Sunday, October 25, 2009

jangan lupakan teman

 

... dikutip dari milis theaddres-deluxe@yahoogroups.com ...

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Sebuah kapal karam di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yang gersang.

Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa kepada Tuhan. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan di sisi-sisi pulau tersebut.

Doa pertama yang mereka panjatkan. Mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.

Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.

Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.

Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima pemberian Tuhan karena doa-doanya tak terkabulkan. Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, “Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”

“Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki ke satu ini. “Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.”

“Kau salah!” suara itu membentak membahana. “Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan, semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”

“Katakan padaku,” tanya lelaki ke satu itu. “Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?” “Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!”

Kesombongan macam apakah yang membuat kita menganggap bahwa hanya harapan dan doa-doa kita yang terkabulkan? Betapa banyak orang yang tidak mengorbankan sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain.....

Jòé

Friday, October 23, 2009

masakan istri

 

Kemarin sore dalam perjalanan pulang ke Cibubur irma terima sms dari Wahyudi, kasih tau kalau dia akan pulang lebih malam karena ada perpisahan salah satu anak buahnya yang habis masa kontraknya.  Sayang banget, padahal dia kerjanya bagus.  Tapi gimana, peraturan perusahaan nggak memungkinkan dia diangkat jadi karyawan tetap.

"Makan malam di rumah nggak ?" irma membalas smsnya.  Perkiraan irma sih, pada acara perpisahan itu tentunya termasuk makan-makan.  Jadi bisa aja Wahyudi udah makan malam di sana.  Kalau Wahyudi dah makan, irma nggak perlu nyiapin makanan lagi.  Kebayang sampai rumah nanti bisa santai ngedit photo-photo yang dah lama terbengkalai.

Nggak berapa lama kemudian masuk sms balasan dari Wahyudi.  Kata-katanya bikin irma tersenyum dan pipi merona.  "Iya.  Tetap pengen makan masakan istri."

ah, dia bisa aja nyenengin hati istri ...

 

 

Wednesday, October 21, 2009

lebih asik pake angkot

 

"ir, kenapa elo nggak bareng si xxx aja ?  kan dia pulangnya ke Cibubur juga."

Karena nggak diajak, jawab irma saat seorang rekan kantor bertanya demikian.  Meski dia tau irma tinggal di Cibubur, kita keluar kantor bareng, tapi dia nggak pernah ngajakin irma pulang bareng dengannya.  Padahal dia pake mobil.  Hiks,

Lha kalau nggak diajak trus masa' irma harus ngemis-ngemis kepadanya, memohon agar irma boleh nebeng mobilnya ?  Ya nggak lah.  irma kan bisa pulang naik kendaraan umum.  Seperti biasa yang irma lakukan selama ini.  Lagian lebih enak begitu, irma bisa baca atau tidur dalam perjalanan.  Mau singgah dulu juga bisa.

Kalau pulang sendiri tuh, lebih mandiri.  Lebih bebas.  Yah meski nggak sebebas waktu irma bersepeda pergi dan pulang kantor.  Tapi irma masih merasakan kebebasan yang sama : nggak tergantung orang lain.

 

 

aku berjalan pulang seperti Eca pergi naik gunung

 

Baca postingannya Eca  tentang perjalanan dia ke Gunung Gede , Eca bilang dia harus pake headlamp saat menuju puncak.  Jadi ingat kalau irma juga pake headlamp kalau berjalan pulang.

Bukan, bukan karena rumah irma di puncak gunung maka irma harus pake headlamp begitu.  Tapi karena jalan utama menuju komplek rumah gelap kalau udah lewat Maghrib.  Padahal itu boulevard utama.  Jalan masuk menuju cluster-cluster perumahan.

Sudah sebulan ini lampu jalan sepanjang boulevard itu hanya dinyalakan sebagian.  Dari 11 pasang lampu jalan (berarti 22 lampu ya) cuma 3 lampu yang nyala setelah Maghrib.  Katanya sih karena para warga penghuni cluster keberatan biaya penerangan lampu jalan tersebut dibebankan kepada mereka.  Mereka maunya biaya tersebut ditanggung pengembang.  Sedangkan pengembang ingin biaya ditanggung bersama antara pengembang dengan penghuni.

Baca di milis penghuni cluster, sepertinya sudah lama terjadi ketegangan antara penghuni dengan pengembang.  irma nggak tau masalahnya apa, atau sejarahnya bagaimana, yang jelas tiap kali bicara tentang pengembang selalu saja muncul makian, cacian dan kutukan dari warga ditujukan kepada pengembang.  Kaget juga tau para penghuni yang bekerja secara terhormat itu bisa berkata-kata sangat keji.  Tapi mungkin juga permasalahannya begitu berat sehingga pada sakit hati begitu.

Jadi selama tidak ada kejelasan siapa yang menanggung biaya listrik lampu jalan maka sepanjang boulevard utama tersebut penerangan dibuat seminim mungkin.  Nggak pernah lebih dari 3 lampu yang dinyalakan.  Heran deh, kok nggak ada yang mempertimbangkan masalah keamanan.  Sejak boulevard gelap begitu di sana jadi tempat nongkrong nggak jelas malah pernah dipake kebut-kebutan tanpa lampu.  Serem.

Kadang irma pikir apa para penghuni cluster itu pada pake kendaraan semua ya ?  Pada pake mobil dan motor, nggak ada yang jalan kaki seperti irma makanya mereka nggak peduli boulevard itu gelap atau terang.  Memang nggak terlalu jauh sih, satu ruas jalan itu paling cuma 500 meter.  Tapi gelap ya tetap aja gelap. 

Memang sih, ada alternatif jalan lain buat ke cluster.  Lewat perkampungan.  Tapi lebih serem lagi karena melintasi pemakaman.  Bisa juga naik ojek tapi karena irma pernah punya pengalaman buruk dengan ojek maka irma lebih suka jalan kaki.  Atau naik ojek pribadi alias suami sendiri.  Tapi Wahyudi pulang lebih malam daripada irma.  Jadi jarang kita bisa pulang bareng.

Ya sudah, yang bisa dilakukan adalah irma berangkat sepagi mungkin agar sore bisa pulang tepat pukul empat.  Kalau pulang jam segitu jalan pulang sepanjang boulevard utama masih cukup terang.  Tapi untuk berjaga-jaga irma selalu bawa headlamp dalam tas.  Jadi kalaupun udah keburu gelap irma masih bisa berjalan pulang diterangi lampu dari atas kepala.  Dan itu pernah irma lakukan beberapa kali.

Begitulah, aku berjalan pulang tak ubahnya Eca pergi naik gunung.  Hhhhh ...

 

 

 

kisah uang seribu dan seratus ribu

 

Hihihihi, ceritanya nyepet banget.  Dikutip dari milis Historia-Indonesia

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kiriman seorang sahabat.....

Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi
mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI
dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali ke luar dari PERURI,
uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum
dan menarik..

Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus
ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.

Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :

“Ya, ampiiiyuunnnn. ………..dari mana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan
kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor , lecet dan……
bau! Padahal waktu kitasama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama
keren kan ….. Ada apa denganmu?”

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan
nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :

“Ya, beginilah nasibku, kawan. Sejak kita ke luar dari PERURI, hanya
tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya
saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang
sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah,
penuh dengan darah dan kotoran ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke
plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci
tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang
nasi uduk, dari sana saya hijrah ke ‘baluang’ Inang-inang. Begitulah
perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh,
karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. …….”

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:

“Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan
pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku
disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke
dompet seorang wanita cantik. Hmmm… dompetnya harum sekali. Setelah dari
sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel
berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di
tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku
selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu
ceritakan itu. Dan…… aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu.”

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : “Ya.
Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.Tapi
ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!”

Apa itu?” uang seratus ribu penasaran.

“Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di
tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir
ditempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana…..”

Monday, October 19, 2009

dipanggil boss besar

 

"Bu Irma bisa ke tempat saya ?  Ada yang perlu saya bicarakan."

Glek.  Di saat irma asik baca graphic diary "Cerita si Lala", Boss besar menelpon suruh irma datang menghadapnya.  Dooohhh ... ada apa nihh ?  Jangan-jangan beliau tau irma sering korupsi waktu kerja dengan baca komik dan blogging.

Dag dig dug irma masuk ruangan si Boss.  Dan hasilnya ....... yeah, dia bilang per January 2010 nanti irma bakalan pindah posisi jadi QMM.  Quality Management Manager.  Bukan assistant manager lagi.

ih, di saat irma berpikir tentang resign justru dapat tawaran begini.

 

 

Sunday, October 18, 2009

nama anak

 

Sabtu pagi kemarin ada tetangga ngundang aqiqah anaknya.  Baru terima undangannya Jumat malam waktu irma sampai di rumah.  Telpon Teteh, kalau datang ke aqiqahan bawa apa siihh ?  Teteh bilang sih bawa kado buat keperluan bayi aja.  Kasih disposable diaper alias popok sekali pake juga boleh.

Karena nggak sempat pergi keluar rumah buat beli kado jadi baby towel gambar bayi pooh, tigger, dan eeyore yang irma simpan dijadiin kado.  Dua tahun yang lalu handuk itu irma beli bersamaan dengan kado untuk kelahiran Aska, cucunya Ibu Amin dari Dede Rufi.  irma beli handuk itu karena irma penggemar karakter pooh terutama eeyore.  Sampai sekarang belum pernah dipakai malah masih terbungkus dalam kotaknya.  Mungkin suatu saat nanti irma akan punya bayi sendiri.  Tapi karena urgent begini jadi handuk itu dikadoin buat bayi lain.  Ya udah lah, mudah-mudahan handuk itu masih ada yang jual jadi irma bisa beli lagi.

Berjalan kaki menuju rumah tetangga tempat aqiqah, irma dan Wahyudi tebak-tebakan bayi itu laki atau perempuan.  Abis dari namanya nggak kelihatan jelas dia anak laki atau perempuan.  Pertama kali dengar namanya yang terlintas di benak irma adalah Bezita, nama tokoh dalam kartun Dragon Ball, hehehe.  Tipikal anak-anak sekarang, orang tuanya memberi nama pake bahasa Arab.  irma sendiri heran, kayaknya sekarang jarang banget dengar anak bernama khas Indonesia seperti Dian, Joko, Budi, Nani, dll.

"Cewek," jawab sang ibu waktu irma dan Wahyudi melihat bayinya dan bertanya jenis kelaminnya.  irma memandang Wahyudi dan bilang, "Nah, betul kan tebakanku." 

Berjalan kaki pulang ke rumah kami membahas orang tua sekarang yang cenderung memberi nama ribet untuk anaknya.  Seperti nama bayi yang baru diaqiqah tadi.  "Kamu kalau punya anak nanti jangan kasih nama yang ribet ya.  Apalagi kalau anak perempuan.  Kasihan nanti calon suaminya kesusahan waktu ngucapin ijab kabul," irma bilang.

Komentar Wahyudi, "Bukannya kalau nggak ribet, nggak keren ?"

Haa, maksudnya makin ribet bin aneh, makin keren gitu ??  Emang, nama anak tuh harus keren ya ?  Bukannya yang penting nama itu mengandung doa ??