... dikutip dari milis indobackpacker@yahoogroups.com. baca ini bikin aku merasa makin beruntung karena punya pasangan dengan kesukaan yang sama. terima kasih ya Allah, atas berkah dan rahmahMu kepadaku ...
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya telah menikah namun belum memiliki anak. Kami berdua masih kuliah. Sebelum menikah suami sudah tahu hobi saya jalan-jalan, dan dulu sempat sepakat akan sering jalan bareng. Tapi sekarang, selama hampir 2 tahun kami bersama, belum pernah sekalipun kami berdua jalan. Kepala saya mulai panas karena benar-benar tidak diizinkan jalan.
Kami beda persepsi. Bagi dia jalan-jalan adalah reward, Jadi misalnya kami telah melakukan sesuatu yang besar, kemudian dirayakan dengan jalan2. Contohnya ya kalau kami lulus kuliah nanti baru boleh jalan. Tapi itupun bukan seterusnya. Karena kalau kami punya rencana keluarga yang berhubungan dengan financial, jalan-jalan adalah hal terlarang baginya. Pemborosan!
Sementara bagi saya, jalan2 adalah penyegar ketika kepenatan sudah tidak bisa ditoleransi. Beban sebagai pekerja, mahasiswi sekaligus ibu rumah tangga bagi saya harus dieliminir, caranya ya dengan menyalurkan hobi, ya jalan-jalan.
Pandangan kami tidak bisa disatukan atau dikompromikan. Akhirnya sama-sama menganggap pasangan egois.
Ingin memaksanya ikut, tapi dia tidak akan setuju. Ditambah lagi pandangannya yang amat sangat realistis terhadap keuangan. Ingin pergi sendiri, kok rasanya berdosa ya, apalagi kalau suami tidak ridho. Lalu apa kata keluarga besar kalau saya titipkan suami pada mertua, sebab kami belum berumah sendiri. Lagipula saya merasa hampa kalau tidak ada suami, karena saya ingin sekali membagi apa yang saya lihat dan rasakan di perjalanan bersamanya. Tapi apa daya, bahkan tujuan yang dekat-dekat kota tempat tinggal saja tidak diperkenankan. Rasanya kepala ini mau mendidih kelelahan.
Ada yang bilang "makanya jangan cepat2 nikah". Atau "Cari suami yang suka jalan juga dong!". Tapi kan tidak semudah itu. Menikah adalah pilihan hidup, dan orang yang kita cintai kan tidak selalu sama pemikirannya dengan kita.
Rasanya seperti orang patah hati, sedih berkepanjangan. Pernikahan tidak pernah disesali, tapi sedihnya tetap melekat di hati. Tidak bisa juga menyalahkan suami sepenuhnya, sebab pertimbangannyapun tidak salah. Betapa berat rasanya membaca artikel2 tentang keindahan nusantara, sementara entah kapan saya bisa menjajakinya.