Hiruk Pikuk di Omah Sendok
irma agustina
Alkisah di suatu masa dan ketika putri kencana Risca nugelotea berulang tahun. Karena dia seorang putri dan dia orangnya baik hati meskipun dia bukan anak pramuka dan dia punya teman-teman yang manis dan rupawan seperti dirinya maka diadakanlah kenduri untuk memperingati ulang tahunnya. Kiranya lima hari sebelum hari ulang tahunnya itu peri Tiwi bidadari jambang juga berulang tahun. Akhirnya disepakatilah kenduri itu untuk merayakan ulang tahun mereka bersama-sama. Sebuah graha dahar bernama Omah Sendok dipilih sebagai tempat jamuan.
Halah si irma ini bikin cerita apa sihh ? Kayak balik ke jaman rikiplik gitu. Bukan djadoel lagi tapi malah kebablasan sampai periode Mataram bahkan Pajang dan Demak. Maklum kemarin abis cerita tentang Laweyan sama temen kantor jadi masih kebawa suasana kerajaan Jawa, hahahaha
Jadi begini, tanggal 2 Agustus kemarin Tiwi ulang tahun. Woro-woronya ada di jaringan Batmus-offline. Ada yang usil nanya, makan-makannya kapan nih ? Trus Tiwi bilang makan-makannya Senin malam nanti aja, barengan sama satu orang Batmus-offliner lain. Sapa sihh ?? Ternyata 7 Agustus nya Risca ultah. Jadilah mereka ngadain kendurian bersama.
Semula rencananya kenduri akan dilaksanakan di Chatter Box, Sogo Plaza Senayan. Ela bilang sup buntut di sana slurp slurp ennnak bener ! Sayang Ela nggak bisa gabung karena dia masih di Kuala Kencana, jauuuuuuhhh di Papua. Ya udah, Ela nggak bisa ikutan sup buntutnya biar kita aja yang abisin. Nanti tiap kali masukin suapan ke dalam mulut kita bilang, ‘Ini buat Ela. Ini buat Ela.’ Hehe ngomongnya doang buat Ela, padahal yang makan dan kenyang sih kita J
Jumat sore 4 Agustus 2006 menjelang pulang kantor, Tiwi kasih pengumuman di Batmus-offline. Pengumuman penting, dengar hai dengar ……….. gitu katanya. Ternyata tempat kenduriannya dipindah ke Omah Sendok atas pertimbangan :
1. menghindari senggol-senggolan antar pengunjung karena tempatnya agak ciut.
2. menghindari pengusiran satpam karena biasanya kalo kumpul suka lupa waktu....*kaya'nya ini sih gw deh...:)*
3. menghindari Oma Anna pusing liat banyak orang seperti di mall...*sementara liat kita ber-15 aja, Oma udah ngurut dada..*
(seperti dikutip dari imel Tiwi tanggal Fri, 4 Aug 2006 05:01:02 -0700 (PDT))
Naaa jadilah Senin malam itu dengan taksi irma dan Wahyudi menuju Omah Sendok. Dulu waktu ultahnya Maya ‘Peri Loko’ dan Bangko ‘Peri Tomat’, kita muter-muterin taman di jalan Bakti sampai beberapa kali karena nyari-nyari Omah Sendoknya. Ternyata kali ini pun muter-muter di taman yang sama karena lupa belokan ke jalan Mpu Sendok. Hihihi kalau nanti yang ketiga kali masih muter-muterin taman jalan Bakti juga kayaknya ada yang salah dengan memory kita mengenai mengingat lokasi.
Sampai di Omah Sendok kita ketemu Aryo yang lagi jalan keluar. ‘Hai, silakan silakan masuk aja ke dalam. Gue nggak bisa ikutan karena gue ada meeting,’ Aryo nyalamin kita. Meeting, atau Aryo takut buntutnya dipotong buat dibikin sup ?? Hihihihihi Aryo kan identik dengan sapi djadoel. Tapi kalo sapi djadoel dipotong mungkin dagingnya alot kali ya. Hahahahahaaaa ….
Irma dan Wahyudi lalu masuk hingga ke halaman belakang Omah Sendok, tempat makan-makan dulu waktu ultahnya Maya dan Bangko. Bedanya kali ini udah nggak ada lagi panggung yang melintang di atas kolam renangnya. Di sana udah ada Hanum, Galuh, Lollytha, Dhani Jendral Kantjil, Maya dan Rahmat, Ninta, Ami, Dwi dan tentunya yang berulang tahun ; Tiwi dan Risca. Mereka lagi pada ngomentarin Bangko yang datang beberapa saat sebelum irma dan Wahyudi bergabung.
‘Bangko, bawa apa sih tasnya gede bener ? Bola bowling ya ?’ celetuk mereka melihat Bangko menjinjing tas gede. Buat bungkus makanan kali, pikir irma. Tapi mereka nggak lama-lama ngomentarin Bangko karena berikutnya Wahyudi yang jadi sasaran celaan. ‘Dia mau ngapain sih berdiri di situ ? Mau baca puisi ya ?’ kata mereka lihat Wahyudi berdiri di hadapan sambil memegang sehelai kertas. Hahaha baca puisi. Padahal yang dipegang Wahyudi tuh itinerary PTD Medan – Danau Toba dan traveling plan pintong Weekend at Solo yang irma kasih di taksi tadi. Tapi irma malah bilang, ‘Iya, Yudi mau baca puisi khusus buat yang ulang tahun. Itu kan kadonya.’ Wahyudi jadi speechless dikomentarin gitu. Hihihi kasihan ya, dia dicela-cela mulu baik kalo lagi sendirian maupun rame-rame. Ih irma, kamu jahat banget deh L (maaf Di, maaf, nggak janji deh nggak gitu lagi, hihihihihiii …)
Nggak berapa lama datang Oma Anna yang necis banget pake baju merah dan bawahan kain warna senada. Oma bawa kado buat Tiwi dan Risca, masing-masing dapat satu kantong. ‘Aduh Oma, pake kasih kado segala. Kayak anak kecil lagi. Makasih ya,’ Tiwi dan Risca mencium pipi Oma Anna. ‘Kita nggak bawa kado ya ?’ Wahyudi menoleh ke irma. Irma menggeleng, ‘Nggak terpikir.’ Nanti aja deh irma bikin cerita kenduri ini sebagai kadonya. Atau … Di mau kasih kado biar pipi nya juga disun sama Tiwi dan Risca ?? hihihihiiii
Abis gitu datang Tety dan Nani. Kali ini trio Power Puff Girl nya nggak lengkap. Ela di Kuala Kencana nggak bisa ikutan kenduri. Ela … pulang dong dari Papua. Betah banget sih lama-lama di dalam tambang. Ntar jadi lumutan tembaga lho …
Tiwi bilang masih ada beberapa lagi yang mau datang tapi bolehlah kita duduk di meja makan yang sudah ditata. Irma langsung pilih tempat yang menghadap ke kolam renang biar nggak harus ngeliatin dinding selama makan. Di sebelah irma ada kursi kebesaran yang diduduki Ninta dan Oma Anna. Kursinya emang besar banget, waktu makin banyak yang datang irma dan Wahyudi pindah ke kursi kebesaran itu. Empat orang sekaligus bisa duduk di sana.
Para pelayan mulai mengeluarkan hidangan. Diawali dengan appetizer tahu goreng dan sosis solo. Tety yang nggak makan daging sapi sempat tertipu dengan isi sosis solo yang dikiranya bukan daging. Akhirnya sosis solo nya irma yang ngabisin. Selain tahu gorengnya yang enak banget dicocol-cocol kecap.
Lalu datang Bang Joe. Juga Bang Ican. ‘Eh ada yang ulang tahun !’ seru Tiwi. Oh Bang Ican ultah juga ya ?? ‘Kadonya gigi palsu ya ?!’ irma berseru mengimbangi suara Tiwi. Hahahahaha Risca yang duduk di kepala meja ketawa dengarnya. Mungkin udah pada tau ya, waktu PTD Cirebon kemarin gigi depan Bang Ican patah karena membentur dasar kolam renang di Hotel Santika. Jadi wajar dong irma bilang kasih kado gigi palsu, kan itu berguna buatnya ya ??
Hidangan yang dipesan Tiwi dan Risca banyaaaaak sekali. Ayam bakar, ikan mas goreng, bakwan, tahu dan tempe bacem juga lalap dan sambelnya. Ada sup buntut juga. ‘Wah, ini pesanannya Ela,’ kata irma waktu mangkuk sup buntut diletakkan di depan irma. ‘Iya nih, tadi di situ juga pada bilang ini pasti buat Ela,’ Tety menunjuk kelompok yang duduk di sebelah kirinya. La … kamu jauh tapi kita di sini tetap ingat lho ! Bahkan saat makan pun ingat Ela. Lihat sup buntut, jadi ingat Ela. Berarti Ela identik dengan sup buntut ya, hehehe.
Saking banyaknya hidangan sampai nggak cukup ditaruh di atas meja. Seseorang memberikan pinggan berisi aneka lalapan kepada Risca. Hehe, lucu deh lihat Risca bengong gitu. ‘Ayo Ris, silakan dihabiskan,’ irma bilang padanya. ‘Iya gue emang orang Sunda. Tapi masa’ sih mentang-mentang gue orang Sunda jadi dikasihnya cuma lalapan ?’ sedih Risca merhatiin pinggan lalap di tangannya. Hahahaha, mungkin itu pengganti kue tart. Bukannya dapat kue tart, ultah kali ini Risca dikasih ‘lalap tart’ , hehehe J
Lagi pada bersibuk bantu menata hidangan di meja biar muat semua, Tiwi merhatiin Rahmat dan Wahyudi tidak duduk bersama kita di meja makan. Mereka duduk berdampingan di kursi santai di samping meja makan, kelihatan serius berbincang-bincang. ‘Anak dua itu pada ngapain sih ? Bahas apaan ya ?’ tanya Tiwi. Ummm … mungkin mereka masih bahas ‘puisi’ yang tadi mau dibacakan Wahyudi, hehehe. Atau, mungkin juga mereka lagi ngomongin Pranotocoro, mc acara kawinan adat Jawa. Rahmat kan sedang kumbokarnan, yaitu tahapan pengumpulan/rembukan panitia buat pernikahannya di bulan September nanti. Hahahaha
Akhirnya Rahmat dan Wahyudi bergabung juga sama kita di meja makan. Rahmat duduk di sebelah Maya. Wahyudi duduk di sebelah Ninta. Ih, padahal udah irma sediain kursi kosong di sebelah irma lho L Hu-uh, lain kali cari kursi sendiri ya, nggak usah irma bookingin (hah, mutung nih ceritanya si irma !)
‘Ayo Tiwi, Risca, make a wish !’ seru teman-teman sebelum mulai makan. (Psssttt… Bangko yang duduk di sebelah Risca udah curi start makan duluan lho ! nasinya udah habis setengah piring waktu Tiwi dan Risca diminta make a wish. katanya dia udah kelaperan dari jam satu siang tadi). Tiwi dan Risca gelagapan disuruh ucapkan permintaan gitu. Akhirnya irma bilang, ‘Wish nya ? Yo wis …’ Eh kiranya kata-kata irma itu ditiru Tiwi kemudian. Hihihihi
Oke kalau sungkan ucapkan harapannya di hadapan forum rame-rame gitu, setidak-tidaknya speech lah. Risca minta Tiwi yang speech duluan. Mereka berdua duduk di kepala meja. Sebelumnya Maya berujar agar yang ulang tahun nggak duduk di kepala meja, tempat Maya dan Bangko duduk waktu acara ultah mereka. Maya bilang, gara-gara yang ultah duduk di kepala meja gitu makanya hujan badai. Tapi katanya sejak siang Risca udah jampe-jampe tuh biar hujan dan badai nggak turun di Omah Sendok. ‘Jampe jampe, jampe jampe, ulah hujan, ulah hujan,’ mulut Risca komat-kamit. Konon Risca masang cabe juga sebagai penangkal hujan. Dan ternyata ampuh tuh, sampai kita pulang nggak ada hujan sedikit pun. Risca punya side job sebagai pawang hujan ya ??
Tiwi lalu berdiri untuk menyampaikan speechnya. ‘Kenapa kepalanya harus goyang-goyang gitu ?’ tanya irma melihat gaya Tiwi berbicara. ‘Biar kelihatan jambangnya,’ jawab Tiwi. Hahaha gitu toh. Tety langsung memotret jambangnya Tiwi. ‘Eh lagi, lagi !’ pintanya saat Tiwi kembali mau speech. Tiwi diam sebentar biar Tety bisa dapat fotonya yang bagus.
Selesai Tiwi, giliran Risca yang speech. ‘Terima kasih buat semuanya, udah pada datang. Terakhir ulang tahun saya dirayain waktu ultah yang ke tujuh,’ katanya. Lho, sekarang ulang tahun yang ke berapa ? ‘Hehe, yang ke tujuh juga kakak ilma,’ Risca nyengir. Oh ok, dulu ultah yang ke 7. Berarti sekarang ultah yang ke 7+. Trus karena Tiwi ultahnya nggak jauh dari Risca, berarti ini ultah Tiwi yang ke 7++ ??
Setelah speech, entah siapa yang memulai, Tiwi dan Risca diminta untuk suap-suapan makanan. Dengan tertawa-tawa mereka saling menyuapkan timun. ‘Yang rukun ya,’ seseorang berseru. Hahaha emang ini pengantenan ? Tiwi dan Risca sendiri nggak bisa nahan ketawa saat saling suap-suapan. Untung nggak sampe keselek apalagi tersembur keluar mulut timunnya !
Nah selesai sudah suap-suapan pasangan Tiwi dan Risca. Sekarang waktunya kita makaaann ! Suasana langsung tenang saat makan. Hihi ketauan deh kalo mau nyuruh para Batmus-offliner ini diam, sumpal aja mulut mereka dengan makanan J
Awe datang waktu kita lagi makan. Risca langsung menunjuk kursi kosong di sebelahnya. Tiwi yang tadi duduk di situ pindah ke kepala meja satu lagi, duduk menemani temannya. Nggak berapa lama setelah Awe datang, datang … Mama Oen ! ‘Mama Oen kok datang sendiri ? Pacarnya ke mana ?’ Oma Anna heran lihat Mama Oen jalan melenggang sendiri. Pacarnya ketinggalan kereta kaliii … hahaha. Ternyata nggak kok, Mama Oen datang sama Papa Oen. Mungkin karena di ujung sana gelap jadi nggak kelihatan Papa Oen nya.
Irma bergeser duduknya - gabung sama Oma Anna, Ninta dan Wahyudi di kursi kebesaran – biar Mama Oen bisa duduk di antara Awe dan irma. ‘Aku nggak makan nasi,’ kata Mama Oen waktu piring nasi disorongkan ke hadapannya. Oh ya, piring yang dipake kali ini piring keramik. Bukan piring kaleng seperti waktu acara ultahnya Maya dan Bangko. Gelasnya juga gelas kaca. Kalau waktu itu kan gelasnya gelas kaleng juga.
Nggak makan nasi berarti makan … ‘Sup buntut !’ irma menunjuk semangkuk sup buntut di hadapan irma yang masih utuh. Walah, makin rusak deh dietnya Mama Oen. Hehehe. Tapi mending lho irma nawarinnya sup buntut. Bangko nawarinnya, ‘Nggak makan nasi kan ? Makan daun pisang aja ya.’ Alamak, Mama Oen kok ya disamain sama mbeeeeeeeeeeee ………
Selesai makan, kembali suasana ramai dengan celoteh dan tawa para Batmus-offliner. Meja itu jadi terbagi tiga kubu. Yang di ujung : Risca, Awe, Bangko, Tety, Mama Oen dan irma. Yang di tengah : Galuh, Nani, Oma Anna, Ninta dan Wahyudi. Sisanya yang lain di ujung satu lagi. Masing-masing kubu rame bercerita. Dan yang namanya cerita pasti pake ketawa ketiwi. Pengunjung lain beberapa kali menoleh merhatiin kita. Heran kali mereka kok ya ada rombongan berisik gini. Kata Bangko, suara kita ketawa-ketawa di halaman belakang gini terdengar sampai ke jalan Mpu Sendok di depan sana.
Lytha nanya ke irma apa irma datang ke Omah Sendok pake sepeda. Ya nggak lah. Irma masih belum boleh naik sepeda L ‘Apa sih yang jadi dasar pertimbangan loe buat naik sepeda ke kantor ? Kan beracun gitu lho,’ sentil Bangko. Hu hu Bangko, tau nggak duduk manis di dalam bis aja juga beracun lho. Kerasa banget deh waktu irma berangkat dan pulang kerja, yang namanya asap kendaraan tuh tetap aja terhirup sama kita yang duduk di dalam metro mini. Daripada duduk diam menghirup racun, mending nggenjot sepeda aja. Kena asap juga. Tapi kan kita olah raga, jadi otot, jantung, paru-paru dan pernapasan terlatih. Malah kita para B2Wer hampir semuanya selalu pake masker saat bersepeda ke tempat kerja. Masker itu bisa mencegah debu dan bahan beracun lainnya terhirup ke dalam saluran pernapasan. Ada yang udah meneliti nih, ternyata tidak ditemukan kandungan bahan beracun dalam paru-paru pemakai sepeda. Malah di dalam paru-paru pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor ditemukan timbal dan bahan beracun dari asap jalanan. Nah lo !
Ugh, tapi kayaknya Bangko nggak terlalu nyimak penjelasan irma. Dia asik ketawa-ketiwi dengan Risca. ‘Gue seneng banget waktu tau makan-makannya di Chatter Box. Wah asik nih. Eh tapi ternyata pindah ke Omah Sendok,’ kata Bangko. ‘Iya. Loe komentar di YM, ‘Ya Allah ?! Yuuk !’ ya terang aja gue jadi hkk …’ Risca peragain dia nahan ketawa. ‘Eh mending lho. Tadinya gue mau komentar, ‘Kreatif amat loe Ris,’. Tapi lagi banyak reporter jadi gue cuma bilang gitu aja,’ kata Bangko lagi. Hkk … Risca makin ‘keselek’ nahan tawa. Kata-katanya Bangko itu lho, singkat tapi daleeeemm …
Kelakar dari duet Bangko-Risca bikin kubu di kepala meja ketawa keras banget. Apalagi waktu Bangko cerita kalau dulu tuh dia selama 2 tahun nyupir mobil, selalu pake helm. Pake helm lagi nyetir ? Emang mobilnya kap terbuka ? ‘Nggak. Makanya tiap kali berhenti di lampu merah, orang di sebelah gue ngeliatin. ‘Apa ?’ gue bilang, ‘Emang kepala gue ketombean kok !’ ,’ Bangko bilang. Huahahahahahaaaaa kita ketawa terbahak-bahak. Tety sampai keram pipinya. Nani malah udah lebih dulu keram perutnya. Makanya dia cuma bisa nyengir aja sambil megangin perut. Tumben, malam ini Nani begitu kalem. Masih sakit gigi, Nan ??
‘Eh kita telpon Ela yuuuk,’ Tety mulai keluar tanduknya. Mau jahil ya, manas-manasin Ela yang sendirian di Papua, sementara kita di sini rame ketawa-ketawa. Setelah beberapa kali telpon tapi nggak diangkat-angkat, akhirnya Ela jawab juga. Tety mengaktifkan speaker handphonenya biar semua bisa dengar Ela bilang apa. ‘Ela lagi bakar batu ya, kan di sana katanya dua suku yang lagi berperang udah sepakat mau berdamai,’ celoteh irma. Kiranya di sana Ela dengar. Kayaknya dia sebel tuh, kita panas-panasin begitu. Mana sebenarnya dia udah tidur lagi. Di sana kan udah hampir tengah malam. ‘Jangan bikin sedih dong,’ gitu sma nya ke Ninta. Akhirnya Mama Oen bicara sama Ela pake handphone Tety. Mungkin kalau yang ngomong Mama Oen Ela nggak bakalan sedih. Kalau orang tua kan ngomongnya baik-baik. Sementara kita yang muda-muda gini, emang jahil aja mau ngerjain dia, hehehehe … (Ela jangan ngambek ya J)
Gila, udah hampir jam sepuluh ! Tapi masih aja kita nggak bergerak dari meja panjang itu. Ada yang bilang karena pengunjung di meja menuju meja kita masih duduk di sana, jadi kita nggak bisa keluar. ‘Kan bisa naik ke atas meja !’ ide gila Bangko. Apa coba ya, Bangko nggak lagi mabok kan ? Perasaan tadi dessertnya cuma es cendol kok, nggak ada cocktail yang mengandung alkohol. Tapi nggak tau ya kalau emang otaknya Bangko yang korslet, makanya idenya aneh-aneh hehehehe … (peace Ko, peace … )
‘Eh Bangko, rumah Pattimura itu di mana sih ?’ tiba-tiba Ninta bertanya kepada Bangko. ‘Rumah Pattimura ? Rumah siapa tuh ?’ heran irma menoleh ke arah Ninta. Ninta mau nerangin lebih lanjut tapi nggak jadi karena dia nggak bisa nahan ketawa dengar pertanyaan irma. Terkikik-kikik dia menunduk di samping Oma Anna. Ninta, yang irma tau Pattimura tuh pahlawan nasional dari Ambon. Mungkin masih ada hubungan keluarga dengan leluhurnya Ela. ‘Rumah Pattimura … ya di rumahnya,’ jawab Bangko makin bikin Ninta ketawa.
‘Yuk, pulang yuk,’ Oma Anna dan Mama Oen bangkit dari kursinya. ‘Iya deh, yang tua-tua yang pulang. Kita sih …’ irma mulai jahil lagi. Gemas Mama Oen menepuk kepala irma. Abis makan tadi Mama Oen main-mainin rambut irma. Enak deh, dibelai-belai J Oh iya, Mama Oen juga baru ultah lho ! Akhir Juli kemarin ultahnya tapi Mama Oen nggak bikin pengumuman.
Kita pun turut beranjak. ‘Pulang, pulang, sebelum diusir yang punya,’ irma bilang. ‘Ah mereka yang sopan aja nggak diusir kok,’ Bangko menunjuk pengunjung di meja lain. Ya iya lah, yang sopan, yang santun, mana mungkin diusir ? Yang heboh nan berisik kayak kita gini nih yang bakalan disuruh hengkang.
Lytha ngajak kita foto bareng di depan Omah Sendok. Lampu neon nama Omah Sendok nya udah dimatiin, tapi seorang stafnya berbaik hati nyalain lagi biar kelihatan dalam foto kita. ‘Spanduk ? mana spanduk ?’ ada yang bilang gitu. Halah, kebiasaan PTD ya, foto bareng spanduk ?
Selesai foto bersama kita bubaran. Bertujuh – irma, Wahyudi, Maya, Rahmat, Dwi, Nani dan Tety – kita jalan kaki ke jalan Senopati buat nyari taksi. Wahyudi heran kenapa Maya bawa-bawa buku tebal berjudul Advanced Accounting. ‘Abisnya gue nggak pede kalo (ngajar) nggak bawa buku. Buku ini udah gue pake sejak kuliah, fotokopian lagi !’ cerita Maya. Kalau nggak megang buku, Maya ilmunya luntur ya ?? ‘Haha iya, kalo hujan luntur ilmu gue,’ Maya ketawa dengar komentar irma.
Sambil jalan kaki kita bahas rencana Pintong Weekend at Solo tanggal 25 – 27 Agustus 2006 nanti. Ternyata banyak juga peminatnya. Tety, Nani, Bangko, Dwi tadi pada baca traveling plan yang irma buat. Ela sukses nih jadi telemarketer Pintong J tele = jauh, marketer = tukang jualan. Biarpun jauh di Papua sana tapi tetap aja Ela semangat ngajakin yang lain pintong ke Solo. Bener-bener kayak orang jualan makanya irma bilang telemarketer. Mama Oen juga pengen ikut tapi mungkin nyusul pake pesawat. Rencananya kita pergi-pulang pake kereta api biar ngirit. Tapi ada juga yang usul gimana kalau pulangnya Minggu sore aja naik pesawat biar hari Senin nya tetap bisa kerja (waaah … pada cinta kantor. Tapi jadi curiga nih, jangan-jangan di kantor malah pada chatting atau browsing kayak irma, hehehe)
‘Yuk Ma, ke Balikpapan,’ ajak Maya. Maya dan Rahmat mau nikah di Balikpapan 16 – 17 September 2006 nanti. Kenapa harus di Balikpapan ya ? Kenapa nggak di Jakarta aja biar kita bisa datang lihat mereka pengantenan. ‘Soalnya kalau yang di Balikpapan pada dibawa ke sini, nggak jadi kawin gue,’ Rahmat bilang. Hehe, habis ya uangnya buat ngangkutin para sanak saudara dan handai tolan. Inilah ribetnya kalau punya keluarga besar. Belum bisa sih ya resepsi itu secara teleconference atau video streaming, hihihihihi kebanyakan ngkhayal deh si irma.
Katanya Maya mau sewain rumah panjang – rumah adat suku Dayak yang panjaaaaang banget dan muat banyak orang – buat para Batmus. Irma belum pernah ke Balikpapan. Boleh juga nih, jalan-jalan ke kampungnya Maya itu. Uang THR tahun ini boleh cash advanced nggak ya, diambil duluan sebelum waktunya ? Buat ongkos ngelencer ke Balikpapan, hehehe. Eh tapi jatah THR tahun ini kan buat jalan-jalan ke kampungnya Ela akhir tahun nanti. Rencananya kita mau ke Ambon.
Sebuah taksi Putra melintas. Maya dan Dwi nyetop taksi itu. ‘Kita ke Depok nih, lewat UI. Mau ikut nggak ?’ Dwi mengajak Tety dan Nani. Jadilah berlima mereka naik taksi itu. Kayaknya Rahmat yang duduk di depan ya, di sebelah supir. Yang cewek-cewek pada duduk di belakang.
Nggak berapa lama taksi Putra itu pergi, melintas taksi Express. Irma dan Wahyudi lalu naik taksi yang ini. Di taksi irma baru sadar suara irma jadi seksi banget, serak-serak kering karena tadi kebanyakan ketawa-ketawa. Sementara Wahyudi cegukan. ‘Hik, mabok cendol. Tadi, hik, abis dua, hik, gelas. Saingan sama, hik, Ninta, hik,’ katanya. Irma jadi ingat Snowy – anjingnya Tintin – kalau lagi mabok. Bedanya kalau Snowy ngeliat Tintin nya jadi empat. Kalau Wahyudi pandangannya tetap fokus. Tadi Wahyudi minum cendol satu lagi atas nama Ela ya ? Kalau Ninta mungkin ambil jatahnya Deedee. Deedee nggak bisa ikut kenduri. Ninta bilang Deedee lagi jaga stand kantornya di salah satu acara. Ninta, jangan bilang Deedee bertugas jadi SPG produk-produk Petronas ya. Karena kalau seperti itu yang terbayang di benak irma tuh Deedee lagi mejeng di SPBU Petronas, nawarin oli dan BBM.
Jam sebelas sampai di Pejaten. Abis drop irma di tempat kost Wahyudi lanjut ke Bekasi. Triiiing ! ada sms diterima handphone irma. Dari Mama Oen, ‘Udah pd sampai rmh kah ? Slmt tidur ya.’ Udah Mama Oen, tapi suara irma ketinggalan di Omah Sendok. Sekarang suara irma nggak ada sama sekali. Besok di kantor terpaksa pake bahasa isyarat deh L
Jakarta, 9 Agustus 2006
Selamat ulang tahun buat Mama Oen (end of July), Tiwi (2 Agustus) dan Risca (7 Agustus)
Makasih ya makan-makannya enak sekali, rame dan menyenangkan J
Jadi berikutnya kita pintong ke mana nih, Weekend at Solo, atau Nonton Maya-Rahmat Pengantenan di Balikpapan ??
irmaaa...terima kasih atas laporan yang amat jelas, rasanya sih yang gak bisa dateng udah bisa ngebayangin betapa 'seru'-nya acara malam itu..**ciieee...malam itu...kayak lirik lagu pance pondaag**
ReplyDeleteIrmaaaaaa...................... terima kasih sudah bikin 'kisah seru' - mau tak print, terus bacanya nanti di taxi pulang kantor.....
ReplyDeleteaku kirim yang versi pdf nya juga kok ma oen
ReplyDeleteris, kalau lagunya pance pondaag irma taunya cuma yang '...kucoooooba bertahan mendampingi dirimu ...' :p
ReplyDeleteIrmaaaa..... lama2 semua pengalaman PTD dan pintong batmus bisa dibukukandeh. Lengkap selengkap-lengkapnya "laporan" pandangan mata. Walaupun tidak hadir, sudah bisa dirasakan keceriaan malam itu. Lha saya yang sepuh saja menikmati, apalagi yang muda2 dong ya. Trims ya. Asyik bacanya. oma
ReplyDeleteiya nih, siapa mau sponsorin ?? :p
ReplyDeleteah... seru sekaleeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
ReplyDeletenyesel khaaan ... nggak bisa ikutan :p
ReplyDeletehiks hiks....
ReplyDelete