'... there's always silver lining on every the dark cloud ... ' itu tulis seorang teman beberapa hari yang lalu saat dia mereply tulisan saya. Mungkin maksudnya di setiap kejadian selalu ada hikmah nya. Atau mungkin juga, di balik suatu kejadian yang nggak enak selalu ada yang indah. Waktu saya menulis itu memang saya lagi merasa sedih banget.
Tadi pagi waktu saya bercermin, kata-kata tentang silver lining itu terngiang-ngiang di benak. Bukan memikirkan arti nya, saya malah memikirkan harfiah nya. Saya melihat ada segaris perak memanjang di antara rambut hitam. Oh itu ya yang dimaksud dengan silver lining on every dark cloud. Karena itu memang indah.
Tau kan yang saya maksud. Itu adalah uban alias rambut putih. Tapi saya lebih suka menyebutnya rambut perak. Karena ia begitu bersinar di antara rambut lain yang hitam. He eh, saya akui saya memang berbeda dengan teman-teman yang lain. Mereka akan ribut jika menemukan uban di kepalanya. 'Cabut ! Cabut !' mereka menundukkan kepala minta saya mencabut ubannya tiap kali saya beritahukan ada uban mencuat. Sebaliknya, saya malah marah kalau mereka mencabut uban saya. Pernah saya ngomel-ngomel sama pegawai salon yang mengcream bath rambut saya karena ia mencabut uban tanpa seizin saya.
Saya tidak mau uban saya dicabut. Saya juga tidak mau mencatnya dengan warna lain. Karena buat saya, ia begitu indah. Dan saya perhatikan, uban itu lebih kuat daripada rambut hitam. Saya tidak pernah menemukan uban yang rontok, patah-patah atau bercabang ujungnya. Berbeda dengan rambut hitam. Memang, memiliki uban identik dengan menjadi tua. Tetapi bukankah menjadi tua adalah sesuatu yang alami. Dan sesuatu yang alami itu lebih baik daripada yang buatan.
I know, I am still beautiful with silver hair ...
No comments:
Post a Comment