… be my friend, Vadi
‘cause friends will stay forever
while boyfriend could go away easily,
as easily he comes …
(dari suatu percakapan di atap Djakarta Theatre)
Dua hari ini irma audit pabrik ban di kabupaten Pasuruan dekat Malang. Cara client irma ini ngomong mengingatkan irma akan seorang teman lama yang juga berasal dari Malang. Novadi.
Dulu, di suatu Sabtu sore, irma nonton ‘My Big Fat Greek Wedding’ di TIM. Di tengah fim, filmnya putus. Sekarang baru tau kalo filmnya putus kayak gitu karena Joni – si pengantar film – terhambat perjalanannya entah di mana. Lagi nunggu filmnya nyambung lagi cowok berambut panjang sebahu di sebelah irma ngajak ngobrol. ‘Sendiri aja ?’ tanyanya. He eh, iya. Nonton sendirian. Waktu itu irma lagi nggak punya pacar. Ngelencer sendirian – termasuk nonton di bioskop – ya nggak masalah.
Bubar nonton film cowok itu jalan ngikutin irma. ‘Boleh kenalan ?’ tanyanya. Ya boleh. ‘Novadi,’ ia mengulurkan tangan ngajak salaman. Abis gitu Vadi ngajak ngobrol sambil makan di kedai-kedai makan yang berderet di pelataran parkir TIM. Biasanya kalau di sana irma makan ayam bakar Solo. Tapi kali itu irma ngikut aja dengan pilihan teman baru ini. Vadi ngajak makan bakso.
Kita kenalan lebih jauh. Cerita tentang kerjaan masing-masing. Irma auditor, kerjaannya keliling-keliling ke tempat client. Vadi kerja di salah satu production house sebagai editor film. Pantas dia pakai T-shirt hitam bertuliskan ‘CREW’ di punggungnya.
Sebelum pulang, Vadi minta no telpon irma. Irma bilang kasih tau aja no telpon handphonenya, nanti irma miss-call ke sana. Vadi bilang dia nggak punya HP. Haaaa … baru kali ini irma ketemu cowok di Jakarta yang nggak punya handphone. Jadi irma kasih tau no telpon kantor irma. Vadi sorongkan slip bukti setoran Bank Lippo, minta irma tulis no telpon di baliknya.
Trus besoknya menjelang istirahat siang Vadi telpon ke kantor. Sejak itu tiap kali irma di kantor dia selalu telpon irma. Henny, resepsionis kantor sampai hapal suaranya. ‘irma, line … dari Novadi,’ paging Henny hampir setiap hari. Sampai dibecandain NoPadi, NoBeras, NoNasi.
Vadi sering main ke tempat kost. Lalu kita jalan-jalan. Biasanya sih nonton karena kita sama-sama penggemar film. Tiap kali ada film baru yang menarik selalu kita nonton. Tadinya irma suka nonton di TIM tapi Vadi kasih tau sound system di Djakarta Theatre lebih asik. Suasananya di sana juga lebih enak. Harga tiketnya sama. Jadi kita sering nongkrong di Djakarta Theatre. Lanjut minum jus di jalan Sabang bahas film yang baru ditonton. Trus dengan motornya Vadi antar irma pulang ke tempat kost.
Kita jadi tau kebiasaan masing-masing. Vadi tau tiap minggu irma berenang. Irma tau tiap Kamis malam Vadi latihan paduan suara. Vadi ke gereja tiap hari Sabtu atau Minggu. Tapi tiap Senin malam kita punya kebiasaan yang sama. Nomat alias Nonton Hemat.
Lalu di suatu malam Vadi jemput irma di kantor. Vadi ajak irma ke Djakarta Theatre. Tumben ini kan bukan hari Senin, jadwal kita Nomat. Dan film yang diputar juga nggak menarik untuk ditonton.
Kita duduk di pelataran parkir di atas atap. Melihat keramaian lalu lintas dan lampu warna-warni dari gedung Sarinah di seberang. Irma ramai berceloteh, cerita tentang audit dan kejadian di kantor. Sampai irma sadar dari tadi Vadi diam saja. Bahkan termenung. Ada apa Di ?
Lalu Vadi bilang, kalau dia suka sama irma. Kalau dia ingin menghabiskan hari-harinya bersama irma. Sekarang, nanti dan selamanya. Bukan cuma sebagai teman tapi ia menginginkan lebih dari itu. Vadi juga bilang dia tidak akan menyakiti hati irma seperti yang pernah seseorang lakukan pada irma di tahun 1999.
It’s so sweet, maybe romantic. Seseorang ungkapkan perasaannya di tempat yang nggak biasa. Tapi irma sedih karena jawaban irma nggak menyenangkan buat dia.
Irma senang jalan dengan Vadi. Kita memiliki kegemaran yang sama. Baru kali ini irma ketemu orang yang nyambung untuk membahas film. Tapi irma nggak bisa jadi lebih dari sekedar teman buat dia. Kita berbeda Di. Vadi merayakan Natal sedangkan irma ber-Idul Fitri. Bagi irma suatu hubungan pacaran hendaknya menuju ke pernikahan, bukan sekedar punya teman jalan pengisi waktu. Dan untuk ke sana tentunya kita harus memiliki keyakinan yang sama.
Vadi bilang, ia sudah menduga irma akan bilang begitu. Ia juga sebenarnya sedih waktu tau dia menyukai irma. Makanya malam itu ia lebih banyak diam, untuk menikmati waktu yang dihabiskannya bersama irma. Mendengar suara irma untuk dikenang di kemudian hari.
Sejak itu Vadi nggak pernah kontak irma lagi. Nggak pernah telpon ke kantor atau handphone irma lagi. Nggak pernah ngajak irma nonton atau jalan-jalan. Ia menghilang. Irma juga nggak bisa menghubunginya.
Sampai suatu hari ia datang ke tempat kost. Bawa buku Harry Potter kelima. Dulu irma pernah kasih dia Harry Potter 1 – 4 versi bahasa Inggris. Irma kasih abisnya irma nggak sempat baca. Daripada bukunya nganggur, mending irma kasih ke Vadi. Vadi suka sekali Harry Potter. Dan dia bisa cepat baca yang versi bahasa Inggris karena memang kuliahnya dulu sastra Inggris. Selain jadi editor dia juga punya kerjaan sambilan sebagai penterjemah.
Vadi senang sekali waktu irma kasih satu set buku Harry Potter bahasa Inggris itu. Dia tanya dengan apa dia bisa membalasnya. Irma bilang nanti kalau buku Harry Potter yang kelima udah terbit, belikan saja itu buat irma. Vadi janji ia akan belikan untuk irma. Dan ia menepati janjinya.
Vadi datang nggak sendiri. Dan yang diberikannya juga bukan cuma buku Harry Potter 5. Vadi berikan undangan. Ia akan menikah dengan seseorang yang datang bersamanya ke tempat kost irma.
‘You look different with long hair,’ komentarnya melihat irma setelah sekian lama kita nggak ketemu. ‘But you look much better with this hair-style,’ katanya lagi. Irma senyum. Senang melihatnya sehat. Senang juga mengetahui ia sudah menemukan tambatan hatinya.
Irma datang ke pernikahannya bersama Wahyudi. Vadi kelihatan senang sekali irma datang. ‘Makasih ya Ir, makasih,’ katanya berulang-ulang waktu irma menyalami ia dan istrinya. Terima kasih kembali Vadi, selamat ya. Semoga kamu selalu bahagia.
Setahun kemudian menjelang ulang tahunnya di bulan November Vadi kirim SMS. Dia kasih tau anaknya sudah lahir. Perempuan. Irma balas ucapkan selamat. Vadi balas lagi bilang terima kasih. Setelah itu irma nggak tau lagi kabar dia. Irma nggak tau dia di mana. Tapi hati irma tau sekarang Vadi bahagia bersama Theresia – istrinya – dan Vanessa, anak mereka.
Jumat malam, 15 September 2006
Dalam kemacetan menuju Bandara Juanda,
3 jam macet gara-gara jalan tol diblokir penduduk yang marah karena tanggul Lapindo Brantas jebol dan lumpur panas membanjiri desa mereka
ih ma aku jadi terharu dengan kata-kata indah kamu hiks-hiks sedih
ReplyDeletelha kok sedih ??
ReplyDeleteini aku kasih tissue. atau coklat :p
Maya mau pilih yang mana ?
coklat (halah dasar rakus) huehehehe
ReplyDeleteyah, coklatnya udah abis dipake buka puasa kemarin :(
ReplyDelete(halah, ini niat nggak sih mau ngasi ???)
teganya-teganya
ReplyDelete