bila ku ingat lelah ayah bunda
bunda piara, piara akan daku
sehingga aku besarlah
(‘Bunda Piara’ – lagu masa kecil)
Kemarin-kemarin di blog irma nanya, ‘Andai bisa kembali ke masa lalu, kamu mau ke masa yang mana ?’. Nani bilang dia pengen ke masa kecil, saat hidup senang tanpa beban dan cuek dengan semua. irma jadi ingat waktu irma kecil. Link
Dulu, tiap hari Minggu Papa dan Mama bawa ketiga anaknya naik kuda di ITB. Sebenarnya bukan di ITB sih, cuma keliling jalan Ganesha dan Gelap Nyawang. Tapi karena di sana ada kampus ITB jadi kita selalu bilangnya, ‘Ke ITB yuk, naik kuda’.
Dari rumah di Buah Batu kita naik mobil Holden hijau milik Papa. Ingat banget begitu sampai di area berkuda, para tukang kuda itu langsung lari-lari mengejar mobil kita yang jalan melambat. Saat itu biasanya Teteh dan Bu Isna (dulu irma manggilnya Teh Dede) memilih-milih mereka mau naik kuda yang mana. irma nggak pernah memilih. Pasrah aja sama kuda yang dipilihin Papa. Atau Mama. Biasanya mereka pilih kuda yang nggak terlalu besar. Dan tukangnya yang agak berumur.
Sekali waktu irma duduk paling pinggir. Jendela mobil terbuka setengahnya. Saat mobil melambat para tukang kuda berlari-lari menghampiri. Mereka menawarkan tunggangan kudanya. Begitu mobil berhenti seorang tukang kuda langsung menarik irma keluar mobil lewat … jendela ! Berarti irma waktu itu kecil banget sampai bisa lewat jendela setengah terbuka gitu.
Seingat irma, irma pasrah aja. Nggak bilang apa-apa. Tau-tau irma udah di atas punggung kuda. Jalan-jalan. Usai berkuda satu keliling sampai lagi ke tempat mobil parkir. Irma dadah-dadah sama Papa dan Mama. Mereka ketawa. Padahal kata Teteh sebelumnya Papa marah kepada Mama karena panik irma nggak ada di mobil. Rupanya ‘diculik’ tukang kuda. Sejak itu irma nggak boleh lagi duduk di pinggir jendela mobil. irma selalu ditempatkan di tengah-tengah, diapit Teteh dan Bu Isna.
Tiap Minggu ke ITB. Tiap minggu naik kuda di sana. Mungkin karena itu tiap kali ikut Papa dan Mama jemput Teteh ke sekolahnya di SD Merdeka 5 lalu teman-teman Teteh bertanya, ‘irma udah sekolah belum ?’ , irma selalu jawab, ‘Udah. irma sekolah di ITB. Kelas 7. Ibu guru nya kuda.’ Padahal, nggak ada yang mengajari irma untuk menjawab seperti itu.
Siapa yang menyangka, waktu udah besar ternyata betulan irma sekolah di ITB. Tapi bukan kuda ibu gurunya. Bukan kelas 7 juga. Namun kuda-kuda itu tetap ada di sana. Berkeliling membawa anak-anak di punggung mereka. Anak-anak itu senang. Kita yang udah besar mengeluh. Karena jalan jadi kotor dan berbau akibat kotoran kuda berserakan. Waktu kecil dulu mana berpikir tentang kotoran kuda yang konon mengandung kuman tetanus itu.
waktu ku kecil, hidupku amatlah senang
senang dipangku dipangku dipeluknya
serta dicium dicium dimanjakan
namanya kesayangan
(bait terakhir dari lagu ‘Bunda Piara’)
Jadi ge-er nih, omongan nani jadi ide buat Irma nulis ;-)
ReplyDeleteyaah.. masa kecil itu tak terlupakan *kembali mengenang masa lalu*
so sweet kenangan masa kecilnya ^_^
ReplyDeletewahh.. enaknya jadi irma kecil.. :p
ReplyDeletehahaha, danang kecil juga enak tuuhhh ... :D
ReplyDeleteooooo.... irma dah gede ya, sekarang...
ReplyDeletewkt kecil gue di Bandung juga, Ma..
ReplyDeletenaik kuda di ITB, eh gara2 ada motor trail... kudana kaget... dan gue terlempar dari kuda.. *huks*
aduh kasihan, kasihan ... *nyanyi lagunya tasya*
ReplyDeletetak sambung:
ReplyDeletewaktu 'ku kecil hidupku
amatlah senang
senang dipangku, dipangku dipeluknya
serta dicium, dicium di namakn
namanya kesayangan.....
rasanya pengen balik ke masa kecil di Bandung, mam...
ReplyDeletepagi2 itu masih dingin bgt, di teras rumah menghadap timur.. matahari rasanya hangat bgt..
kalo siang suka jalan-jalan sm sahabatku Rori, ke sawah, ke mana aja... menjelajah alam sekitar rumah.. rasanya menyenangkan..
Baca cerita ini, jadi membuka memori saya mundur kebeberapa tahun yg lalu.... ternyata banyak juga ortu yg senang naikin anaknya ke punggung kuda di ITB itu....
ReplyDeleteJd kangen ortu,,,,,
ih...pingin liat itb ...
ReplyDeleteemang masa kecil masa yang paliiinnng menyenangkan...ceunah...
setiap masa ada senang, ada susah. ada enak, ada nggak enaknya.
ReplyDeletewaktu kecil, senang karena nggak usah mikir kerjaan. tiap hari main-main terus. nggak enaknya, kalau pergi nggak boleh sendiri. harus selalu nurut apa yang dibilang orang lebih tua. harus mau kalau disuruh-suruh. masih mau main, disuruh tidur. masih mau tidur, disuruh bangun dan mandi.
udah gede, sebel harus ngurusin kerjaan. sebel ngadepin boss nyebelin. tapi pas gajiannya kan senang, bisa beli yang diinginkan. trus kalau udah gede, kan mo pergi-pergi sendiri juga bisa. nggak tergantung sama orang lain. apalagi kalau udah bisa cari uang sendiri. ngelencer ke mana aja pun jadi.
jadi ya dinikmati aja. tiap masa pasti ada kenangan :D