaaf-maafan ibu mertua bertanya, "Bikin ketupat nggak ir ?"  Jawab irma, "Nggak Bu."  Lalu ibu bilang, "Tuh ada banyak ketupat.  Makan aja."  Wahyudi pun makan ketupat puas-puas.  irma yang nggak terlalu suka ketupat makan secukupnya aja.

Ketika pamit pulang ibu membekali kami dengan ketupat, opor ayam, sambel goreng ati, dan sayur labu.  Yummy, kalau yang terakhir itu irma suka sekali.

Ealah sampai di rumah ternyata bekal dari ibu itu dihabiskan oleh Wahyudi !  Dih gitu ya, irma nggak disisain.  Jadi nggak salah dong kalau rendang dari Mama irma habiskan sendiri juga.  Kalau Wahyudi menyikat habis masakan ibunya, boleh lah irma juga menandaskan masakan Mama.  Biar impas, hihihihi

 

 

Monday, September 28, 2009

Tuhan menegurku melalui mimpi

 

Kebiasaan jelek irma kalau ngambek adalah, irma tahan mendiamkan orang yang bikin irma kesal itu berlama-lama.  Seperti minggu lalu waktu irma kesal sama Wahyudi.  Seharian itu irma mendiamkannya.  Bahkan menjelang tidur pun irma tetap diam.

Lalu irma mimpi.  Mimpi kalau kita menginap di satu hotel.  Ketika itu irma sedang tugas keluar kota.  Karena pabriknya sedang libur jadi Wahyudi turut.  Saat check-in resepsionis mengatakan bahwa kamar yang dipesan kantor irma belum siap.  Jadi untuk sementara mereka menempatkan irma dan Wahyudi di salah satu kamar.  irma diminta untuk ke resepsionis lagi nanti.

Sejam kemudian irma turun ke lobby.  Waktu di lift baru ngeh kalau lift tersebut hanya berhenti di lantai-lantai bernomor genap dan lobby.    Sampai di resepsionis, petugas di sana mengatakan kamar irma udah siap.  Kamar no 199a.  Dari lobby tinggal naik satu lantai pakai tangga.  irma pun menuju ke sana.

Ternyata, itu bukan kamar.  Lebih mirip barak atau bangsal rumah sakit dengan 8 tempat tidur berimpit-impitan.  Hanya satu tempat tidur disediakan untuk irma.  Lalu Wahyudi tidur di mana ?  irma pikir kami harus pindah hotel.

Tapi irma tidak ingat kamar sementara yang tadi disediakan oleh resepsionis.  Benar-benar lupa.  Dan irma pun kesulitan menghubungi Wahyudi karena handphonenya rusak, sehingga deringnya tidak aktif.  Hanya bisa silent mode dengan nada getar.  Tapi Wahyudi sedang tidur waktu irma meninggalkannya di kamar.  Bagaimana dia tahu kalau irma menelponnya ?

Panik irma menelponnya berulang-ulang.  Hingga akhirnya Wahyudi menjawab.  "Aku di kamar 73," katanya dengan suara mengantuk.  "Lantai 7 kamar no 3."  irma bergegas ke lift.

Tapi kan lift itu hanya berhenti di lantai bernomor genap.  irma turun di lantai 8, berharap dari sana ada tangga ke lantai 7.  Tidak ada.  Naik lift lagi, irma turun di lantai 6.  Nggak ada juga tangga ke lantai di atasnya.  Jadi bagaimana caranya irma ke lantai 7 ?  Panik, irma pun menangis.

Terisak-isak irma terjaga dari mimpi.  Langsung irma merapat ke Wahyudi.  "Ada apa ?" tanyanya.  "Ngg ... aku mimpi nggak enak," jawab irma.  "Mimpi apa ?" tanya Wahyudi lagi.

Jeda sesaat sebelum irma berkata, "Aku mimpi nyari-nyari Yudi tapi nggak ketemu.  Aku takut sekali."

"Sssshh ... sini, aku di sini," Wahyudi menarik irma ke pelukannya.  "Nggak ada apa-apa.  Itu cuma mimpi."  Lalu kami pun melanjutkan tidur.

Sejak itu irma berjanji tidak akan lagi mendiamkannya meskipun hati kesal.

 

 

 

Sunday, September 27, 2009

harus selalu berdua

 

Bulan November nanti Adep bersama Sahabat Museum akan menyelenggarakan PTD Ternate - Tidore.  Pengen sekali ikutan.  Tapi Wahyudi bilang ongkosnya yang 6 juta tuh mahal bangett.  Yahhhh ...

Trus, kemarin waktu irma hitung-hitung uang, ternyata THR irma masih bersisa lumayan banyak.  Lalu irma bilang ke Wahyudi, "Nggg ... kalau aku aja yang pergi, boleh nggak ?  Aku bayar sendiri kok."

Wahyudi mendelikkan mata dan berkata tegas, "Nggak boleh !"

Kesimpulan : harus selalu berdua ya ??? 

 

 

gantengnya pacarku

 

Lebaran kemarin seperti biasa irma kumpul dengan keluarga besar Sulun St. Malenggang di rumah Mamak di Kalibata.  Bedanya, kali ini Wahyudi ikutan.  Ya iya lah, kan dia suami irma, ya jadi bagian dari keluarga juga.

Usai salam-salaman antar sodara terasa ada yang menjawil bahu irma.  Waktu irma menoleh, oh ternyata keponakan yang di Depok.  Bukan keponakan langsung sih, tapi dia cucu dari adiknya Mama.

"Tante, suaminya yang mana nih ?  Kasih tau dong, kita kan waktu itu nggak datang ke kawinannya Tante," katanya.  Kakaknya pun mengiyakan

Pandangan irma menyapu ke penjuru ruangan.  "Tuuuhh ... yang pake batik," irma menunjuk Wahyudi yang sedang mengobrol dengan seorang sepupu irma di dekat meja dessert.

"Oooohh ... yang itu," kedua keponakan itu berseru.  "Duh Tante, suaminya guuuuaaaannnteeeenggggg !"

Hihihi, jadi ingat satu lagu dangdut yang dulu populer waktu irma SMA, "... gantengnya pacarku, aw !  Gantengnya pacarku, aaahhh ..."

 

dicuekin Ipe

 

Lebaran kemarin kedua keponakan irma dari Bandung pada datang.  Begitu tiba di rumah Abang Kiddie yang suka online langsung menghampiri irma dan bilang, "Tante, di MP kan sekarang bisa chatting lho !"

Komentar irma, "Taela Baaaanggg ... ke mana aja, kok baru nyadar gitu ??"

Abang Kiddie pun tersipu malu.  Bahkan ibunya sendiri pun turut meledek.  Padahal Bu Isna sama sekali nggak ngerti MP.  Dia gapenya di Fesbuk.

“Kamu chatting sama siapa aja di MP ?” tanya irma.

”Sama Kak Ipe,” jawab Abang Kiddie.

”Oh ya, chatting apa aja sama Kak Ipe ?”

”Ngggg ... Kak Ipe nya nggak balas chattinganku.”

 

Yaaaaa ...  itu sih namanya bukan chatting kalau dicuekin gitu.  Kasihan deh kamu Bang, chattinganmu bertepuk sebelah tangan !  Makanya lain kali kalau nyari temen chatting jangan sama tante-tante.  Cari yang sebaya aja kenapa ??

.

 

Wednesday, September 16, 2009

being a nanny

 

"Tante, temen saya bilang titipin aja Bonto di sini ..."

Adzan Maghrib baru aja selesai berkumandang waktu irma memasuki halaman rumah.  Di jalan depan rumah sebelah irma lihat tiga orang anak sedang berkerumun.  "David, jangan !  Kasihan !" terdengar salah seorang di antara mereka berseru.  irma mengenali anak perempuan yang tadi berseru adalah anak ibu rumah sebelah.

Ceklek.  Bunyi anak kunci diputar.  Seorang anak perempuan yang lain menoleh.  Lalu ia berkata kepada dua temannya, "Eh, titipin sama Tante itu aja."

Ketiga anak itu berjalan ke rumah kami.  irma menoleh kepada mereka.  "Ada apa ?" tanya irma.

Satu-satunya anak laki-laki di kelompok itu (belakangan irma tau namanya David) mengangsurkan tangan kanannya.  Ia memegang seekor anak kucing warna putih-kuning.  "Tante, temen saya bilang titipin aja Bonto di sini ..."

Whoaaa ... mereka mo nitip anak kucing !

"Induknya ke mana ?" irma memperhatikan anak kucing itu.  David sudah menurunkannya dan sekarang si Bonto berlari-lari di antara rumput halaman depan rumah kami.

"Induknya nggak tau ke mana.  Suka pergi-pergi," yang menjawab anak perempuan rumah sebelah.  "Titip ya Tante ?  Kita mau main dulu."

Mungkin mereka kira irma baby sitternya si mpus kali ya ???

 

 

being a host

 

Lebaran tahun ini insya Allah akan menjadi lebaran pertama di rumah sendiri.  Dan irma diminta jadi tuan rumah.  Arrrgggghhhhh .................

 

 

Idul Fitri selalu kami lewatkan di Jakarta.  Di malam takbiran Mama, Bu Isna, Abang Kiddie, dan Adek Diella akan datang dari Bandung.  Menginap di rumah Teteh.  Irma akan menyusul ke sana.  Lalu besoknya setelah sholat ied kami akan ke rumah Mamak di Kalibata.  Di sana kumpul keluarga besar Sulun se Jakarta.

 

Tapi tahun ini Teteh sekeluarga akan berlebaran di Brebes.  Jauh-jauh hari sejak awal Ramadhan Teteh berpesan, ”ir, titip Ibu ya.  Lebaran nanti Ibu nginap di rumah irma aja.”

 

Ok.  Berarti irma harus nyiapin hidangan lebaran ya ?  Kan nggak mungkin abis sholat ied pada dibiarinin kelaparan.

 

Karena irma nggak terlalu suka masak yang ribet-ribet jadi irma berencana bikin hidangan yang simpel aja.  Tapi tadi malam Wahyudi minta dibikinin ketupat.

 

Dooohh ... kalau bikin ketupat berarti harus bikin teman-temannya dong L

 

Nggg ok deh, tapi nggak bikin yang pake santan ya !  Macam rendang, opor ayam, sayur buncis, ... deeeuuuhhh nggak deh.  Makasih.  Irma dah puas disuruh Mama njagain santan sejak kecil.

 

”Yeeee ... ketupat mah harus ada opor atuh !” kata Teteh.

 

Masa’ sih ??  Bukannya orang malah pada bosen, di mana-mana ketemu opor.  Rumah Mamak, rumah Bu Lek, rumah Ibu mertua.  Sekali-sekali bikin menu alternatif lah ...

 

 

 

his request

 

"Enak sih, tapi hatiku jadi terbelah."

Yihhhaaaa ... akhirnya berhasil juga bikin tempe orek !  Meski hasilnya nggak kemripik (ngutip istilahnya Dyah) tapi penampilannya udah mirip lah.  Terima kasih buat Bunda Divya yang ngasih link resepnya.  Makasih yaaaa ... muah muah muah muah muahhh.

Harap-harap cemas irma waktu Wahyudi menyantap tempe oreknya.  Saat irma tanya tanggapannya, Wahyudi bilang, "Enak sih.  Tapi hatiku jadi terbelah."

Hatinya terbelah ?  Maksudnya ?

Wahyudi menunjuk piringnya, "Abis aku bingung.  Mana yang mau kumakan duluan.  Tumis sawi baso ini enak, tempe orek juga enak.  Kan jadi bingung."

Hiyyahahahahahahahaha ... kesimpulan, kalau makanannya nggak enak ya tinggal diblep (maksudnya telan aja) trus kalau makanannya enak malah bikin bingung ???  Hihihi

Yesss, kata irma dalam hati.  Akhirnya aku berhasil menepati janjiku pada ibu mertua.

Tapiiii ......... setelah makan, ada permintaan dari Wahyudi, "irma, lebaran nanti bikinin kupat dooonggg ..."

Whadugh, kalau untuk yang ini aku harus bikin tungku kayu !

 

 

Tuesday, September 15, 2009

tempe orek

 

Dua hari yang lalu waktu ngurus surat keterangan pindahnya Wahyudi irma sempat mampir ke rumah mertua.  Ketemu sama Ibunya Wahyudi.  Ibu bertanya-tanya tentang tinggal di rumah sendiri.

 

”Sahur gimana ir ?  Masak atau beli ?”

”Masak Bu.”

”Masak apa ?”

”Yaaa ... masak yang simpel-simpel aja.  Yang cepet.  Goreng tahu, tempe, tumis kangkung, ... apa aja yang penting hangat waktu dimakan.”

”Yudi sukanya tempe orek.”

”Ooohh ...”

”irma bisa bikin tempe orek nggak ?”

”Nggak tuh.”

 

Jeda sesaat.  Akhirnya irma pun berkata, ”Saya belum bisa bikin tempe orek Bu.  Nanti saya belajar dan coba bikin.”

 

Dooohhh .... Ibu tuh ngomongnya dikit ya tapi daleeeeeemm sekali.

 

 

 

batita bernyanyi

 

Kemarin sore dalam angkot menuju Leuwinanggung, di depan irma duduk satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan umur 2 - 3 tahun.  Anaknya suka bernyanyi-nyanyi.  Didampingi ibunya ia bernyanyi lagu anak-anak klasik seperti "Tik tik tik bunyi hujan di atas genting" sama "Naik-naik ke puncak gunung".

Berikutnya ia nyanyikan lagu yang bikin irma tercengang.

Bukan, dia bukan nyanyi lagu anak-anak klasik karangan Ibu Sud atau AT Mahmud, lagu anak-anak sekarang karangan Papa T. Bob, atau lagu-lagu dewasa sekarang yang sering dinyanyikan anak-anak seperti lagunya Wali, Ungu, Peterpan, Nidji, dll.

Ia bernyanyi lagu Batak.

Bertiga mereka - ayah, ibu, dan anak perempuan kecil itu - nyanyi sama-sama.   Sepertinya anak kecil itu suka sekali bernyanyi lagu Batak.  Waktu ibunya kembali nyanyi "Naik naik ke puncak gunung ...", ia protes, "Aku mau nyanyi lagunya Ompung."  Lalu ia bernyanyi lagu Batak yang lain.  irma yang suka dengar album Toba Dream seriesnya Vicky Sianipar tau lagu itu adalah lagu lama.  Lama banget, lebih tua lagu itu daripada irma.

Yang bikin irma takjub adalah, di zaman sekarang ini masih ada orang tua yang mengenalkan 'akarnya' kepada anaknya sejak dini.  Di zaman anak-anak kecil bernyanyi lagu orang dewasa (sebel banget kalau lihat acara Idola Cilik, penyanyi anak-anak lagunya lagu orang gede semua !), kedua orang tua di hadapan irma malah mengajarkan lagu daerah kepada anaknya.  Alangkah bagusnya.

Saking asiknya dengar konser keluarga Batak itu irma sampai kelewatan untuk turun di depan komplek rumah.

 

 

Monday, September 14, 2009

berubah status

 

Kemarin siang di kantor kelurahan mengurus surat keterangan pindahnya Wahyudi,

 

”Ada apa Dek ?”

”Mau ambil surat keterangan pindahnya Pak Wahyudi.”

”Pak Wahyudi itu siapa ?  Bapaknya Adek ?”

”Bukan.  Dia suami saya.”

”Hee ... suaminya ??”

 

Yeee ... emang aku nggak ada tampang perempuan yang udah bersuami ya ??

 

Satu jam kemudian di supermarket dalam Plaza Cibubur, berdiri di depan refrigerator irma mencari-cari es krim untuk hidangan berbuka puasa.

 

”Cari eskrim rasa apa Bunda ?” tersenyum manis penjaga toko menyapa irma.

 

Heee ... tadi ”Adek” sekarang ”Bunda” ?  Cuma dalam waktu satu jam statusku bisa berubah jauuuuhhh bangett.

 

 

 

mengurus administrasi kependudukan

 

Wahyudi minta tolong irma ambilkan surat keterangan pindah dari kelurahannya.  Kebetulan kerjaan irma lagi nggak banyak jadi kemarin irma bisa ambil cuti setengah hari.  Sekalian ke stasiun Gambir buat belikan tiket Bu Isna dan anak-anaknya balik ke Bandung setelah lebaran nanti.  Dari sana lalu irma ke Pisangan.

Mampir ke rumah mertua dulu buat ambil Kartu Keluarga yang asli.  Abis gitu baru ke kelurahan.  Berbekal peta yang digambar Wahyudi, irma sampai di sana menjelang jam setengah dua.  irma langsung ke loket pelayanan kependudukan.  Kosong.  Nggak ada orang.  Padahal tertulis di sana, "Waktu operasional loket Senin - Jumat jam 08.00 - 15.00".

"Ada apa Dek ?" dari balik meja di dalam loket seorang pria menyapa waktu irma celingak-celinguk cari petugas kelurahan yang bisa ditanyai.

irma lalu menyerahkan secarik kertas bertuliskan "Tanda Terima KK" kepadanya.  Tapi tulisan KK dicoret dan diganti dengan "Surat Pindah" dengan tulisan tangan.  irma bilang kalau irma mau ambil surat keterangan pindahnya Wahyudi.  Pria itu lalu mengambil kertas tersebut.  Kemudian ia ke lemari dokumen mencari surat yang irma maksud.

Sambil menunggu irma baca-baca papan pengumuman.  Rupanya loket pelayanan kependudukan itu melayani pembuatan KTP, Kartu Keluarga, Surat Keterangan Pindah, Keterangan Kematian, Keterangan Kelahiran, dan pelaporan warga baru.  Semua urusan administrasi itu harus dilengkapi dengan surat keterangan dari RT dan RW.  Beberapa jenis pelayanan ada batas waktunya.  Warga akan dikenai denda jika melewati batas waktu yang ditentukan. 

Terdengar pria tadi bertanya pada seorang perempuan.  irma mengintip ke dalam loket.  Rupanya pria itu menanyakan surat keterangan pindah Wahyudi kepada seorang petugas perempuan berseragam hijau.  Sepertinya petugas pria tidak dapat menemukan surat itu.  Berikutnya irma lihat mereka berdua mengeluarkan semua dokumen dari lemari dan memeriksanya satu per satu.  Nihil.  Surat keterangan tersebut tetap tidak ditemukan.  Petugas perempuan lalu memanggil irma.

"Nggak ada Dek," katanya.  "Saya udah cari ke mana-mana nggak ketemu juga.  Kayaknya dipegang langsung sama Pak ... (ia menyebut nama seseorang).  Bapak itu memang petugas yang di sini.  Mungkin maksudnya biar aman."

Ih, nyebelin banget.  Sebagai auditor irma langsung mempertanyakan bagaimana mereka melakukan pengendalian dokumen di kantor kelurahan itu.  Kok bisa-bisanya mengecewakan pelanggan seperti ini.  Tapi pertanyaan itu cuma irma ucapkan dalam hati saja.

irma tanya petugas yang seharusnya di loket itu ke mana.  "Ke mana ya ?  Kayaknya lagi pulang dulu," jawab petugas perempuan tadi.  irma tanyakan kapan petugas tersebut kembali.  "Duh, kapan ya ?  Kayaknya kalau jam segini sih dia nggak bakalan balik.  Besok aja ya ke sini lagi.  Pagi-pagi," petugas perempuan itu mengangsurkan kertas "Tanda Terima KK" yang dicoret jadi "Tanda Terima Surat Pindah".

Arrrrrrrrrrrrgggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhh ............... nyebelin bangett !!  Nggak mikir apa orang udah meluangkan waktu untuk mengurus administrasi kependudukan seperti ini, eh petugasnya malah nggak tau ke mana !

 

 

 

Sunday, September 13, 2009

daging balado

 

Makanan khas Padang yang paling irma suka adalah daging balado.  Karena sekarang udah punya dapur sendiri jadi irma pengen nyobain bikin.  Di satu hari Kamis waktu irma nggak masuk kerja karena sakit bulanan, irma nelpon Mama tanyain cara bikinnya.

Ternyata gampang banget.  Daging sapi diiris tipis-tipis.  Lalu direbus pake bumbu bawang putih, garam, dan ketumbar yang udah digiling halus.  Setelah daging empuk, dikeluarkan dari rebusan lalu dipukul-pukul pake palu biar jadi lebih empuk.  Trus digoreng.  Abis gitu tumis irisan bawang putih dan cabe merah yang udah digiling.  Masukin daging gorengnya.  Aduk, aduk, aduk di atas api kecil, jadi deh daging balado.

Abis Maghrib irma coba praktek membuat daging balado tersebut.  Sekitar jam tujuh malam Mama telpon, "Gimana, udah jadi daging baladonya ?"  Eh, beluuuummm.  Sengaja irma masaknya setelah Maghrib abisnya Wahyudi biasanya baru sampai rumah jam delapan malam.  Jadi biar masih hangat makanannya waktu dia tiba di rumah.

"Nanti kalau udah jadi dan dimakan, ceritain ya," pesan Mama.  Kayaknya Mama penasaran banget.

Beneran jam delapan malam Wahyudi tiba di rumah.  "Masak apa ?" tanyanya.  irma bilang irma lagi nyobain bikin daging balado ala resep Mama.  Setelah Wahyudi mandi lalu sama-sama kita menyantap makan malam.

Besok paginya irma lagi di kantor Mama telpon.  "Gimana, daging baladonya ?"

Nggg ... kayaknya baik-baik aja tuh.  Udah habis semua dilahap tadi malam dan waktu sahur.  Bahkan irma mau bekal buat makan siang di kantor juga nggak dapat. 

"Wah asik dong.  Berarti nilainya A++," komentar Mama.

He eh, plus pedes maksudnya.  Karena ternyata cabe yang irma pake banyaaaaaaaakkkk sekali !

 

 

 

 

PNS

 

Malam Minggu kemarin diundang buka puasa di rumah Teteh.  Rutin tiap bulan Ramadhan Teteh selalu mengadakan buka puasa bareng bersama sodara-sodara dari pihak suaminya.  Karena Bu Lik cerita anaknya lagi tes jadi pegawai Deplu, kita jadi ngomongin PNS.  Sejak dulu sampai sekarang PNS tuh selalu jadi idaman.  Banyak banget yang pengen jadi PNS.  Apalagi katanya sekarang tunjangan dan fasilitas untuk PNS makin bagus.  Tapi produktifitas dalam bekerja, tetep nggak janji.

"Iya tuh, ada teman aku PNS di Departemen Keuangan.  Pagi-pagi dia ke kantor di Lapangan Banteng buat absen pagi.  Trus dia balik ke Depok.  Nganter anaknya sekolah, belanja, ke mana, ke mana, trus sorenya balik lagi ke Lapangan Banteng buat ... absen pulang.  Lha padahal seharian itu dia nggak ngerjain apa-apa !" putri Bu Lik yang paling tua bercerita.

He, bisa kayak gitu ? 

"Iya.  PNS tuh yang penting absen.  Sehari dua kali.  Pagi dan sore.  Kalau nggak absen nanti gajinya dipotong.  Gede lho potongannya.  Bisa nyampe 10% gaji."

Suaminya Teteh berkomentar, "Emang, atasannya nggak ngawasin ?  Bisa-bisanya dia keluar kantor semudah itu nggak ada yang ngontrol."

"Boro-boro.  Siapa yang mo ngawasin ?  Lha atasannya juga sama aja.  Yang penting, absen !"

irma dan Wahyudi yang sama-sama karyawan swasta tercengang-cengang.  Pantesaaaaannn ... PNS selalu jadi pekerjaan idaman.  Lha bisa makan gaji buta begitu !

Bu Lik turut cerita.  "Huuu ... di departemen aku lebih ngaco lagi.  Di tempatku, yang absen paling pagi, dapat voucher belanja di koperasi.  Ada satu orang karyawan, tiap hari dia datang paling pagi.  Jam enam seperempat udah di kantor.  Masih pake sendal jepit, baju kaos, belum mandi.  Datang pagi-pagi cuma buat absen doang !  Abis gitu dia balik ke tempat kost.  Jam sembilan baru datang buat kerja.  Tiap hari kayak gitu tuh.  Bener-bener nggak tau malu.  Padahal udah kita sindir-sindir."

Astagaaaaaaaa .............. sampai segitunya !  Baik irma maupun Wahyudi nyaris terjengkang dari kursi saking terkejutnya.

 

 

kodok mojok

 

Weekend adalah waktunya merumput.

Maksudnya, beres-beres halaman.  Sabtu pagi sesudah sholat Subuh irma bawa gunting rumput ke halaman depan.  Wahyudi dah beliin gunting rumput yang baru, yang sama seperti Mama biasa pake di Bandung.  Cekris, cekris, cekris, suara gunting memangkas rumput.  Cepat sekali rumput jarum ini tumbuh.  Baru juga 2 minggu yang lalu irma trim, eh sekarang dah panjang lagi.

Sunyi sekali pagi itu.  Jam setengah delapan Wahyudi bangun lalu bergabung ke halaman depan.  Udah banyak guntingan rumput bertebaran.  Hasil potongannya irma.  Wahyudi mengambil sapu.  Srek, srek, srek, ia mengumpulkan potongan-potongan rumput menjadi satu gundukan.  irma duduk rehat di teras.  Hmm, enaknya berbagi tugas begini.

Oh iya, masih ada satu pojokan yang belum dirapihkan.  Sudut halaman di depan kamar.  Bagian itu nggak pernah kena matahari.  Jadi rumput di sana pendek-pendek malah ada yang kering.  irma bergegas ke sana.  Baru juga tangan irma meraup sejumput rumput, irma langsung meloncat lari tunggang langgang lompat tembok pembatas halaman menyelamatkan diri ke jalan seraya berseru, "Wuaaaaaaaaaaaaaaa ..... !!!"

Wahyudi terheran-heran.  "Kenapa ir ?"

irma menunjuk ke sudut halaman tadi.  "Ituuu ... ada kodok !"

irma tuh, paling takut sama kodok.  Jadi nggak heran kalau ketemu kodok irma langsung panik begitu.

Wahyudi ke sudut halaman tersebut.  Matanya mencari-cari kodok yang bikin irma tunggang langgang.  "Mana ?  Nggak ada," katanya.  irma balik lagi ke halaman.  Mengintip dari balik punggung Wahyudi, irma menunjuk ke satu gundukan rumput, "Itu, di deket rumput situ.  Ada dua."

Akhirnya Wahyudi melihat kodok yang irma maksud.  Memang betul, ada dua.  Mereka duduk berdampingan di balik rumput.  Rumput yang kering membuat mereka tersamarkan.  Karena warna kodok dan rumput sama-sama coklat.

Wahyudi menggebah kedua kodok tersebut.  Mereka lalu melompat ... ke arah irma.  Tunggang langgang lagi irma berlari menjauh.  Kali ini ke carport.  Herannya, kodok-kodok itu malah mengikuti irma.  I-ih, kenapa sih ??

"irma nih, ngegangguin aja," terkekeh Wahyudi melihat irma ketakutan menghindari kodok.  "Lagi asik berduaan begitu, malah dilihatin."

Dih, siapa juga yang ngeliatin kodok mojok gitu ?  Lha irma malah langsung angkat kaki begitu melihat mereka.  Dalam hati irma bilang seharusnya Dhani ke rumah hari Sabtu pagi itu, biar dia macro kedua kodok tersebut.  Nah kalo begitu baru bener namanya "dilihatin".

 

 

Wednesday, September 9, 2009

ganti handphone

 

Setelah 6 tahun akhirnya si Eric nyerah juga.  Eric, handphone Sony Ericsson T610 yang irma pakai sejak September 2003 di hari Jumat lalu jatuh dari genggaman.  Setelah itu keypadnya nggak berfungsi.  Walhasil, nggak bisa nelpon, nggak bisa sms, buka phonebook aja nggak bisa.  Hiks.

"Mungkin emang udah waktunya ganti," Wahyudi bilang.

Sedihnya.  Padahal si Eric dah dampingin irma ke mana-mana.  Ngaudit perkebunan di SumUt selama 3 minggu, training ke Hong Kong, ngaudit di Phils, Malaysia, S'Pore, downhill & XC di Lembang, jalan-jalan ke Ambon, Toraja, Bengkulu, ngblusukan di hutan bambu menuju Cikepuh, dll.  Pernah hilang karena jatuh di taksi.  Alhamdulillah bisa ketemu.  Eric juga yang nyampaikan ungkapan cinta dari Wahyudi pertama kali.  Duluuuuuuu ... waktu irma lagi mo ujian ISO/TS di Hong Kong.  Tau-tau masuk MMS dari Wahyudi, gambar kelinci bawa buket bunga dan balon bentuk hati.  He eh, padahal yang ngirimnya lagi tergeletak di rumah sakit mo operasi batu ginjal.

Wahyudi coba utak-utik si Eric, sampe nyengajain beli obeng bintang buat ngebukanya.  Tapi tetap aja Eric nggak berfungsi.  Akhirnya Wahyudi nyerah.  Dan mengajak irma ke toko handphone.  Yang dekat aja di Cibubur Junction.

Masalahnya, irma lagi nggak punya ide mo handphone yang gimana.  Dan irma belum ada budget untuk beli handphone baru.

"Ya lihat-lihat aja dulu.  Mana tau ada yang cocok," saran Wahyudi.

Pertama kami masuk ke counter Nokia.  irma tertarik sama yang E71.  Bukan karena bisa internetan dan push-pushan email, tapi karena dengan itu irma bisa nulis tuangkan ide meskipun irma sedang dalam perjalanan.  Bosen juga bengong mulu dalam perjalanan subuh-subuh ke kantor.  Nggak bisa baca abisnya di angkot 56 jarang ada lampu.  Mo tidur juga nggak bisa.

Namun Wahyudi bilang E71 tuh harganya mahal banget.  Mbak-mbak SPGnya bilang harganya 4 juta.  "Tapi kalau pake kartu kredit BNI diskon 10% jadi 3.6 juta," katanya.  Kartu kredit BNI ?  Wah kudu ngajak Nte Nirwana ke sini dong !

Tapi Nte Nir jauh di Pondok Pinang sana dan irma pikir juga sayang banget beli handphone mahal-mahal gitu kalau kemudian hilang.  Masih kebayang sakit hatinya waktu PDA irma dicopet orang 3 tahun yang lalu di satu FO di Bogor.  Arrrrggggghhh ... padahal itu PDA baru dipake 3 bulan !!  Sejak itu irma males banget pake handphone mahal. 

"Itu ada Sony Ericsson.  Kamu kan sukanya handphone Sony Ericsson," Wahyudi menunjuk counter handphone di seberang Nokia.

Kami pun ke counter itu.  Di sana kami disambut mas-mas penjaganya yang ramah melayani.  Lebih enak ngomong sama dia daripada di counter Nokia tadi.  Mbak-mbak SPGnya pada cuek.  Kalau kami nggak nanya, nggak bakalan dilayani.  Hu uh !

"Ini ada yang mirip si Eric," Wahyudi menunjuk satu handphone warna merah hitam.

He eh, iya mirip.  Tapi irma nggak minat.  Pandangan irma menyapu seluruh rak pajangan handphone di counter tersebut.  Hingga mata irma melihat satu handphone hitam bergaris hijau.  Simple dan sederhana.  Tampilannya seperti T250i yang hilang di Pangalengan.

"Nih, aku mau yang ini," irma mengambil handphone Sony Ericsson K330 tersebut. 

Mas-mas penjaga counter jelaskan fitur handphone tersebut cuma internet, bluetooth, plus lampu senter.  Kameranya pun sederhana aja tapi bisa video recording beberapa menit.  irma mengangguk.  Emang irma nggak nyari handphone yang bisa macem-macem kok.  Yang penting bisa nelpon, sms, dan ... dengerin radio !

Sementara mas-mas penjaga counter ke bagian belakang toko buat ambil handphone untuk irma, Wahyudi melihat-lihat price list.  Terkejut ia berseru, "Heh, handphone kamu itu cuma 600 ribu ?!"

Salah.  Yang betul, 599 ribu.

"Iyaaaaa ... 599 ribu.  Kok murah ya ?"

Lho emang harusnya harganya berapaan ??

Mas-mas penjaga counter balik dari bagian belakang toko.  "Saya buka ya Bu," ia menunjukkan kotak handphone yang masih disegel.  irma mengangguk.  Lalu ia mengecek kondisi handphone tersebut dan menunjukkannya kepada irma.  Mencoba charger, handsfree, dan fungsi radio.  Ia juga terangkan fungsi beberapa keypad.  irma mengangguk-angguk saja.  Dalam hati irma bilang, iyaaaa ... aku tau semua yang kamu terangin.  Kan handphone ku Sony Ericsson juga.  Tipikalnya ya sama lah.

"Udah ?" Wahyudi menghampiri waktu dia lihat mas-mas penjaga counter memasukkan kembali handphone ke dalam kotak dan merapikannya.  irma mengangguk, "Udah.  Ok semua kok."

irma mengeluarkan dompet.  Wahyudi memegang tangan irma, menahan dompet itu tetap dalam tas.  "Sini, biar aku aja yang bayar."  Lalu ia mengeluarkan dompet dan menyelesaikan pembayaran dengan mas-mas penjaga counter.

Hah, beneran nih dibayarin ??  Tau gitu tadi milih yang E71 aja !

 

 

Tuesday, September 8, 2009

virtual farming

 

"Sapi tuh ... sapiiiii ... !!!"

Di bulan puasa begini banyak client yang nggak pengen diaudit.  Kebanyakan mereka minta jadwalnya dimajuin sebelum puasa atau dimundurin setelah lebaran.  Kalau audit di bulan puasa mungkin nggak bisa ngeles kali ya, hahahaha.

Akibatnya jadi nggak banyak berkas audit yang diberikan kepada TSA (Technical Support Assistance).  TSA adalah staf administrasi yang bertugas mengumpulkan berkas audit, menscan, dan menyimpannya dalam database di server.  Mereka juga yang mengirim laporan dan sertifikat kepada client. 

Karena frekuensi audit menurun jadi beban kerja para TSA di bulan puasa ini pun berkurang.  Tapi irma perhatiin mereka tetap aja serius di depan komputer masing-masing.  Pada ngapain sihh ?

Ternyata mereka sedang bertani !

Jangan kira bertani dengan pacul pake becek-becekan di sawah gitu ya.  Tapi mereka main game tentang pertanian yang ada di fesbuk.  Apa tuh namanya, Farmville ??  Yah semacam itu lah.  Tiap kali denger para TSA itu ngobrol, pasti ada aja pertanyaan ini, "Eh, kamu udah sampai level berapa ?"

Sekarang kecanduan mereka akan bertani secara virtual ini mulai merambah ke auditor.  Hiyyyaaa ... auditornya pada nganggur jadi ikutan ngegame juga.  Kecuali irma.  Selain karena nggak punya akun fesbuk, irma emang nggak suka game komputer.  Kecuali digger.  Halaaahhhh ... komputer zaman kapan itu ya ?!

Pernah nih, irma ketemu seorang rekan auditor yang tergopoh-gopoh memasuki ruangan kantor sore hari saat yang lain bersiap pulang.  Rekan yang satu itu abis audit di seputaran Jabodetabek.  irma kira dia ada kerjaan yang urgent makanya sampai dibela-belain balik ke kantor gitu.  Waktu irma tanya, ternyata jawabnya,

"Duh tanaman gw harus segera dipanen nih !  Kalau nggak nanti pada busuk.  Gw harus mulai lagi dari awal.  Gini deh kalau audit terus-terusan, sampe nggak sempat ngelihat kebun."

Deuuuhhhh ... ! 

 

 

bikin tempe mendoan

 

Langit masih terang waktu kemarin sore irma turun angkot 56 di depan Plaza Cibubur.  Pas banget ada angkot 79 ke Leuwinanggung yang lagi ngetem.  irma langsung naik angkot biru itu.  Nggak usah mampir belanja ah, kata irma dalam hati.  Perasaan di dalam kulkas masih banyak bahan makanan.

Maghrib sampai rumah.  Abis buka dengan teh manis hangat irma buka kulkas.  Ada telur, tahu, tempe, oncom, toge, tauco, daun bawang, wortel, cabe merah.  Hmmm ... bikin tumis toge dan tahu aja.  Sama goreng tempe.  Makan dengan nasi hangat, kayaknya enak deh.  Diakhiri dengan pisang barangan khas Medan.  Menu makan malam yang sederhana. 

Lagi main masak-masakan gitu Wahyudi tiba di rumah.  "Masak apa ?  Wangi sambel," hidungnya mengendus-endus.  Tumis toge dan tahu pake cabe merah dan tauco udah terhidang di meja.  Berikutnya irma mau nggoreng tempe.

"Niatnya sih mo bikin tempe mendoan," irma bilang.  "Tapi nggak tau ntar jadinya apa.  Kan waktu itu pernah nyobain dan nggak sukses.  Yang waktu itu Yudi bilang mendoannya seksi nggak pake baju ."

Wahyudi mengangguk-angguk.  "Kalau gitu baca niatnya dong."

irma memandangnya heran.  Masak pake baca niat ?

"Iya.  Dan karena niatnya mo bikin mendoan, jadi ngucapinnya pake logat Banyumas," kata Yudi lagi.  Lalu dengan suara medok menirukan logat orang Purwokerto Wahyudi pun bilang, "Bismilahirohmannirohiiimmm ... allohumma, inyong niat bikin tempe mendoan buat makan ini malem ..."

Huahahahahaha, kadang-kadang irma pikir Wahyudi tuh kocak bangett !

 

 

mo kerja kok ya malah disuruh fesbukan

 

Dear Colleagues,  please be informed that one of hard drive on server is problem again so there's no access for while ...

Lagi serius bikin laporan tiba-tiba laptop hang.  Setelah direstart ternyata irma nggak bisa akses ke database di server.  irma lalu ke bagian IT melaporkan hal tersebut.  Kebetulan ruang IT nya di sebelah.  Tinggal nggetok dinding di belakang kursi irma aja kalau mau protes.

"Masa' sih Ma, elo nggak bisa akses ke server ?" ujar IT Manager nggak percaya.  Matanya nggak lepas dari layar monitor di hadapannya.  Sedetik kemudian ia pun berseru, "Walahh, gw juga nggak bisa akses !!"

Nah lo.  IT yang aksesnya nggak terbatas aja nggak bisa apalagi irma.

irma kembali ke meja kerja.  Ngerjain hal lain yang bisa dikerjakan tanpa perlu akses ke server.  Nggak berapa lama masuk email dari IT, kasih tau ke seluruh karyawan bahwa terjadi kerusakan (lagi) pada server.  Jadi untuk sementara nggak ada yang bisa akses.  irma bergegas balik lagi ke ruang IT.

"Beneran tuh, servernya rusak lagi ?" tanya irma.  Sang IT Manager nyengir, "Nih gw lagi berusaha benerin.  Tapi internet bisa kok.  Elo fesbukan dulu aja ya."

Heee ... gimana nih, orang mo bikin laporan kok ya malah disuruh internetan.  Terheran-heran irma pun berkata, "Maksud lo, karena servernya nggak bisa diakses jadi gw akses yang lain aja gitu, yang bisa diakses ?  Kayak Facebook ??  Weeee ... laporan gw nggak ada di situ !"  IT Manager hanya tersenyum.

Benaran deh, ini kantor ajaib bangett !

 

 

Tuesday, September 1, 2009

rindu kaastengels

 

"Oven yang orange ?  ngga tuch kalo mesin jahit iya."

Kemarin bursa pesanan kue kering buat lebaran mulai digelar di kantor.  Sebenarnya bukan bursa sih, cuma seorang teman kantor bikin pengumuman kalau dia menerima pesanan kue-kue kering buat lebaran.  Ada kaastengels, putih salju, nastar, lidah kucing, dll.

Jadi pengen kaastengels, kue keju kegemaran sekeluarga.  Ketiga anak Mama pada suka keju.  Tiap kali kumpul lebaran di rumah Mamak pasti yang dicari adalah kaastengels.  Bukan itik hijau, makanan khas Kotogadang, kampungnya Mintuo.  Kalau udah ketemu kaastengels, bertiga kami akan ngejogrog di satu sudut.  Tau-tau satu toples kaastengels udah habis kami sikat.  Hahaha, Mintuo udah hapal banget sama kebiasaan kami ini. 

Tau kami ini pada jurig kaastengels, maka Mintuo pun kasih tau resepnya.  Bahannya 100 gram keju tua, 100 gram keju muda, 100 gram mentega, 100 gram rhombutter, 4 butir telur, dan 50 gram tepung terigu yang sudah diayak.  Waktu dikasih resep ini sempat bingung keju tua tuh apa sih ?  Keju muda yang gimana sih ?  Apa bedanya mentega sama rhombutter ?

Ternyata keju tua tuh keju yang keras dan asiiiiiinnn sekali, yang dibungkus pake bahan seperti lilin warna merah.  Keju muda, keju yang biasa kami makan dengan roti.  Dan rhombutter ?  Ho ho, ternyata rhombutter ini yang bikin kaastengels renyah.  Seperti mentega tapi teksturnya lebih lembut dan nggak terlalu asin.

Cara bikinnya, mentega dan rhombutter dikocok pake mixer.  Setelah nyampur masukkan keju tua dan keju muda yang udah diiris halus sedikit demi sedikit.  Baru dimasukkin telurnya.  Sambil terus dikocok.  Terakhir masukkan tepung terigu yang udah diayak sedikit demi sedikit juga.  Nggak dikocok pake mixer lagi.  Aduk-aduk pake sendok kayu aja.  Abis itu bakar di dalam oven.  Tentu sebelumnya adonan itu dibentuk dulu.  Bentuk yang standar sih kotak pipih dengan taburan keju muda parut di atasnya.

Gampaaaaangg banget bikinnya.  Hampir tiap bulan puasa irma dan Teteh bikin kaastengels di rumah Mama di Bandung.  Dengan resep yang nggak pernah berubah sejak kita dikasih tau Mintuo tahun 1985.  Dah lama banget ya.  Tapi kita nggak pernah bosan.  Meski tiap kali bikin kaastengels begini semua peralatan listrik di rumah harus dimatiin dulu karena oven Mama menghabiskan kapasitas listrik yang ada.

Sayangnya rutinitas bikin kaastengels ini terhenti sejak Teteh menikah dan nggak tinggal di rumah Mama lagi.  Sejak itu tiap menjelang lebaran Mama selalu memesan kaastengels sama tetangga.  Enak juga sih.  Tapi menurut irma lebih enak kaastengels bikinan sendiri.

Karena kemarin dengar teman-teman pada ngomongin kue-kue kering - termasuk kaastengels - buat lebaran, irma jadi kepikiran untuk bikin kaastengels sendiri lagi.  Kan irma dah punya dapur sendiri ya.  Kapasitas listriknya juga lumayan gede.  Kayaknya bisa deh weekend nanti coba bikin.

Tapi peralatannya ?

irma lalu telpon Mama, 'Ma, masih punya mixer sama oven nggak ?  Mo pinjem dong.'  Jawab Mama, 'Kau mau bikin kue ya ?'  Mama lalu ngublek-ngublek loteng.  Sejak irma sama Teteh nggak pernah bikin kaastengels lagi, peralatan Mama disimpan di gudang di loteng.  Mama sendiri nggak pernah pake.  Tapi Mama suka ngebelinya, buat dipake sama anak-anaknya.

Nggak berapa lama Mama telpon balik.  'Mixernya ada.  Tapi ovennya nggak ada.  Dibawa kakakmu nggak ?'  Rasanya dulu Teteh emang pernah bilang mo pinjam ovennya Mama.  Mungkin emang udah dia angkut ke rumahnya di Cimanggis.  irma lalu sms Teteh (karena nelpon rumahnya nggak ada yang jawab).

Balasannya, 'Oven yang orange ?  ngga tuch kalo mesin jahit iya.'

Yaaaahhh ... kayaknya niat bikin kaastengels kudu ditunda dulu sampai dapat ovennya.  Kan nggak mungkin bikin modal mixer doang.  Ngomong-ngomong itu mixer lebih tua daripada irma lho.  Oleh-oleh Papa pulang sekolah di Belanda.  Nggak heran dulu kalau bikin kue tangan irma atau Teteh pada pegel-pegel.  Mixernya berat bangetttt !!!

 

 

Cinta Seorang Suami

 

... dikutip dari milis theaddress-deluxe@yahoogroups.com ...

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Subject: Cinta Seorang Suami (based on true story)


Dilihat dari usia beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam. Usia Pak Suyatno, 58 tahun ke sehariannya diisi dengan merawat isterinya yang sakit. isterinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih dari 32 tahun.

Mereka dikaruniai 4 orang anak .... disinilah awal cobaan menerpa, setelah isterinya melahirkan anak ke empat ..... tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama dua tahun.

Menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak mampu digerakkan lagi untuk bicara.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat isterinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat ke tempat kerja dia membimbing isterinya di depan TV supaya isterinya tidak berasa kesepian.

Walau isterinya tidak dapat berbicara, tapi dia selalu melihat isterinya tersenyum, dan pak suyatno masih berasa beruntung kerana tempat kerjanya tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga siang hari dia bisa pulang ke rumah untuk menyuapi isterinya makan. Petangnya dia pulang memandikan isterinya, mengganti pakaian, dan selepas maghrib dia menemani isterinya menonton tv sambil bercerita apa saja yang dia alami seharian.

Walaupun isterinya hanya mampu memandang (tidak mampu memberikan respons ), pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda dan bercanda dengan isterinya setiap kali menjelang tidur.

Rutin hal ini dilakukan pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar dia merawat isterinya, sambil membesarkan keempat buah hati mereka...Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yang masih kuliah.


Pada suatu hari, keempat anak Suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. karena setelah menikah mereka tinggal dengan keluarga masing-masing.

Dan pak Suyatno tetap merawat istrinya, dan yang dia inginkan hanya satu: semua anaknya bahagia dan sukses.

Dengan kalimat yang cukup hati2 anak yang sulung berkata : "Pak kami ingin sekali merawat ibu ... Semenjak kami kecil kami melihat bapak merawat ibu dan tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak izinkan kami menjaga ibu."

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya .....

"Sudah yang kali keempat kami mengizinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengizinkannya. Bila bapak akan menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini ... kami sudah tidak sampai hati melihat bapak begini... kami berjanji akan merawat ibu dengan sebaik-baiknya secara bergantian," ujar anaknya yang sulung.

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga oleh anak-anaknya.

"Anak-anakku. .... jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu.... mungkin bapak akan menikah lagi.... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku... . itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian..." Sejenak kerongkongannya tersekat... "Kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini ?

Kalian menginginkan bapak bahagia .... Apakah batin bapak dapat bahagia meninggalkan ibumu dalam keadaannya seperti sekarang ?

Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan yang baik,untuk dirawat oleh orang lain ....... bagaimana dengan ibumu yg masih sakit ?

Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak Suyatno... Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata ibunya... Dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu...


Kenapa bapak mampu bertahan selama 25 tahun merawat Isteri yang sudah tidak mampu berbuat apa-apa?

Ketika itu pak Suyatno pun menangis....

Disitulah pak suyatno bercerita dengan hatinya... Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai Tuhannya maka semuanya akan luntur...

Saya memilih isteri saya menjadi pendamping hidup saya .... Sewaktu dia sihat diapun dengan sabar merawat saya... Mencintai saya dengan sepenuh hati lahir dan batinnya bukan dengan mata kepala semata-mata. .. dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu dan baik-baik...

Sekarang dia sakit berkorban untukku... Dan itu merupakan ujian bagi saya.

Sehat pun belum tentu saya mencari penggantinya. .. apalagi dia sakit ... Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya mengadu kepada Tuhan supaya meringankan penderitaan isteriku.

Dan saya yakin hanya kepada Tuhan tempat saya mengadukan rahasia dan segala kesulitan saya...karena DIA maha Mendengar... .


....Semoga... masih ada seorang suami yang sedemikian 'indah'......

Jòé