Sunday, September 24, 2006

thinking of him

 


It is nice to have someone beside you …


Seseorang yang rela mengalami macet Jakarta di Jumat malam.  Padat merayap dari Bekasi ke Cengkareng.  Untuk jemput kamu di bandara.  Seseorang, yang nggak mengharapkan apa-apa dari kamu.  Selain kamu terima dia apa adanya.  Utuh menyeluruh, lengkap dengan kejelekannya, keburukannya, dan kekurangannya.  Tentu juga ada kebaikan dan hal yang bagus pada dirinya (brewoknya, hihihi …)


Dia, yang nggak pernah ingin mengubah kamu.  Kamu yang banyak uban, berkulit gelap dan tidak ramping.  Ngambek-an lagi !  Dan selalu kedinginan di ruang AC sampai hidung beringus.  Meler nggak berhenti-henti.  Hiiiih … 


Dia menyukai kamu, apa adanya.  Tidakkah itu menyenangkan ?


 


Batam, 20 September 2006


Thinking of him before I go to bed

Sweet Couple

Di pesawat menuju Batam.  Seorang ibu – lebih tepat dipanggil Oma lah, abis kayaknya seumuran sama Mama – duduk di sebelah irma.  Suaminya datang kemudian.  ‘Jack, ngana di sini. Kita pisah duduknya,’ Oma menunjuk kursi di depannya.


 


Waktu Opa duduk, Oma ingat sesuatu.  ‘Jack, laptop di mana ? Nggak ada sama saya,’ Oma membuka kedua telapak tangan.  Opa baru sadar tasnya ketinggalan entah di mana.  ‘Di bagasi ? Coba minta tolong sama stewardess,’ Oma melambai memanggil pramugari.  Opa jelaskan laptopnya ketinggalan.  Pramugari lalu ajak Opa menemui ground officer.


 


Opa kembali ke tempat duduk.  Ground officer datang kasih tau tasnya nggak ketemu.  Opa diminta untuk hubungi lost and found.  Lalu ground officer itu pergi.  Nggak berapa lama dia balik lagi.  Kasih tau tasnya ketemu dan akan diantar naik ke atas pesawat.  Seorang ground officer lain datang bawakan tas Opa.  Kelihatan sekali Oma merasa lega.  ‘Kalungkan talinya di bahu Jack, jangan dilepas,’ Oma pasangkan tali tas di lengan Opa.


 


Pesawat berjalan menuju apron.  Menjelang pesawat lepas landas, Oma memegang bahu Opa.  Opa menggenggam tangan Oma, sesekali mengelusnya ke pipi.  Aah … so sweet.  Gue jadi ngiri …


 


 


20 September 2006


dalam perjalanan menuju Batam


 

Orang Padang

irma pernah ngeledekin teman yang orang Padang.


 


irma :


Hah, payah nih orang Padang !  Masa nggak bisa ngebedain petang dan pagi hari ?  Udah gitu, nggak tau Udang lagi !


 


Teman irma :


Ah, masa’ sih ?  Nggak betul tuh !


 


irma :


Kalau nggak betul, trus kenapa ada lagunya ?


Urang Padang mandi ka hulu


Urang Padang mandi ka hulu


Patang disangko pagi hari


Udang disangko tali-tali


 


Dibilangin gitu teman irma speechless, nggak bisa ngomong apa-apa.  Tapi sebenarnya dalam hati dia dongkol banget sama irma.  Padahal kalau dia lebih cerdas dikiit aja, dia bisa bilang, ‘Ya itu kan orang Padang yang mandi ke hulu (sungai) !’


 


Huahahahahahahaaa …


 


Buat teman-temanku yang orang Padang, jangan dimasukin ke hati ya.


Peace man, peace … Kakek-Nenekku juga orang Padang kok.  Malah mereka masih ngalamin mandi di sungai J

Sunday, September 17, 2006

Novadi

… be my friend, Vadi


‘cause friends will stay forever


while boyfriend could go away easily,


as easily he comes …


(dari suatu percakapan di atap Djakarta Theatre)


 


 


Dua hari ini irma audit pabrik ban di kabupaten Pasuruan dekat Malang.  Cara client irma ini ngomong mengingatkan irma akan seorang teman lama yang juga berasal dari Malang.  Novadi.


Dulu, di suatu Sabtu sore, irma nonton ‘My Big Fat Greek Wedding’ di TIM.  Di tengah fim, filmnya putus.  Sekarang baru tau kalo filmnya putus kayak gitu karena Joni – si pengantar film – terhambat perjalanannya entah di mana.  Lagi nunggu filmnya nyambung lagi cowok berambut panjang sebahu di sebelah irma ngajak ngobrol.  ‘Sendiri aja ?’ tanyanya.  He eh, iya.  Nonton sendirian.  Waktu itu irma lagi nggak punya pacar.  Ngelencer sendirian – termasuk nonton di bioskop – ya nggak masalah.


Bubar nonton film cowok itu jalan ngikutin irma.  ‘Boleh kenalan ?’ tanyanya.  Ya boleh.  ‘Novadi,’ ia mengulurkan tangan ngajak salaman.  Abis gitu Vadi ngajak ngobrol sambil makan di kedai-kedai makan yang berderet di pelataran parkir TIM.  Biasanya kalau di sana irma makan ayam bakar Solo.  Tapi kali itu irma ngikut aja dengan pilihan teman baru ini.  Vadi ngajak makan bakso.


Kita kenalan lebih jauh.  Cerita tentang kerjaan masing-masing.  Irma auditor, kerjaannya keliling-keliling ke tempat client.  Vadi kerja di salah satu production house sebagai editor film.  Pantas dia pakai T-shirt hitam bertuliskan ‘CREW’ di punggungnya. 


Sebelum pulang, Vadi minta no telpon irma.  Irma bilang kasih tau aja no telpon handphonenya, nanti irma miss-call ke sana.  Vadi bilang dia nggak punya HP.  Haaaa … baru kali ini irma ketemu cowok di Jakarta yang nggak punya handphone.  Jadi irma kasih tau no telpon kantor irma.  Vadi sorongkan slip bukti setoran Bank Lippo, minta irma tulis no telpon di baliknya.


Trus besoknya menjelang istirahat siang Vadi telpon ke kantor.  Sejak itu tiap kali irma di kantor dia selalu telpon irma.  Henny, resepsionis kantor sampai hapal suaranya.  ‘irma, line … dari Novadi,’ paging Henny hampir setiap hari.  Sampai dibecandain NoPadi, NoBeras, NoNasi. 


Vadi sering main ke tempat kost.  Lalu kita jalan-jalan.  Biasanya sih nonton karena kita sama-sama penggemar film.  Tiap kali ada film baru yang menarik selalu kita nonton.  Tadinya irma suka nonton di TIM tapi Vadi kasih tau sound system di Djakarta Theatre lebih asik.  Suasananya di sana juga lebih enak.  Harga tiketnya sama.  Jadi kita sering nongkrong di Djakarta Theatre.  Lanjut minum jus di jalan Sabang bahas film yang baru ditonton.  Trus dengan motornya Vadi antar irma pulang ke tempat kost.


Kita jadi tau kebiasaan masing-masing.  Vadi tau tiap minggu irma berenang.  Irma tau tiap Kamis malam Vadi latihan paduan suara.  Vadi ke gereja tiap hari Sabtu atau Minggu.  Tapi tiap Senin malam kita punya kebiasaan yang sama.  Nomat alias Nonton Hemat.


Lalu di suatu malam Vadi jemput irma di kantor.  Vadi ajak irma ke Djakarta Theatre.  Tumben ini kan bukan hari Senin, jadwal kita Nomat.  Dan film yang diputar juga nggak menarik untuk ditonton.


Kita duduk di pelataran parkir di atas atap.  Melihat keramaian lalu lintas dan lampu warna-warni dari gedung Sarinah di seberang.  Irma ramai berceloteh, cerita tentang audit dan kejadian di kantor.  Sampai irma sadar dari tadi Vadi diam saja.  Bahkan termenung.  Ada apa Di ?


Lalu Vadi bilang, kalau dia suka sama irma.  Kalau dia ingin menghabiskan hari-harinya bersama irma.  Sekarang, nanti dan selamanya.  Bukan cuma sebagai teman tapi ia menginginkan lebih dari itu.  Vadi juga bilang dia tidak akan menyakiti hati irma seperti yang pernah seseorang lakukan pada irma di tahun 1999.


It’s so sweet, maybe romantic.  Seseorang ungkapkan perasaannya di tempat yang nggak biasa.  Tapi irma sedih karena jawaban irma nggak menyenangkan buat dia.


Irma senang jalan dengan Vadi.  Kita memiliki kegemaran yang sama.  Baru kali ini irma ketemu orang yang nyambung untuk membahas film.  Tapi irma nggak bisa jadi lebih dari sekedar teman buat dia.  Kita berbeda Di.  Vadi merayakan Natal sedangkan irma ber-Idul Fitri.  Bagi irma suatu hubungan pacaran hendaknya menuju ke pernikahan, bukan sekedar punya teman jalan pengisi waktu.  Dan untuk ke sana tentunya kita harus memiliki keyakinan yang sama.


Vadi bilang, ia sudah menduga irma akan bilang begitu.  Ia juga sebenarnya sedih waktu tau dia menyukai irma.  Makanya malam itu ia lebih banyak diam, untuk menikmati waktu yang dihabiskannya bersama irma.  Mendengar suara irma untuk dikenang di kemudian hari.


Sejak itu Vadi nggak pernah kontak irma lagi.  Nggak pernah telpon ke kantor atau handphone irma lagi.  Nggak pernah ngajak irma nonton atau jalan-jalan.  Ia menghilang.  Irma juga nggak bisa menghubunginya.


Sampai suatu hari ia datang ke tempat kost.  Bawa buku Harry Potter kelima.  Dulu irma pernah kasih dia Harry Potter 1 – 4 versi bahasa Inggris.  Irma kasih abisnya irma nggak sempat baca.  Daripada bukunya nganggur, mending irma kasih ke Vadi.  Vadi suka sekali Harry Potter.  Dan dia bisa cepat baca yang versi bahasa Inggris karena memang kuliahnya dulu sastra Inggris.  Selain jadi editor dia juga punya kerjaan sambilan sebagai penterjemah.


Vadi senang sekali waktu irma kasih satu set buku Harry Potter bahasa Inggris itu.  Dia tanya dengan apa dia bisa membalasnya.  Irma bilang nanti kalau buku Harry Potter yang kelima udah terbit, belikan saja itu buat irma.  Vadi janji ia akan belikan untuk irma.  Dan ia menepati janjinya.


Vadi datang nggak sendiri.  Dan yang diberikannya juga bukan cuma buku Harry Potter 5.  Vadi berikan undangan.  Ia akan menikah dengan seseorang yang datang bersamanya ke tempat kost irma.


‘You look different with long hair,’ komentarnya melihat irma setelah sekian lama kita nggak ketemu.  ‘But you look much better with this hair-style,’ katanya lagi.  Irma senyum.  Senang melihatnya sehat.  Senang juga mengetahui ia sudah menemukan tambatan hatinya. 


Irma datang ke pernikahannya bersama Wahyudi.  Vadi kelihatan senang sekali irma datang.  ‘Makasih ya Ir, makasih,’ katanya berulang-ulang waktu irma menyalami ia dan istrinya.  Terima kasih kembali Vadi, selamat ya.  Semoga kamu selalu bahagia.


Setahun kemudian menjelang ulang tahunnya di bulan November Vadi kirim SMS.  Dia kasih tau anaknya sudah lahir.  Perempuan.  Irma balas ucapkan selamat.  Vadi balas lagi bilang terima kasih.  Setelah itu irma nggak tau lagi kabar dia.  Irma nggak tau dia di mana.  Tapi hati irma tau sekarang Vadi bahagia bersama Theresia – istrinya – dan Vanessa, anak mereka.


 


Jumat malam, 15 September 2006


Dalam kemacetan menuju Bandara Juanda,


3 jam macet gara-gara jalan tol diblokir penduduk yang marah karena tanggul Lapindo Brantas jebol dan lumpur panas membanjiri desa mereka


 

Tuesday, September 12, 2006

kaki seribu

Akhir-akhir ini di kamar mandi tempat kost sering berkeliaran kaki seribu kecil-kecil.  Kata Wahyudi, untuk mencegahnya lantai kamar mandi harus selalu kering.  Biar jadi musim kemarau buat si kaki seribu.  Jadi dia nggak minat buat jalan-jalan di sana.  Jadi sekarang tiap kali abis pake kamar mandi ada kerjaan tambahan ; ngepel lantai sampai kering.


Tapi ternyata nggak ngaruh tuh.  Tetap aja the real caterpillar ini hilir-mudik di lantai yang kering.  Get uget uget uget uget, dia berjalan.  Jadi sekarang kerjaan tambahan berubah jadi menggebah-gebah si ulil ini untuk pergi sebelum irma pake kamar mandi.


Heran deh.  Kenapa ya di kamar mandi tuh irma selalu banyak teman ?  Dulu di Bandung suka ada cacing yang ikutan mandi.  Biarpun udah dikasih garam tapi tetap aja dia datang.  Akhirnya kita mandi beralas sendal jepit.  Tapi sejak lantai kamar mandi diganti keramik dia nggak datang lagi.  Alergi kali dia sama keramik.


Trus kalau di tempat kost yang lama, di kamar mandinya selalu ada kecoak.  Hiiiihh, tiap kali mau mandi musti kudu berburu kecoak dulu.  Lumayan hasil buruannya bisa jadi makanan ikan peliharaan bapak kost.


Nah di tempat kost yang sekarang, awalnya selalu ada sawiyah (anak cecak) yang selalu nemenin irma mandi.  Tapi mungkin karena sekarang dia udah jadi cecak beneran, nggak pernah lagi irma lihat dia di kamar mandi.  Pindah ke mana dia ya, ke dapur kali ??


Hilang sawiyah, naaaa sekarang kaki seribu yang berkeliaran !  Cerita sama Teteh di Depok, sama dia irma diketawain.  'Kan kamu emang Ulil, makanya dikerubutin kaki seribu ! Hihihihi,' gitu dia bilang.  Dulu waktu TPI putar film boneka Si Komo, tiap pagi kita nonton itu.  Sejak itu Teteh selalu panggil irma 'Ulil' abis katanya kelakuan irma seperti si Ulil, kaki seribu jahil temannya si Komo.


Hooaaaaaahhhh ... kenapa ya irma selalu dikerubuti makhluk-makhluk mungil itu ?  Maybe I am Queen of the Bugs, gitu pikir irma.  Makanya mereka selalu datang nemenin irma, hiiiiii ... Tapi kalau irma ratunya, harusnya mereka melayani irma dong.  Buat bikin sebel begini.


Nah tuh kan, ada kaki seribu lagi uget-uget di lantai kamar mandi yang kering.  Dibunuh ?  Nggak ah, irma nggak pernah tega bunuh hewan.  Irma suruh aja dia berenang di saluran air.  Byuuuurrrr ...... !!

Friday, September 1, 2006

browser

Jumat minggu lalu dipanggil menghadap Boss besar.  Dikasih amplop.  Waktu dibuka ternyata isinya salary adjustment.  He eh, kirain tahun ini nggak ada kenaikan gaji.  Biasanya kan di bulan Juni.


Boss bilang kali ini perusahaan nggak bisa kasih kenaikan gaji yang besar apalagi significant.  Bla bla bla ... beliau paparkan kondisi perusahaan dan alasan lainnya.  irma mengangguk-angguk seolah-olah ngerti.  Padahal sih dalam hati irma bilang, 'Yah ... selama bisa browsing, ngimel dan dapat internet connection, it's okay lah Pak ...'


Dasar, surfer gratisan !

jemput dong ...

Jumat malam, rame-rame nglembur di kantor beresin laporan audit yang udah diuber-uber deadline.  'Jemput aku ya,' temen kantor yang duduk beradu punggung dengan irma menelpon suaminya.  Sementara itu seorang teman yang lain berjalan ke pintu sambil melambaikan tangan, 'Daaag ... semua ! Duluan ya, aku udah dijemput.'


Aduh ... enaknya, pada dijemput.  Aku juga mau dong


Hiks hik, sedihnya aku pulang sendiri.  Sapa mo' jemput ?  Paling supir metro mini.  Itu pun pake teriak-teriak dia, 'Cepat dek ! Ayo cepat !'  


Halah, mana ada orang ngjemput nyuruh lari-lari gitu ??  Mana hari ini aku lagi pake rok dan high heels lagi !  Sebel !


 


waktu duduk sendiri di kantor jumat malam, 25 agustus 2006