Yang irma suka dari pekerjaan irma sebagai auditor - selain jalan-jalan - adalah berkesempatan melihat dari dekat pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan yang dikenal umum. Seperti kemarin waktu audit stevedoring atau pekerjaan bongkar-muat kapal. Irma ditemani seorang kapten yang mewakili perusahaan client. He eh, baru tau yang namanya kapten nggak selalu berlayar.
Dulu tuh, irma ngebayangin yang namanya kapten (kapal) itu orangnya udah tua, berpendirian keras, perawakan tinggi, perut agak buncit, kumis tebal, mengisap pipa, bertopi pelaut, dan … mabuk. Hehehe, kebanyakan baca Tintin kali ya, jadi ngebayanginnya seperti Kapten Haddock. Sementara kapten yang dampingi irma audit ini orangnya nggak tinggi nggak pendek, langsing, kulit gelap dan nggak nyeremin. Nggak ngerokok juga. Di sela-sela audit dia cerita tentang pengalamannya di laut sebelum akhirnya memutuskan untuk bekerja di darat.
Pertama kali berlayar saat umur 22 tahun. Selama 19 tahun di laut dia udah keliling Eropa, Asia, Amerika Selatan, … yang belum ia datangi adalah Australia dan Amerika Utara. Paling sering ia berlayar ke Jepang. Pada bulan-bulan tertentu sering terjadi taifun di perairan menuju Jepang. Tinggi ombak bisa mencapai 8-10 meter. Hoaaa … serem. Waktu di Banda kemarin irma terombang-ambing naik perahu aja udah takut gimana kalau ngadepin ombak setinggi itu. Kemarin di Tanjung Priok angin bertiup kencang makanya dia jadi cerita tentang taifun.
Kapten cerita tentang terusan Panama, penghubung samudera Atlantik dengan samudera Pasifik. Di sanalah tempat kapal naik ke atas gunung. Oh, bisa ya ?? Ia juga cerita saat melewati terusan Suez di tahun 1975 ketika perang baru usai. Dari atas kapal ia bisa lihat bangkai-bangkai tank dan panser militer bergelimpangan. Ugh, perang apa itu ya ? Kalau nggak salah perang teluk yang pertama.
Kalau baca cerita-cerita klasik Inggris, selalu digambarkan bahwa kapten adalah orang yang cerdas, pandai baca-tulis. Berbeda dengan orang kebanyakan yang buta huruf. Ia pandai matematika, trigonometri, membaca peta dan sistem navigasi. Seorang kapten juga harus bisa ‘membaca’ alam untuk mengatur strategi. Strategi untuk menghadapi alam, bukan menaklukkannya. Alam tidak bisa ditaklukkan tapi manusia bisa beradaptasi dengannya.
Seorang kapten rajin menulis. Setiap kejadian di kapal dan sekitarnya harus ia catat dalam log-book. Catatan yang sangat berguna. Seringkali catatan kapten kapal dikutip dalam sejarah. Dijadikan acuan dan referensi. Makanya irma selalu berpikir kapten itu orang cerdas. Meskipun yah, ada juga cacat celanya. Pelaut terkenal suka tebar pesona di tiap pelabuhan yang disinggahinya. Ingat waktu di Banda Neira Mario pernah bilang, ‘… putus tali kapal dari pelabuhan, putus pula cinta yang dirajut …’ Huehehehe …
Kemarin kita sempat membahas kecelakaan kapal Senopati dan Levina I. Kapten terangkan perbedaan penyebab kecelakaan tersebut berdasarkan wawasannya sebagai orang kapal. Ada faktor cuaca. Tapi ada juga faktor manusia. Kapten menunjuk ke ujung dermaga, tempat kapal Levina I bersandar sebelum terbakar di Kepulauan Seribu. Bagaimana bisa kapal itu keluar pelabuhan, jika ia sebenarnya tidak layak untuk berlayar. ‘Tanyakanlah ke Syahbandar,’ Kapten tertawa, ‘karena kapal baru boleh berlayar jika Syahbandar menandatangani surat izin berlayarnya.’
Angin kembali bertiup kencang. Teringat cerita kapten tentang taifun di perairan Jepang, rekan audit irma bertanya, ‘Kapten, kalau taifun begitu, apa nggak takut ?’ Apa coba jawabnya ?? ‘Kita belajar navigasi, belajar pelayaran. Kita mengamati alam untuk meramal cuaca. Waktu terjadi taifun semua ilmu tersebut kita praktekkan. Kita berusaha sebaik yang kita bisa. Tapi semua bisa terjadi atas kehendak Tuhan. Jadi mintalah selalu kepada Dia,’ Kapten menunjuk ke langit yang tak berbatas.
Irma tercenung dengar jawaban sang kapten. Ngerti sekarang kenapa ia selalu ingatkan anak buahnya untuk segera sholat saat adzan berkumandang. Padahal ia bukan seorang muslim. Ngerti juga akan kata-kata yang pernah diucapkan seseorang kepada irma, ‘Orang yang banyak melihat, memiliki wawasan luas, yang pernah berhadapan langsung dengan alam, merasakan kerasnya alam saat dilawan, lembutnya alam saat dihargai, biasanya ia akan tumbuh menjadi orang yang bijak dan menghargai hidup.’
O Captain ! My Captain !
(dikutip dari puisi Walt Whitman yang diajarkan John Keating kepada murid-muridnya dalam film ‘Dead Poets Society’, diperankan oleh Robin Williams)
Gw suka bgt kutipan ini :) thks for sharing
ReplyDeletesama...gw juga suka.... ^_^
ReplyDeleteOrang yang banyak melihat, memiliki wawasan luas, yang pernah berhadapan langsung dengan alam, merasakan kerasnya alam saat dilawan, lembutnya alam saat dihargai, biasanya ia akan tumbuh menjadi orang yang bijak dan menghargai hidup.’-->BETUL
ReplyDeleteNice story say..:D
iya.... kutipannya bagus
ReplyDeletesolute 4 U
ReplyDelete"...Nenek moyangku s'orang pelaut ..."
ReplyDelete