Thursday, April 7, 2011
bon appetite
Nggak tau kenapa, sejak hamil irma nggak bisa menikmati masakan yang bukan bikinan sendiri. Padahal dulu waktu kost di Pejaten, tiap minggu pasti irma ke restoran pizza di Warung Buncit. irma memang suka sekali makan pizza. Dan restoran itu selain pizzanya enak, tempatnya pun nyaman dan pelayannya ramah.
Tapi sejak hamil, pizza yang biasanya enak itu terasa nggak enak di mulut. Bukan cuma pizza tapi juga jajanan lainnya. Akhirnya irma jadi lebih suka masak sendiri meskipun cuma masakan sederhana aja seperti sayur bayam dan tempe goreng.
Ternyata setelah melahirkan tetap aja irma nggak bisa menikmati jajanan. Kalau diajak makan keluar irma cuma senang suasana ngumpul rame-ramenya aja, ketemu teman-teman. Tapi makanannya, bweeehh ... formalitas doang.
Jadi sampai sekarang tetap aja lebih suka masak sendiri. Begitu juga waktu sakit minggu kemarin. Bukannya pesan makanan lewat jasa layan antar, lagi demam begitu irma tetap ke dapur. Masak nasi, merebus daging, ngulek bumbu, bikin daging masak bali. Setelah siap irma pun bersantap sendiri.
Begitu suapan pertama masuk mulut, aaaammm ... rasa manis, pedas, dan asam memenuhi mulut. Nikmat sekali. Makan pake nasi hangat, irma sampai tambah beberapa kali. Kalau istilahnya teman kantor, "Saking nikmatnya makan sampai mertua lewat pun nggak kelihatan." Iya lah, secara mertua lewat di balik punggung.
Cepat sembuh ya ir.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS Ar Rahman, ayat ini diulang-ulang di setiap ayat ganjil mulai dari ayat ke 13 hingga akhir surat)
suster jutek
Paling sebel deh sama orang sakit yang nggak berusaha untuk sembuh.
Yang dimaksud nggak berusaha untuk sembuh tuh, nggak mau istirahat padahal badannya dah ambruk. Nggak mau ke dokter padahal sakitnya makin parah. Atau kalaupun ke dokter, saran dokter seperti minum obat nggak dituruti. Lebih sebel lagi, kalau orang yang sakit itu kemudian mengeluh karena sakitnya.
Demikian pula yang irma rasakan kepada Wahyudi beberapa minggu yang lalu waktu ia demam dan batuk-batuk.
Diajakin ke dokter, nggak mau. Maunya tidur aja. Ok, baiklah. Tapi setelah seharian tidur dan ternyata demamnya makin tinggi, irma pun memaksanya untuk ke dokter. Setelah diancam nggak boleh dekat-dekat Melati, baru akhirnya Wahyudi mau ke dokter.
Diagnosa dokter, Wahyudi sakit radang tenggorokan. Dikasih antibiotik buat empat hari dan obat demam plus obat batuk. Sampai rumah, irma tongkrongin dia untuk meminum obat. Harus digituin karena sering kali Wahyudi lupa minum obat.
Besoknya panas badannya mulai turun. Tapi di hari keempat yang merupakan hari terakhir minum antibiotik, panasnya naik lagi. Sampai lebih dari 39 derajat Celcius. Pengalaman irma, kalau demam kembali setelah beberapa hari ini harus dicurigai jangan-jangan demam berdarah. irma pun mengajak Wahyudi untuk ke dokter lagi.
Dan Wahyudi pun menolak (lagi).
"Nggak ah, paling ini karena aku kecapean aja," kilahnya. Kecapean apa ? Cape kebanyakan tidur ngkali. Lha sejak ke dokter tiga hari yang lalu kerjanya cuma tiduuuuuuurrrr aja. Sampai irma harus membangunkannya hanya untuk minum air putih. Yang namanya demam dan batuk kan harus banyak minum air putih.
Karena Wahyudi bersikukuh nggak mau ke dokter irma pun mengomel. "Kamu tuh ya, cobalah berpikir demi anak kamu. Nggak usah berpikir demi diri kamu sendiri apalagi demi aku. Mau seperti Pak Michael ? (Pak Michael adalah CEO Astra Group yang tahun lalu meninggal di Singapore karena demam berdarah). Karena dia mengabaikan sakitnya makanya dia sampai telat ditangani dan akhirnya meninggal. Mau kamu seperti itu ? Apa kamu nggak mau melihat Melati tumbuh dan berkembang hingga ia dewasa ??!"
Mungkin karena diancam seperti itu akhirnya Wahyudi mau juga ke dokter lagi.
Tepat seperti dugaan irma, dokter pun mencurigai kemungkinan demam berdarah. Atau tifus. Tes darah pun dilakukan. Hasilnya, trombosit normal, leukosit tinggi menunjukkan ada infeksi, dan tes widal mengindikasikan gejala tifus. Jenis antibiotik yang lain diberikan untuk mengobatinya.
Pffff ... irma menghela napas lega. Untung cepat ketahuan jadi segera diberikan obat yang tepat. Coba kalau nggak. Mau, demam terus-terusan ???
Sampai rumah, giliran irma si suster jutek yang batuk-batuk. Doooh ... kasihan Melati. Ia dikelilingi dua green monster. Abis papa dan mamanya selalu pakai masker hijau saat di dekatnya.
Friday, March 25, 2011
four months
Hari ini Melati 4 bulan lho.
Rencananya hari ini kami akan jalan-jalan. Mau lihat pameran celengan di Bentara Budaya. Sebelumnya ke kantor pajak dulu buat serahkan laporan SPT orang pribadi.
Tapi ........ Sutan Sati sedang sakit ! Demamnya masih cukup tinggi. Tenggorokannya pun masih sakit. Badannya luluh lantak. Nyeri-nyeri semua.
Hiks, batal deh jalan-jalannya.
(makin) tidak aman bersepeda di Jakarta ?
Sedih banget baca milis B2W Indonesia akhir-akhir ini. Hampir setiap hari adaaaaaa aja berita sepeda hilang. Umumnya terjadi di gedung-gedung perkantoran Sudirman, Thamrin dan Kuningan. Salah satu korbannya adalah teman kantor irma. Sepedanya yang diparkir di parkiran motor di basement 3 hilang digondol maling. Padahal selama ini irma parkir sepeda di sana baik-baik aja. Dari kamera CCTV diketahui maling tersebut berpakaian layaknya pesepeda. Pakai jersey, helm sepeda, kacamata nyepedah yang permukaannya berkilat-kilat, dan ransel.
Sekarang saat makin banyak yang nyepedah ke kantor makin banyak juga sepeda yang hilang dicuri saat diparkir meski sepeda tersebut dikunci dan digembok. Bahkan yang diparkir di parkiran khusus sepeda yang terletak tepat di depan lobby utama dengan penjagaan petugas keamanan pun masih bisa dimaling. Ih, nyebelin bangett !
Tapi yang paling menyedihkan adalah kejadian pesepeda dirampok. Udah berapa kali irma baca di milis kejadian pesepeda yang dipepet pengendara motor, dipaksa berhenti dengan ancaman. Pengendara motor itu memukulinya sambil tetap berkendaraan. Beruntung pesepeda tersebut tidak gentar. Ia tetap gowes dan berteriak-teriak menarik perhatian massa. Pengendara motor yang jahat itu pun kabur. Oh ya, salah satu peseda yang pernah ngalamin kejadian nyaris dirampok ini seorang perempuan lho !
Makanya teman-teman di milis sarankan jangan bersepeda sendirian apalagi kalau malam. Lebih baik rame-rame dalam rombongan. Kalau cuma berdua juga belum cukup aman. Seperti kejadian dua orang pesepeda dirampok di jembatan tugu 66 Kuningan dalam perjalanan pulang ke Mampang Prapatan. Mereka dipepet dua motor dan dipaksa berhenti. Empat orang melompat turun dari kedua motor itu. Di bawah ancaman clurit kedua peseda tersebut dipaksa untuk menyerahkan dompet, handphone, 1 kamera DSLR, dan kedua sepeda lipat. Total kerugian sekitar 25 juta rupiah.
Doooh ... sedih banget. Juga menyeramkan. Kenapa bersepeda di Jakarta sekarang tak ubahnya menyabung nyawa ya ? Padahal 5 tahun yang lalu saat irma aktif berbike2work, aman-aman aja tengah malam gowes melintasi jalur Kuningan - Mampang - Warung Buncit. Sambil nyanyi-nyanyi biar nggak berasa sepi sendirian. Asoy geboy ngebut di jalanan ibu kota .....
Oh betapa kurindu bersepeda lagi. Kapan bisa bersepeda yang nyaman dan aman di Jakarta selain saat car free day ?
Tuesday, March 22, 2011
Melati chubby chubby
Wajar jika bayi yang baru lahir kemudian mengalami penurunan berat badan. Tapi kata dokter, yang normal susutnya hanya sekitar 5 - 10% dalam satu minggu. Setelah itu berat badannya akan naik lagi.
Tapi tidak dengan Lenasati Melati. Sewaktu lahir beratnya 3,71 kg. Besar ya. Tapi di hari ketiga menjelang pulang dari rumah sakit beratnya susut jadi 3,35 kg. Udah lebih dari 10%. Dokter spesialis anak yang selama ini mengobservasinya mewanti-wanti kalau beratnya turun terus maka ia harus diberi tambahan susu formula.
Susu formula ?? Aaaaarggghhhh .............. TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKK !!!!
Inginnya irma Melati dapatkan ASI eksklusif minimal selama 6 bulan. Banyak referensi yang mengatakan ASI jauh lebih baik daripada susu formula. Terutama untuk daya tahan tubuh. irma sendiri mengamati sewaktu Obie - kucing kami - hilang dan meninggalkan empat anak kucing yang masih menyusu, kondisi mereka langsung menurun meski kami telah berusaha memberinya susu formula pengganti susu induknya. Memang, tidak ada yang sebagus air susu ibu.
Jadi kalau ASI irma tidak bermasalah kenapa juga harus pakai tambahan susu formula ? Ibu bidan dari klinik laktasi sudah memeriksa dan ia bilang ASI irma cukup banyak. Jadi wanti-wanti dokter untuk menggunakan tambahan susu formula irma abaikan. Melati tetap irma susui dengan ASI. Ia sendiri seolah tidak kenyang-kenyang. Hampir setiap dua jam ia minta mimik. Malam hari pun begitu. Meski terkantuk-kantuk irma tetap bangun dan menyusuinya. Demi anak apapun akan dijalani oleh ibu.
Seminggu kemudian kontrol lagi ke dokter spesialis anak. Dooohhh ... beratnya makin turun jadi 3,2 kg ! Rasanya irma pengen nangis. Ke mana saja ASI yang selama ini ia minum ? Lebih sedih lagi waktu dokternya berujar, "Ibu sebenarnya ASInya ada nggak sihh ??!!" Ih, rasanya pengen nabok. Wahyudi yang biasanya lebih sabar daripada irma pun jadi emosional. Dia lihat sendiri perjuangan irma untuk memberi ASI buat Melati.
"Udah, nggak usah didenger apa kata dokter itu ! Yang penting anak kita sehat," Wahyudi menghibur irma.
Memang tidak ada tanda-tanda sakit pada Melati. Temperatur badannya normal. Perkembangannya pun baik. Cuma berat badannya aja yang kok susah sekali naik. Bahkan hingga usia 1 bulan pun belum juga kembali ke berat badan saat lahir. irma sampai berpikir apa timbangannya salah ? Menurut irma untuk mengikuti perkembangan pertambahan berat badannya seharusnya hanya digunakan satu timbangan sebagai acuan. Yaitu timbangan yang dipakai sewaktu menimbang Melati saat baru lahir. Ini kan tiap kali nimbang pakai timbangan yang berbeda-beda (doooh ... sampai segitunya pikiran irma. dasar auditor !)
Hingga akhirnya suatu waktu kami ke dokter spesialis anak di rumah sakit dekat rumah. Sebenarnya kebetulan aja kami menjumpai dokter itu. Waktu itu sudah beberapa hari Melati tidak buang air besar. Hari itu hari Minggu, tidak ada dokter spesialis anak yang praktek di rumah sakit tempat Melati dilahirkan (dan juga tempat biasa ia diperiksa dokter spesialis anak yang nyebelin itu). Sewaktu browsing di internet, ternyata di rumah sakit dekat rumah kami ada dokter spesialis anak yang praktek di hari Minggu.
Maka kami pun ke rumah sakit itu. Enak, kalau hari Minggu gitu kliniknya sepi. Kalau hari lain apalagi hari Sabtu, wuihh ... rame banget ! Gimana nggak rame, yang diperiksa satu anak tapi yang nganter ibu, bapak, aa, teteh, kakek, nenek, tante, ... persis kayak satu iklan mobil di tahun '90an.
Ternyata, dokter spesialis anak yang ini lebih enak diajak diskusi. Dia bilang bayi umur 0 - 6 bulan memang belum sempurna pencernaannya. Jadi bisa aja ada kandungan ASI yang tidak bisa ia cerna. Makanya berat badannya nggak nambah-nambah.
Dokter tersebut mengangguk-angguk sewaktu tau irma hanya kasih ASI untuk Melati. "Teruskan aja ASInya Bu, bayinya jangan dikasih susu formula. Tapi ibu jangan minum susu sapi dan produk turunannya. Juga lemak tinggi seperti coklat, keju, dan alpukat," sarannya. Huee ... ternyata coklat termasuk makanan yang harus irma hindari. Padahal tiap hari irma makan roti coklat buat sarapan dan cemilan sore.
Saran dokter tersebut irma turuti. Selain berpantang susu sapi dan produk turunannya beserta coklat, keju, dan alpukat, irma juga nggak makan ikan laut, telur, dan kacang tanah karena bahan-bahan itu bikin pipi Melati berbintik-bintik merah. Jadi bye bye itu pizza, gado-gado, eskrim, coklat, kerupuk udang, ... hwaduhh enak-enak itu semua, hiks. Apa boleh buat, demi anak. Nanti kalau Melati udah 6 bulan baru cobain makan yang enak-enak itu lagi. Mana tau pencernaannya udah makin baik.
Satu bulan kemudian kami ke dokter itu lagi untuk imunisasi Melati. Kami memutuskan nggak ke dokter yang nyebelin lagi, abis selain ngomongnya nggak enak dia juga selalu telat. irma sempat harap-harap cemas sewaktu Melati akan ditimbang. Dan ternyata .... target dari dokter agar berat badannya naik 20 gram/hari terlampaui ! Horeeeeeee ...............
Senangnya. Sekarang Melati makin berat. Pipinya tembem dan bersih tanpa bintik-bintik merah. Benar-benar menggemaskan. Meski tangan irma yang pernah cedera kadang-kadang kesakitan kalau menggendong dia, tapi irma senang. Nggendong dia sambil menciumi pipinya, dan berseru, "Melati chubby chubby ! Melati chubby chubby !"
Dan Melati pun tersenyum. Kalau lihat senyumnya, hilang deh keinginan mencicipi yang enak-enak tapi irma lagi nggak boleh makan itu. Dalam hati irma bilang, "Inget ir, demi anak, demi anak. Apa yang kamu makan, itu berpengaruh sama Melati."
Saturday, March 19, 2011
ngurusin pembantu
Waktu kami baru pindah ke kediaman yang sekarang, pernah irma bertanya pada Wahyudi, "Ketua RT di sini siapa ya ?" Jawab Wahyudi, "Pak Yudi, rumahnya nomor H71."
irma terbengong-bengong dengar jawabannya. Sejurus kemudian Wahyudi menyadari ucapannya. "Eh salah ya. Itu kan namaku sendiri," ia menepuk dahinya. Lalu Wahyudi kasih tau nama Ketua RT yang benar.
Siapa sangka, nggak sampai 2 tahun kemudian ucapannya yang salah itu jadi kenyataan.
Iya, sekarang Wahyudi jadi Ketua RT di wilayah kami.
Dan ia cukup dibuat repot dengan tugasnya sebagai Ketua RT. Mana semua dia kerjakan sendiri lagi. Abisnya ia belum mendapatkan sekretaris dan bendahara. "Sebel deh, orang-orang yang memilihku jadi RT malah pada kabur, menghindar tiap kali aku mintain tolong untuk gabung di pengurusan RT," keluhnya.
Tugasnya yang pertama sebagai Ketua RT adalah mencocokkan data pembayaran IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) antara kartu warga dengan kartu pengurus RW. Gara-gara kesalahan administrasi pengurus RW sebelumnya nih, jadi ada perbedaan jumlah antara uang yang diterima dengan yang dilaporkan. Kasihan, selama sebulan itu setiap weekend ia berkeliling area blok H, mendatangi setiap rumah. Ada warga yang baik menerimanya. Ada juga yang menyambutnya dengan wajah masam dan ketus berbicara. Paling sedih di salah satu rumah ia disuruh berdiri menunggu di teras selama pemilik rumah mencari-cari kartu IPLnya. Mana lama lagi nyarinya !
Sejak Wahyudi jadi Ketua RT jadi banyak yang datang ke rumah. Umumnya mereka minta surat pengantar ke RW dan Kelurahan untuk pembuatan KTP, Kartu Keluarga, laporan kelahiran anak, izin usaha, dll. Tapi sering juga yang datang menyampaikan keluhan, seperti terganggu dengan tetangga yang sedang merenovasi rumah. Kalau begini Wahyudi harus bijak bertindak selaku penengah.
Tapi tugas paling ajaib yang harus ia lakukan adalah berkaitan dengan pembantu. Ini terjadi dua minggu lalu.
Kasus yang pertama, seorang pembantu datang ke rumah mencari Pak RT. Setelah ketemu Wahyudi ia cerita kalau ia dimarahi majikannya karena dianggap terlalu lama pergi sewaktu ia berkunjung ke rumah kakaknya seizin majikannya tersebut. Karena sudah sering berselisih dengan majikannya itu maka sang PRT memilih untuk berhenti aja. "Nggak apa-apa deh Pak (sebagian) gaji saya nggak dibayar, asal saya bisa berhenti," katanya. Setiap bulan ia hanya menerima setengah gaji. Yang setengah lagi disimpan majikannya untuk diberikan akhir tahun nanti.
Sang PRT merelakan sebagian gajinya hilang tapi yang jadi masalah adalah handphone dan KTPnya ditahan oleh majikannya juga. Heh, KTP ??? Itu kan identitas yang wajib dimiliki dan dipegang oleh setiap penduduk Indonesia yang sudah dewasa. Kok ditahan majikannya begini sih ?!!! Kayak kasus TKW di Timur Tengah yang paspor dan dokumen keimigrasian lainnya ditahan majikan biar ia tidak kabur.
Kasus kedua, kejadiannya malam minggu waktu Wahyudi sedang bersantai di rumah nonton Liga Inggris di tv. Tiba-tiba rumah kami diketuk petugas keamanan. "Pak RT, pembantu rumah yang di ujung itu kesurupan !" serunya. Wahyudi pun bergegas ke sana. Nggak berapa lama ia kembali. "ir, aku pergi dulu ya. Pembantu itu rupanya pingsan setelah minum obat sakit kepala, bukan kesurupan. Aku mau antar dia ke klinik dekat sini. Yang punya rumahnya lagi nggak ada," Wahyudi mengambil kunci mobil. Ia pergi didampingi petugas keamanan.
Lamaaaaaaa ia pergi sampai irma menelponnya. "Udah masuk komplek nih, bentar lagi sampai rumah," jawabnya. Begitu sampai rumah ia langsung cerita, "Weeeh, ternyata pembantu itu lagi hamil ! Temennya yang pembantu di rumah itu juga bilang emang seharian ini dia nggak enak badan."
Pertanyaan irma, "Sekarang kondisinya bagaimana ? Trus suaminya di mana ? Udah dihubungi ?"
"Dia masih di klinik, lagi diobservasi sama dokter. Temennya nungguin di sana. Suaminya katanya di Jambi. Dia baru seminggu kerja di sini," cerita Wahyudi. "Kasihan, kayaknya mereka nggak diurusin sama majikannya. Tadi aku tanya majikannya ke mana, mereka bilang majikan yang laki lagi shooting nggak bisa diganggu. Majikan yang perempuan pergi. Ditelpon, nggak njawab."
Doooh, kasihan sekali.
Besok paginya sewaktu Wahyudi lagi nyuci mobil, temannya PRT tersebut datang ke rumah. "Pak, bisa minta tolong antarkan ke tempat naik bis ? Kami mau pulang tapi teman saya nggak kuat jalan," katanya.
Lho ??
Rupanya tadi pagi mereka balik dari klinik. Sampai rumah majikan yang perempuan sudah menunggu. Mereka dipecat. Dan disuruh keluar dari rumah majikannya saat itu juga.
"Ok deh, kebetulan saya juga nanti mau keluar. Tunggu aja ya," jawab Wahyudi. Hari itu Wahyudi mau ke dokter hewan untuk vaksinasi Maggie, kucing kami.
"Ngg ... boleh menunggu di sini Pak ? Kami nggak berani nunggu di rumah, nanti Ibu marah lagi," pintanya lagi.
Jadi pembantu yang tadi malam pingsan itu duduk menunggu di rumah kami. Mukanya pucat sekali. Sementara itu temannya berkeliling untuk pamitan dengan teman-temannya sesama PRT.
Setengah jam kemudian Wahyudi berangkat bersama kedua PRT tersebut. Wahyudi antarkan mereka sampai ketemu angkot menuju Kampung Rambutan. Setelah itu baru ia ke dokter hewan.
Sampai rumah Wahyudi langsung komentar, "Heran, dari kemarin ngurusin pembantu melulu. Emang job desc nya Pak RT termasuk ngurusin itu ya ?? Padahal kita sendiri nggak punya pembantu."
Huehehehe. Masih mending. Ketua RT yang dulu sempat dibuat pusing sama ulah seorang tamu perempuan yang mengamuk di salah satu rumah warga. Rupanya itu rumah suaminya yang menikah lagi tanpa sepengetahuannya. Ia datang ke sana untuk melabrak sang suami beserta istri mudanya. Whadoooooh ............
Wednesday, March 16, 2011
yang bikin hidup lebih berasa
Waktu kapan gitu ya, sama temen-temen ngomongin iklan rokok yang slogannya "Bikin hidup lebih hidup". Trus kita jadi ngebahas apa sih yang bikin hidup ini jadi terasa lebih.
Macam-macam jawabnya.
Ada yang bilang rokok, kopi, saat memberi pada yang kekurangan, atau aktifitas yang memicu adrenalin seperti rafting dan downhill cycling. Ketika mereka menoleh pada irma dan bertanya, "Kalo elo ir, apa yang bikin hidup lo berasa lebih ?". Jawab irma,
Ketika aku menyusui bayiku
Saat kulitku bersentuhan dengan kulitnya. Saat lidahnya mengecap puting, dan air susu dari diriku terasa mengalir ke dalam mulutnya. Matanya yang kecil mengintip dari balik payudara, menatap langsung ke mataku. Kadang ia bergumam seolah berkata padaku, "Oh, it's so good Mom, it's really really good."
Kini ia semakin besar. Seringkali saat menyusu begitu tangan mungilnya menyentuh wajahku. Gerakan motoriknya belum terlalu halus tapi ia berusaha membelaiku. Kadang aku meneteskan air mata. Bukan karena sakit tapi karena haru dan bersyukur. Betapa beruntungnya aku mendapat kesempatan untuk menyusuinya.
Oh nak, sungguh kau merupakan penghibur hati.
Subscribe to:
Posts (Atom)