“Hi irma, ini dwi, sy bawa gado2&rujak ya ..”
Minggu, 14 Februari 2010. Hari itu anak-anak kelas reguler akan berkunjung ke rumah irma dan Wahyudi. Nggak banyak sih, yang confirm mo datang cuma Mama-Papa Oen, Deedee, Ninta, Tiwi, Dwi, Ela, dan Bangko. The Pradiptos nggak janji bisa datang karena cahaya matahari mereka sedang redup. Dan Dhani, yang bikin teman-teman kelas reguler pada ngiler pengen main ke rumah irma dan Wahyudi akibat postingan photo-photonya waktu berkunjung ke sini, ternyata sedang cemen secemen-cemennya umat (ngutip istilahnya Deedee).
Hujan turun sejak pukul sepuluh pagi dan makin deras menjelang tengah hari. Irma kira teman-teman akan telat karenanya. Tapi ternyata lewat dikit dari jam dua belas siang tiba Ninta, Dwi, dan Tiwi. Bertiga mereka datang dengan baju dan rambut basah kuyup. eh cuma Dwi deng yang rambutnya tetap kering setelah hujan-hujanan jalan kaki dari gerbang the address. Wahyudi berseru pada irma untuk ambilkan handuk kering untuk Ninta, Dwi dan Tiwi sementara ia membereskan payung-payung mereka (sekalian ngurus bocor dari langit-langit di depan pintu masuk, hihihi).
Begitu masuk dalam rumah mereka langsung pada ngajuin pinjaman baju. “Bawahan aja Ma, celana pendek juga nggak pa-pa,” kata Dwi. Irma lalu kasihkan celana selutut warna baby blue untuk Dwi dan warna khaki untuk Ninta. Sementara Tiwi meminta, “Ma, gw pinjem sarung aja deh Ma … kayaknya nggak ada yang cukup ukurannya buat gw.” Hahahahaha
Abis ganti baju Ninta, Dwi dan Tiwi menjemur baju-baju basah mereka di teralis jendela belakang (tindakan yang bikin Sutan Sati sempat shock dan tercengang-cengang). Lalu mereka menata makanan yang mereka bawa . Ninta mengeluarkan piring-piring dari lemari. Huehehehe, inilah enaknya bergaul dengan mereka. Cepat tanggap. Nggak perlu irma siapin udah inisiatif ngambil duluan. Sementara irma lanjut masak asam padeh dan goreng kerupuk.
Wahyudi menggelar tikar di depan tivi. Lalu kita duduk-duduk di sana. Ninta dan Tiwi menyantap nasi dan gado-gado. Juga ayam panggang. Dwi ngangkut toples isi keripik sanjay dari ruang depan. “Gw nunggu itik dulu, baru makan,” katanya. Wahyudi pun bilang, “Dwi, itu keripik kan belinya waktu kita ikutan PTD ke Padang.” Dwi sempat ragu-ragu untuk lanjut makan kripik sanjay. Abisnya itu PTD kan udah lama banget. Jauh sebelum irma dan Wahyudi menikah.
Bo’ong banget deh. Itu keripik oleh-oleh Mama irma waktu pulang ke kampung lebaran Idul Fitri kemarin. Tapi kan udah lama juga ya, hampir enam bulan yang lalu. Dwi pun meneruskan ngemil keripik tersebut. “Masih bagus kok Ma,” katanya. Iya. Tapi efeknya nggak tau lho ya, hihihihihi
Hujan sedikit mereda waktu satu mobil camry hitam berhenti depan rumah dan memberi isyarat lampu. Whueeeeeee … Mama dan Papa Oen ! Plus Deedee dan itik mudo lado hijau khas Kotogadang dari Oma Anna (thanks ya Oma !). Kita pun saling salaman dan muah muah muahhh cium pipi kanan cium pipi kiri. Karena banyak yang disalamin Mama Oen sampai nggak sadar kalau beliau salaman dan cium pipi kanan-kirinya Deedee padahal mereka datang barengan dalam satu mobil, hihihihihi
Kemudian datang Ela, bawa aneka sajian sayur dan piring plus sendok-garpu. Ugh, sebagai tuan rumah irma jadi merasa nggak enak. Masa’ peralatan makan aja nggak punya ya ?? Punya sih. Tapi cuma untuk dikit orang. Lha cuma berdua tinggal di rumah.
Kita pun makan rame-rame. Sambil nonton video pernikahannya irma dan Wahyudi. Nggak kerasa ya, udah setahun yang lalu. Pada ketawa-ketawa ngeliat ekspresi wajahnya Wahyudi menjelang ijab kabul. “Ini nih tampang penganten yang jam dua belas malam malam sebelumnya masih ngangkut-ngangkut kasur buat rombongan keluarganya,” celoteh Ninta. Hihihi, Ninta masih ingat aja.
Video dihentikan saat tiba di bagian yang membosankan. Kita pindah ke ruang tamu. Lanjut ngobrol lagi sambil ngicip-ngicip hidangan. Banyak sekali makanan siang itu. Itik mudo lado hijau, asam padeh, gado-gado, ayam panggang, capcay, tumis brokoli, cah kailan, mi baso, salad buah, rujak, bolu gulung medan, dan rujak. Juga kerupuk udang dan nasi putih tentunya.
Sayang Bangko nggak jadi datang. Padahal banyak yang menantikan gossip-gossipnya. Semula kita kira ia lupa. “Bangko masih di bengkel,” Deedee membaca pesan di layar handphonenya. “Oh ya semuaaaaa … Alice bilang, ‘Salam untuk itiak mudo lado hijau dari babi panggang dalam perut gw …’. Dih itik mudo kok ya dibalasnya dengan babi panggang ??“ Kita pun terkekeh-kekeh.
Sebagai pengganti Bangko maka Deedee yang bergossip kemudian. Sore itu kita tertawa-tawa membahas si C. Untung juga yang datang cuma dikitan. Jadi bisa santai kita semua di ruang tamu. Tiwi malah posisinya nyaman banget duduk di pojok, tetap dengan sarung dan baju kaos pinjeman. Oh iya, abis makan tadi Tiwi sempat buka praktek pijet Mbah Sastro. Biar kuat pijetannya ia dipakaikan blangkon oleh Wahyudi. Deedee yang jadi pasiennya baru ngeh kalau Tiwi pake blangkon menjelang akhir pijetan. “Hah, jadi dari tadi tuh pada motretin dia yang pake blangkon ?? Gw kira photoin gw ! Gw dah gaya-gaya begini,” serunya heboh. Hiyyahahahahahahahahaaa
Jam empat sore Papa Oen mengajak pulang. Ninta yang mo nebeng minta izin mandi dulu. “Ma, ada hair dryer nggak Ma ?” tanyanya seusai mandi. Nta, irma nggak pernah pake hair dryer. Tapi kalo mo pake, ini ada hair dryer si mpus nggak pernah kepake. Cuma kepake sekali karena ternyata anak-anak kucing di rumah takut dengar suaranya. Tau itu hair dryer nggak pernah dipake Tiwi pun menawarkan hair dryer tersebut ia beli. Kebetulan Tiwi lagi nyari hair dryer yang kecil wattnya. Boleh. Bawa aja. “Eh tapi ntar gw pake dulu,” terkekeh-kekeh Ninta mengambil hair dryer tersebut. Selesai mengeringkan rambut Ninta bertanya, “Ma, ada lagi nggak barang yang mo digarage sale ? Itu si Tom mo dilepas harga berapa ?” Haaa … melepas si Tom ?? Oh tidaaaaaaakkkkkkk ……………….
Hujan sudah berhenti. “Ayo photo bareng dulu sebelum pulang,” Ela menyiapkan tripod di halaman depan. Beberapa pose photo dilakukan. Tetangga sebelah tercengang-cengang melihat aneka ekspresi kita. Terakhir Mama Oen mengajak pose para tamu bersalaman dengan tuan rumahnya. Setelah photo baru beliau sadar, “Lha aku yang kephoto pantatku yang gueeedhe iki tho ! Mana di sebelahku Deedee lagi ! Lha harusnya Tiwi wae !” Huahahahahahaha
Daaagh ……. dadaghh, kapan-kapan ke sini lagi ya, irma dan Wahyudi melambaikan tangan saat teman-teman pada naik ke dalam mobil. Mobil Papa Oen meluncur duluan meninggalkan rumah irma dan Wahyudi. Selain Mama dan Papa Oen di dalamnya ada Deedee, Ninta, dan Tiwi yang numpang sampai Citos. Berikutnya mobil Ela yang pergi. Isinya Ela dan Dwi. “Hei, hei, tungguuuuuuuuu ….. !” melambaikan tangan kanannya Wahyudi berlari-lari mengejar mobil Ela. Ternyata tripod Ela masih tergeletak di atas tutup bagasi.
Sepulang teman-teman irma dan Wahyudi membereskan rumah. Banyak sekali makanan yang tersisa. Padahal sebagian sudah dibawa teman-teman. Akhirnya makanan-makanan tersebut kami bungkus dan bagi-bagi kepada tetangga dan petugas keamanan.
Masuk waktu Maghrib. Irma dan Wahyudi sholat berjamaah. Selesai sholat kami membuka kado pemberian Mama dan Papa Oen. Sehelai taplak meja tamu warna merah maroon. Serasi dengan nuansa rumah kami yang maroon juga. Cantik sekali. Disertai kartu ucapan, “Yudi & irma, selamat menempati rumah yang baru. Kiranya Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu melimpahkan berkah dan kebahagiaan kepada kalian sekeluarga. Salam kasih, Agni – Ninik (Pa Oen – Ma Oen).”
Oh, it’s so sweet. irma jadi terharu. Makasih ya.
‘… rumah yang manis, rumah yang manis, damai, damailah di dalamnya …’
(dari syair lagu yang menang lomba cipta lagu dulu waktu irma masih SD, kalau nggak salah itu lagu karya anaknya Ully Sigar)
note : picture by ela, taken from http://imanuela.multiply.com/photos/album/122/Kelas_Reguler_The_Address
