... ini cerita irma tulis untuk Ulu, yang sayang sekali karena cederanya jadi nggak bisa mengikuti acara downhill dan XC bersama DarkCrosser ini sampai usai. padahal seru sekali lho. Ulu, lekas pulih lagi ya ...
Downhill dan XC bersama DarkCrosser
… is downhill fun ? Yes, indeed. But, do you dare to do it again ? Ummm … let me decide after thinking hundreds … oh NO ! thousands times …
Waktu irma kasih tau Wahyudi dan Ela tentang acara downhill yang diadain Mahanagari bersama DarkCrosser, irma nggak nyangka kalau kedua orang itu berminat ikutan. Tapi ternyata tanggapan mereka : ‘Ayooo daftar !’ (e-mail Ela), dan ‘Aku udah daftar dan transfer biayanya untuk kita bertiga,’ (sms Wahyudi). Saat itu reaksi irma adalah : glek. Mereka berdua ini tau nggak sih downhill itu apa ??
Karena irma tau mereka berdua bukan orang yang biasa nyepedah di alam liar (baca : gunung dan hutan). Selama ini Wahyudi nyepedah cuma buat ke tempat kerja aja. Sama seperti irma. Kalau Ela, hmm yah Ela memang pernah ke JPG. Jalur Pipa Gas, trek paling ngetop di kalangan mountain biker Jakarta. Mungkin itu semacam trek wajib yang harus mereka lewati. Tapi downhill ??
Berhubung sudah daftar (dan dibayarin) ya sudah berarti irma harus turut. Dua minggu menjelang acara Ela kasih tau dia nggak bisa ikutan. Dia bilang ada acara yang lebih penting bersamaan dengan downhill itu. Haiyaaaa … gimana nih, duit yang udah ditransfer nggak bisa dibalikin. irma coba tawarkan kepada Bu Isna. Kakak irma yang satu itu juga suka nyepedah.
Bu Isna bilang dia mau ikutan. irma pun tenang. Aman nih, setidak-tidaknya uangnya Wahyudi nggak bakalan terbuang percuma. Tapi Jumat pagi hanya sehari menjelang acara Bu Isna kirim sms, ‘Irma, maap kerjaanku masih belum beres. Aku dah usaha selesaikan dua hari ini. Khawatir malam ini harus begadang lagi lalu keteleran besoknya. Adakah teman lain ? Maap ya ?’
Hwadooh ! Gimana neeh ??! irma langsung forward sms Bu Isna itu ke Wahyudi. Jawabnya, ‘Wah .. dilempar ke milis B2W bisa ? Kalau nggak ada peminat, aku telpon ke Ulu. Kalau nggak bisa juga, dibicarakan dengan Benben.’ Apa yang mau dibicarakan ? Jelas-jelas dibilang uang yang udah dibayar nggak bisa diminta balik lagi. Apa Wahyudi bermaksud menawar kalau uangnya nggak bisa dibalikin, ya ganti aja dengan merchandise nya Mahanagari ? Wah, kalau kayak gitu dia bisa dapat tiga kaos tuh ! Bagi dong satu …
Lalu masuk lagi smsnya Ibu Isna, ‘Abang mau sih ikutan …’ Haa, beneran nih ?? Sanggup nggak dia nyepedah sekitar 20 km-an ? Setahu irma Abang Kiddie nyepedahnya cuma sekitar rumah aja. Neneknya nggak kasih dia izin untuk nyepedah jauh-jauh.
Nggak berapa lama kemudian Abang Kiddie telpon. ‘Tante, boleh nggak Abang ikutan nyepedah yang 20 km itu ?’ tanyanya. Boleeeehhh. Tapi capek tanggung sendiri ya. Nggak boleh mengeluh. ‘Iya,’ Abang Kiddie berseru gembira. ‘Makasih ya Tante.’
Maka jadilah hari Sabtu 15 Juni 2008 itu kita bertiga – irma, Wahyudi dan Abang Kiddie – jalan menuju Galeri Padi di jalan Dago 239. Sampai
Sepuluh sepeda XC hitam berjejer gagah. Dodi persilakan kita memilih. Sebelumnya ia sisihkan sepeda yang nomor 7 dan 8 untuk irma dan Ulu. Dodi bilang kedua sepeda itu pas untuk cewek-cewek. Apa bedanya dengan yang lain ? ’Yang itu rasa strawberry. Satu lagi rasa mocca,’ celetuk Mas Ichsan. Ulu pun berkata, ’Wah Teh, pas banget. Teh irma kan suka strawberry.’ Hehehe
Karena nggak ngerti gimana cara memilih sepeda yang tepat jadi irma ambil aja yang terdekat. Dapat yang nomor 7. Berarti Ulu pake yang nomor 8. Masing-masing menaikkan sepeda pilihannya ke atas mobil bak terbuka. Abis gitu kita memakai rompi, helm, sarung tangan, dan protektor pelindung tulang kering. Tadinya irma mau pake helm merah yang biasa irma pake nyepedah. Sengaja itu helm irma bawa dari Jakarta. Tapi kayaknya aneh irma pake helm lain sendiri. Akhirnya irma samakan pake helm kuning seperti yang lain. Helm irma warna 3.
Udah rapi pake perlengkapan masing-masing Dodi ajak kita berfoto depan sepeda. ‘Gagah juga ya pake pakaian nyepedah gini,’ Ulu menepuk-nepuk rompinya. Di bagian punggung rompi ada garis kuning melintang. Garis itu akan terlihat berpendar saat gelap. Wahyudi bilang, ‘Ini rompi untuk mengebedain Ulu dengan pohon.’ Hahahahaha
Setelah sarapan roti berlapis selai strawberry kita pun berangkat. Tas-tas dan jaket ditinggal. Dodi bilang biar panitia aja yang sibuk. Peserta downhill konsentrasi ke nyepedahnya aja. Tapi irma tetap bawa dompet, tissu, dan sapu tangan handuk dalam saku celana hijau selutut yang irma kenakan hari itu. Walau bagaimanapun juga, bawa selalu kartu identitas ke mana-mana. Sempat berpikir untuk bawa kamera. Tapi karena pasti di
irma dan Ulu duduk di depan, di sebelah Pak Omo yang nyupir mobil bak. Yang cowok-cowok pada di belakang bareng sepeda. Kita ke Bank Mandiri di jalan Siliwangi. Di sana ketemu dengan serombongan penyepedah. Satu orang di antara mereka gabung dengan kita. Belakangan irma tau namanya Mas Guntur. Jadi semuanya ada empat orang DarkCrosser yang mendampingi : Dodi, Mas Ichsan, Mas Guntur dan Mas Andi. Oh iya, Mas Andi ini tadi gabungnya di Galeri Padi waktu kita lagi milih-milih sepeda XC.
Mobil kembali ke Dago Atas. Sepanjang jalan kita ketemu banyak penyepedah pelan-pelan gowes mendaki. Ulu terkaget-kaget karena penyepedah yang kita lihat saat turun menuju Simpang, ternyata hanya dalam waktu singkat kita ketemu dia lagi di Terminal Dago. ’Cepet banget ya,’ komentar Ulu. He eh, iya. Nggak kayak irma yang dua minggu lalu nuntun sepeda di jalan Dago dalam perjalanan pulang setelah nyepedah nyusurin Citarum.
Kita ke Lembang melewati Dago Bengkok (yang ada PLTA nya itu lho). Sepanjang jalan pemandangannya asik banget. ‘Lucu ya,’ Ulu menunjuk pohon berbunga-bunga pink. He eh, iya. Sementara irma asik ngeliatin kuda. Banyak kuda dari arah berlawanan. irma perhatikan para penunggangnya berjalan kaki di samping kuda saat melewati turunan. Mungkin maksudnya biar nggak membebani si kuda ya. Biar kuda-kuda itu tetap segar saat ditunggangi anak-anak berkeliling Ganesha atau Taman Cilaki. Kan kuda-kuda itu kan sumber pencaharian mereka. Lagipula kan jalanannya turun.
Mendekati Lembang mulai tercium bau sapi. Memasuki portal suatu desa kita diminta membayar retribusi dua ribu rupiah. Itu retribusi yang dipungut desa setempat terhadap mobil-mobil yang melintas desa mereka dalam perjalanan ke Lembang atau Dago Bengkok. Mungkin maksudnya untuk biaya pemeliharaan jalan. Dua kali kita melewati portal yang harus bayar begitu. Hingga akhirnya kita keluar di Lembang.
Mobil menuju Cikole. Sebelum memasuki kawasan hutan lindung Tangkuban Parahu kita mampir dulu ke satu mini market.
Memasuki kawasan hutan lindung Tangkuban Parahu. Mobil jalan menanjak. Pohon pinus tegak berdiri di kiri kanan jalan. Di satu tempat bertanah lapang mobil berhenti. Dodi turun lalu memerintahkan kita semua untuk turun dari mobil. Semua, beserta sepeda yang sudah dipilih masing-masing.
Di tanah lapang itu Dodi menerangkan tentang sepeda XC dan teknik bersepeda gunung. Bagaimana ketinggian sadel optimum untuk gowes atau saat melalui
Usai kursus kilat bersepeda gunung Dodi memimpin pemanasan. Setelah itu kita dipersilakan bersepeda sekeliling tanah lapang tersebut. irma heran. Apakah ini yang disebut latihannya ? Kok gampang bener.
Oh ternyata bukan. Karena latihan yang sesungguhnya adalah di trek downhill. Berhubung jam sepuluh area trek tersebut akan digunakan acara perang-perangan jadi Dodi segera mengajak kita memasuki trek tersebut. Sebelumnya Mas Andi memimpin doa agar acara kita bersepeda hari itu berjalan lancar dan selamat.
Memasuki trek latihan downhill. Oh tidaaaaaakkkkk ................. langsung ketemu jalan ajrut-ajrutan plus turunan menikung ! irma yang paling takut jatuh otomatis menarik rem. Walhasil irma malah jatuh beneran. Mengingat-ingat ajaran Dodi saat kursus singkat tadi, ketika jatuh irma membiarkan tubuh irma jatuh berputar. Kepala irma tarik ke arah dada agar tidak membentur. Tidak perlu berusaha menahan tubuh dengan tangan karena justru itu akan membuat cedera. Yah irma kan bukan kucing yang selalu jatuh di atas keempat kakinya.
Trek baru dilalui lima meter tapi irma mungkin udah jatuh beberapa kali. Dapat dipastikan irma berada di urutan paling belakang. Karena sadar bahwa irma lambat dan menghambat perjalanan orang lain maka irma persilakan Mas Andi dan Mas Ichsan untuk jalan duluan biar mereka nggak kelamaan bengong menunggu irma lewat. Cuma Mas Andi yang menerima tawaran irma. Mas Ichsan tetap memilih gowes di belakang irma. ’Nggak apa-apa. Harus ada satu orang (panitia) yang tetap di belakang,’ katanya. Oh rupanya Mas Ichsan jadi sweeper.
Tiba-tiba rombongan terhenti.
Apa itu dislok ? Dislocation, atau dislock ? Nggak tau ejaan yang benar bagaimana, tapi yang dimaksud Dodi adalah lengan Ulu cedera tapi bukan patah tulang. Untuk menyembuhkannya harus diurut. Setelah berembuk dengan panitia lain akhirnya diputuskan Ulu akan segera dibawa ke tukang urut. Mas Guntur dan Pak Omo yang akan mengantarkannya. Kebetulan Mas Guntur juga pernah mengalami dislok dan dia tau harus ke tukang urut mana untuk menyembuhkannya.
’Ulu, kayaknya kamu nggak bisa terus deh,’ kata Dodi. ’Yaaaah,’ Ulu berkesah kecewa, ’padahal dah dibela-belain tadi malam nggak nonton Belanda.’ Ulu tuh ngefans sekali sama tim sepakbola Belanda. Malam sebelumnya Belanda tanding lawan Rusia dalam Euro 2008. Karena mau downhill begini maka Ulu nggak bisa begadang tuk menontonnya. Ya tapi gimana, masa mau lanjut nyepedah dengan satu lengan diikat ke badan ?? Ngedownhill pake dua tangan aja susah (untuk irma) apalagi satu tangan. ’Udahlah Lu, nanti saya bikinin trip khusus untuk Ulu,’ hibur Dodi. 'Untuk Ulu dan Guntur.'
’Ulu, bisa jalan ?’ tanya Dodi kemudian. Ulu mengangguk. Wajahnya meringis saat mencoba bangkit. Rupanya tiap kali badannya bergerak lengan kirinya berasa sakit. Ditemani Mas Ichsan Ulu pelan-pelan berjalan kaki ke tepi jalan. Sementara Mas Guntur kembali ke tanah lapang tempat tadi kita kursus kilat dan pemanasan untuk memanggil Pak Omo. Yang lain lanjut menyelesaikan trek latihan.
Kecelakaan yang menimpa Ulu membuat irma lebih berhati-hati. Ternyata susah bersepeda di trek ajrut-ajrutan begini. Beberapa kali irma putuskan untuk turun dari sepeda dan TTB (Tuntun Tuntun Bike). Setelah merasa medannya agak aman baru irma naik ke atas sepeda dan gowes lagi. Biar deh diledekin yang penting selamat. irma kan bersepeda kan untuk senang-senang bukan cari bencana.
Pffff ...... irma menghembuskan napas lega saat berhasil mencapai akhir trek latihan. Teman-teman yang lain sudah duluan sampai. Di
Dalam perjalanan ke kawah kita menjemput Ulu dan Mas Ichsan yang sudah menunggu di tepi jalan. Karena Ulu kesakitan tiap kali tangan kirinya tersentuh, irma putuskan untuk gabung dengan yang lain duduk di bak belakang. Biar Ulu duduk sendirian di samping Pak Omo. Itupun dia kesulitan untuk naik ke atas mobil. ’Pak, punten Pak tulungan,’ dengan lemah Ulu mengulurkan tangan kanannya meminta Pak Omo menariknya naik ke atas mobil.
Kabut menutupi pandangan saat kita menuju kawah. Makin ke atas kabut makin tebal. Bahkan saat di tepi kawah kita tidak bisa melihat ke dalamnya. Ramai orang bergerombol di
Rupanya kita akan berfoto di tepi kawah. Kita mengangkut-angkut sepeda hingga ke tepi kawah. Di sini kita bikin foto bareng. Ulu turut berfoto juga. Hebat deh, Ulu tetap senyum manis meski cedera begitu. Setelah foto bareng lalu kita masing-masing foto sendirian bareng sepeda. Waktu difoto irma sengaja menyamping untuk menunjukkan lumpur yang menempel di punggung lengan baju. Maksudnya untuk menunjukkan bekas-bekas jatuh. Saat itu irma belum menyadari memar-memar di paha yang merupakan bukti otentik jatuhnya irma berulang kali.
Usai foto kita berpisah dengan Ulu. Ulu akan berobat ke tukang urut spesialis dislok. ’Teh irma, Ulu delegasikan cerita downhill ini ke teh irma ya,’ meringis-ringis Ulu naik ke atas mobil. Duh Ulu, lagi kesakitan gitu tetap aja masih ingat tugas yang diemban dari kantor : nulis cerita kegiatan yang diadain Mahanagari. Ok deh Lu, nanti irma bikinin ceritanya. Tapi maaf aja mungkin agak lama baru bisa posting di blog. Abisnya irma kalau nulis cerita panjaaaaaaang kayak kereta angkutan babaranjang (batu bara rangkaian panjang) di Sumatra Selatan.
Lalu kita bersepeda menyusuri jalan aspal. Karena tadi waktu di trek latihan Wahyudi menilai sepeda irma kurang nyaman, jadi kita tukeran sepeda. Wahyudi pake sepeda irma yang nomor 7 itu, irma pake sepeda Wahyudi yang nomor 3. Jadi sesuai nomor helm yang irma pake dengan sepedanya. Tapi perasaan sepeda itu nggak jauh beda dengan sepeda yang semula irma naiki. Mungkin karena emang irma belum kenal dengan kedua sepeda tersebut. Belum terbiasa.
Sebenarnya medan yang kita lalui enak. Turunan. Tapi kabut tebal sekali dan dari bawah banyak kendaraan. irma agak ngeri abisnya sepeda ini nggak pake lampu baik depan maupun belakang. Rompi yang dipakai pun hanya punya garis kuning yang berpendar di bagian punggung. Dan jalan yang kita lalui berkelok-kelok. Bagaimana kendaraan dari bawah bisa tau ada penyepeda meluncur dari atas ? Jangan-jangan terlambat bagi mereka untuk menyadari kehadiran kita karena tiba-tiba saja kita muncul di hadapan mereka.
Makanya irma merasa legaaa sekali saat kita makin ke bawah karena kabut makin tipis. Lalu kita berhenti.
Ternyata trek yang akan kita lalui adalah trek kejuaraan nasional ! Ok yang namanya kejuaraan nasional tentunya trek ini jauuuuuuhh lebih susah daripada trek latihan tadi. Pantas sebelum memasuki trek Dodi mengingatkan, ’Hati-hati ya, ini trek yang sangat berbahaya.’ Whadugh, kebayang dalam benak irma bakalan jatuh-jatuh lagi. Ya sudahlah mau diapakan lagi. Memang harus dilalui. Kalau nggak bisa ya TTB aja. Nggak usah ngikutin yang lain nggowes apalagi berusaha mengikuti atlet nasional yang bisa menyelesaikan trek tersebut dalam waktu 2 menit 22 detik. Whuaaaaaa ...... yakin deh mereka terus nggelinding tanpa pake rem !
Seperti biasa irma ambil posisi paling belakang. Tau diri ajalah, kalau di tengah-tengah rombongan apalagi di depan irma bakalan menghambat yang lain. ’Kalau jatuh langsung minggir ya,’ Mas Andi mengingatkan agar jangan sampai terjadi tabrakan beruntun. Ugh, ternyata bukan di jalan tol aja bisa terjadi tabrakan beruntun. Di trek downhill juga bisa kejadian.
Dan ternyata, lagi-lagi trek diawali dengan turunan menikung, ajrut-ajrutan, dan ... panjang. Dapat dipastikan irma TTB saat melaluinya. Lagi nuntun begitu tiba-tiba terdengar seruan Mas Andi jauuuh di belakang, ’Awas ! Minggir ! Banyak sepeda lewat !’
Hah, apa nih ?? Oh ternyata serombongan downhiller memasuki trek tersebut. irma langsung menepi keluar dari trek. Nggak berapa lama kemudian, brug brug brug, satu, dua, tiga, empat orang downhiller melintasi trek dengan kencang. Mereka mengenakan sepeda khusus downhill dan helm full face seperti biasa dikenakan pengendara motor. Bahkan mereka mengenakan kacamata google juga.
Setelah rombongan downhiller tersebut sudah lewat semua baru irma lanjut lagi. Kalau dirasakan medannya aman maka irma akan nyepedah. Kalau nggak yakin, irma TTB. Satu waktu saat melalui turunan tiba-tiba di hadapan irma ada tikungan dengan pohon di pojoknya. Ups, irma terlambat belok. Lagi-lagi irma reflek mengerem. Sepeda berhenti nyangkut di badan pohon tapi irma terbang melayang melewati semak belukar. ’Huaaaaaaaaaa ......... !’ seru irma sebelum kemudian terjerembab ke dalam semak-semak. Yang terjadi kemudian persis seperti adegan di film-film kartun : irma jatuh masuk ke dalam semak-semak dengan posisi kedua kaki bergoyang-goyang mencuat ke atas. Mas Ichsan dan Mas Andi yang stand by di belakang irma ketawa. ’Hoiiii ... ada yang nyemplung !’ seru Mas Andi. irma bangkit dan memanjat kembali ke trek sambil nyengir. Hehehe, irma sendiri merasa kejadian tadi lucu sekali J
Mendekati akhir trek baru irma merasakan enaknya bersepeda di trek tanah. Mungkin juga karena medannya landai. Teman-teman lain yang sudah sampai di garis finish menyemangati irma untuk menyelesaikan trek. Dodi berteriak paling keras. Tentu maksudnya untuk memotivasi irma. Tapi irma bingung saat menjumpai satu undakan turun menjelang akhir trek. ’Mana nih, kiri atau kanan ?’ seru irma meminta saran. ’Yang mana aja !’ seru Dodi. ’Ayo !’
Sepertinya yang kiri lebih aman, pikir irma. irma pun ambil kiri. Whuaaaaaa ...... kok tiba-tiba di situ ada gundukan rumput ya ?? irma reflek ngerem dan ........ BUKKKKKKK !!! Jatuh lagi. Kepala irma membentur gundukan rumput. Sempat terasa agak kleyengan. Dodi tertawa menepuk bahu irma, ’Pake helm kan ? Nggak apa-apa tuh.’ Ok deh nggak pa-pa. Tapi kenapa di langit jadi banyak bintang kecil ya ? Padahal ini kan masih siang.
Rupanya garis finish berada di tanah lapang tempat tadi kita kursus singkat dan pemanasan. Di sana kita bertemu rombongan penyepedah yang akan memasuki trek latihan. Deni dan Abang Kiddie turut bergabung dengan mereka. Hebat deh Abang. Dia nggak ada takut-takutnya. Malah selalu dia yang paling dulu maju saat akan memasuki trek. irma yang was-was minta tolong Wahyudi untuk mendampinginya. Tapi Wahyudi juga nggak mau memasuki trek downhill lagi meski itu trek latihan. Untung ada Mas Andi. Dia nggak keberatan mendampingi Abang Kiddie. Oh ya, selain mereka bertiga ada satu lagi anggota rombongan kita yang memasuki trek latihan itu. Dia adalah Peter. Itu bule Polandia bergabung dengan kita di kawah Tangkuban Parahu. Dia baru datang ke
Sambil menunggu yang lain menyelesaikan trek latihan, irma, Wahyudi, Agung, dan Wahyu beristirahat. Dodi memperkenalkan kita dengan seorang temannya yang kebetulan lagi nyepedah di
Setelah Abang Kiddie, Deni, Peter, dan Mas Andi kembali beserta rombongan penyepedah tadi, kita kembali naik ke atas mobil bak terbuka. Kali ini kita menggunakan mobil rombongan tersebut. Mobil jalan mendaki lalu berhenti di awal trek kejuaraan nasional. Seorang pria berhelm full face turun dari kursi samping supir dan menghampiri irma yang mau turun dari bak mobil. ’Bisa turun ?’ tanyanya ramah. irma mengangguk lalu melompat turun. Belakangan baru irma sadari pria tadi adalah Hari Mukti. Mantan rocker yang kini lebih aktif berdakwah. Katanya sekarang dia udah nggak nyanyi lagi.
Kita foto bareng rombongannya Hari Mukti di tempat start trek downhill kejuaraan nasional. Rupanya istrinya Hari Mukti turut bersepeda juga. Terheran-heran irma melihatnya downhill dengan pakaian gamis. Bisa ya ? Hebat. Kalau irma pasti bakalan nyangkut-nyangkut. Lha pake celana selutut aja irma bisa nyangkut di semak-semak apalagi kalau pake baju panjang berkibar-kibar gitu.
Usai foto bareng kita pisah dengan rombongannya Hari Mukti. Mereka akan downhill menyusuri trek kejuaraan nasional. Kita dan sepeda kembali menaiki mobil bak terbuka yang mereka pinjamkan. Tujuan berikutnya adalah Jayagiri.
Tapi sebelumnya kita ngeteh-ngeteh dulu dan makan tahu goreng di warung langganannya DarkCrosser. irma senang sekali. Mudah-mudahan teh manis panas ini akan menghilangkan kleyengan akibat kepala terbentur menjelang finish downhill tadi. Agak khawatir juga sih, kalau geger otak gimana ? Dalam hati irma bertanya-tanya apa perlu nanti sore ke Tante Dokter Salmiati minta surat pengantar CT-scan ?
’Yuk, jalan lagi. Jangan kelamaan duduk nanti malah kram,’ Dodi mengingatkan kita untuk segera memasuki trek Jayagiri. Yang dipilih adalah trek Jayagiri 2 karena katanya trek yang satu lagi lebih berbahaya. Sebelum memasuki trek kembali Dodi mengingatkan, ’Ingat ya, yang tadi itu latihan. Yang ini, baru beneran.’ Glek L
Di awal trek kita harus menuntun sepeda karena jalurnya tidak memungkinkan untuk dilewati dengan bersepeda. ’Uh enak banget, mentang-mentang sepedanya ringan,’ komentar Dodi melihat Peter menggendong sepedanya di bahu. Hiks, iyaaaaa ...... sepedanya DarkCrosser ini berat banget. irma jadi kangen Mel yang lebih ringan. Tapi tega nggak ya irma bawa Mel ajrut-ajrutan begini ??
Akhirnya kita sampai di tempat nyepedah cross country. Dodi mengingatkan kita untuk meninggikan posisi sadel karena mulai dari situ kita akan nggowes. Setelah siap semua perjalanan pun dimulai. ‘Ingat ya, jangan duduk aja. Berdiri. Tumpuan di paha. Don’t trust your butt !! Ayo Bang, sama saya !’ Dodi mengajak Abang Kiddie untuk bersepeda di belakangnya. Karena irma dan Wahyudi selalu memanggilnya ‘Abang’ jadi yang lain pun memanggil Abang Kiddie seperti itu. Padahal semula saat memperkenal diri, dia bilang namanya adalah ‘
Awal perjalanan semua lancar. Beberapa kali kita menjumpai kubangan. irma masih bisa mengikuti yang lain dengan tetap bersepeda. Saat irma kecapekan Mas Ichsan memberi semangat. ’Ayo dikit lagi di depan ada tempat peristirahatan,’ katanya. Rupanya pitstop yang dimaksud adalah tanah lapang berbentuk segitiga di persimpangan jalan. Sesampainya di sana Dodi mengeluarkan perbekalan coklat, biskuit, dan permen untuk menambah tenaga.
’Itu tuh jalurnya DarkCrosser,’ Mas Ichsan menunjuk salah satu jalan di pertigaan tersebut. ’Waktu itu ada teman kita ban sepedanya bocor. Nggak ada yang bawa pompa, nggak ada yang bawa ban cadangan. Jadi kita nuntun sepeda sampai ke jalan raya. Makanya disebut DarkCrosser. Ksatria kemalaman,’ ceritanya. Oh jadi itu asal muasal nama DarkCrosser. Ngomong-ngomong, sekarang ada yang bawa pompa, ban cadangan, dan tool kit nggak ya ? Jadi ingat ajarannya Om Bayu Why dalam bukunya 'Bicycling for Fun' untuk selalu membawa piranti reparasi saat bersepeda cross country seperti ini.
Saat kita rehat, serombongan penyepedah datang. Tersenyum mereka menghampiri. Lalu kita bersalam-salaman dengan mereka. Itulah hebatnya sepeda. Ketemu di manapun, biarpun nggak kenal sesama penyepedah selalu berasa teman. Cyclist brotherhood. Setelah berbincang-bincang sejenak mereka melanjutkan perjalanan ke jalurnya Ksatria Kemalaman.
Berikutnya datang dua orang mendorong gerobak berisi ranting-ranting. Mereka berhenti di samping kita. Mas Andi menawari biskuit. Hanya satu orang yang mengambil. Seorang lagi menolak halus. Mereka tetap berdiri di samping gerobaknya. Berikutnya Mas Andi berseru, 'Ya ampuuun ... terang aja mereka berhenti abisnya jalur mereka ketutup sepeda kita !’
Rupanya mereka mau lewat. Tapi sepeda-sepeda kita tergeletak menutupi jalur yang akan mereka lalui. Tergopoh-gopoh kita memindahkan sepeda. Seraya berulang kali mengucapkan maaf. Tersenyum mereka menanggapinya. Lalu mereka kembali mendorong gerobaknya. Katanya mereka abis ngambil ranting dari hutan untuk kayu bakar.
Kita lanjut gowes lagi. Menyusuri jalan yang tadi dilalui para pengumpul ranting. Kita keluar di satu jalan tanah lebar. Kembali bertemu kabut. Eits, tapi kabut ini membuat pemandangan keren sekali. Halimun di antara pepohonan. Dodi mengajak kita foto bareng berlatarkan kabut dan pohon. Hasilnya, cakep banget !
Ternyata jalan tanah itu adalah jalur motor trail. Motor-motor itu meninggalkan alur dalam hingga kedalaman dua puluh senti. Ternyata malah susah bersepeda di alur-alur itu. Berulang kali irma nyaris jatuh karena menabrak pinggiran alur. Akhirnya irma putuskan bersepeda di atas rumput. Itu lebih mudah. Tapi rumputnya jadi rusak. Duh, maaf ya.
Selesai jalan tanah kita memasuki jalan berbatu-batu. Ouch, kebayang kalau jatuh di bebatuan begitu pasti sakit sekali. Kembali irma mencari-cari rumput di tepian yang bisa dilalui. irma jadi tau, lebih aman bersepeda di rumput atau tanah daripada di batu. Maksudnya kalau jatuh nggak terlalu nyakitin. Urutan prioritas pilihannya adalah : rumput, tanah, batu. Sama kalau lagi hiking. Batu itu lebih licin daripada tanah. Tapi tanah lebih licin daripada rumput. Kesimpulan : jalan di atas rumput aja. Eh tapi di rumput juga harus hati-hati karena banyak binatang sembunyi di sana.
Karena menerima telpon Dodi jadi harus berhenti. Kita semua disuruh lanjut. Mas Andi dan Mas Ichsan maju memimpin rombongan. Sekarang jadi irma yang paling belakang sendirian. Tapi kebetulan jalurnya aman-aman aja. Nggak berapa lama Dodi menyusul. Dia ketawa melihat
Kembali memasuki jalan tanah di dalam hutan. Kali ini medannya lebih sulit. Turunan, licin, menikung. Beberapa kali irma jatuh. Bukan cuma irma. Yang lain pun pada jatuh-jatuh. Sekali waktu Wahyudi jatuh ke sebelah kiri. Dan ternyata, di sebelah kiri itu adalah ...... jurang ! Untung ia sempat menyambar semak-semak dekat situ. Untung juga semak-semak itu bisa menahan berat badannya. Kalau nggak, dia bakalan nggelinding hingga ke dasar jurang L
’irma, kalau kamu jatuh, usahakan jatuhnya ke sebelah kanan ya,’ Wahyudi mengingatkan. irma mengangguk. Sekali waktu irma jatuh terpisah dari sepeda. Sepedanya jatuh ke kiri, irma jatuh ke kanan. ’Wah bagus ini. Benar-benar melaksanakan perintah. Sepedanya jatuh ke kiri, orangnya jatuh ke kanan,’ Mas Andi dan Mas Ichsan membahas jatuhnya irma. Bukan sekedar membahas, mereka juga menghitung berapa kali irma jatuh bangun sepanjang perjalanan. ’Empat belas,’ sempat irma dengar Mas Ichsan berkata saat irma jatuh. Konon menurut perhitungan Mas Ichsan, irma jatuh bangun sampai 22 kali sepanjang acara downhill dan cross country hari ini. Sementara Mas Andi beranalisis, ’Ketahuan deh, ini anak waktu kecilnya langsung berdiri dan jalan. Nggak pake merangkak dulu. Makanya sekarang jatuh-jatuh begini.’ Apaa coba hubungannya ??
Lalu tibalah di jalur yang menurut irma sangat berbahaya. Turunan curam, jalanan tanah licin, banyak pepohonan. Wah, nggak berani lewat deh. irma TTB melewati medan tersebut. Hingga ketemu trek yang agak landai tanpa pepohonan di tengah-tengah jalan.
Tapi mungkin irma udah terlalu capek. Beberapa kali irma terjatuh dari sepeda. Bahkan saat akan naik ke atas sepeda pun irma jatuh. Mas Andi dan Mas Ichsan memperhatikan dengan prihatin. ’Udah ah, aku mau istirahat dulu,’ kata irma setelah jatuh untuk kesekian kalinya hanya dalam jarak beberapa meter. Kebetulan saat itu sepedanya jatuh ke sebelah kanan, tertahan oleh tembok tanah. irma jatuh dengan punggung bersandar ke bottom tube nya frame dan crank arm.
Jadi posisi irma duduk dengan punggung rebah. Pandangan irma menerawang ke pucuk pohon pinus. Ngapain coba aku begini, kata irma dalam hati. Apa sih enaknya bersepeda kayak gini ? Nggak bisa photo-photo. Nggak bisa menikmati pemandangan. Perasaan dari tadi irma sibuk mencari jalur mana yang bisa dilalui dengan aman tanpa jatuh. Mungkin lain kali irma harus pertimbangkan masak-masak jika ditawari cross country lagi. Apalagi downhill.
Karena nggak enak dengan Mas Ichsan dan Mas Andi yang menunggu di belakang, irma putuskan untuk bangkit dan lanjut berjalan. Sebenarnya masih ingin lebih lama beristirahat. Tapi
Ternyata TTB itu lebih capek daripada nggowes. Lengan irma terasa letih menahan beban sepeda. Oh seandainya sepeda itu bisa disuruh menggelinding sendiri hingga ke bawah, biar irma temui ia nanti di akhir perjalananan. Tapi kan nggak mungkin ya. Dengan sedih irma lanjut menuntun sepeda.
Lalu datanglah Wahyudi. Lama menunggu irma nggak muncul jua, Wahyudi berjalan kaki kembali ke atas. ’Yudi, aku udah capek. Nggak kuat lagi,’ kata irma sedih. Wahyudi kemudian mengambil sepeda irma dan dinaikinya. irma lanjut berjalan.
Selanjutnya kita menyusuri trek dengan cara seperti ini :
1) Wahyudi meluncur duluan dengan sepedanya.
2) Berhenti di satu tempat.
3) Sepeda ditinggal.
4) Wahyudi jalan mendaki kembali ke tempat irma.
5) Wahyudi pake sepeda irma meluncur hingga ke tempat sepedanya ditinggal.
6) irma jalan kaki hingga ketemu Wahyudi dengan kedua sepeda.
7) kembali ke step nomor 1 dan berikutnya
Kesimpulan : Wahyudi menerapkan cara bersepeda cross country
Justru saat berjalan kaki dan menunggu Wahyudi datang irma baru bisa menikmati pemandangan sekitar. Oh ternyata indah sekali. Kalau gitu ngapain juga harus bersepeda cepat-cepat ? Hmm, mungkin irma bukan seperti penyepedah lainnya yang merasakan kenikmatan bersepeda dengan ngebut. Bagi irma, nikmatnya bersepeda adalah dengan menghayati alam sekitar. Menikmati pemandangan, mendengar suara-suara, memandangi dari dekat hal-hal menarik, dan bersyukur irma diberi kesempatan sampai ke sana. Kalau ngebut atau buru-buru melintas, apa yang mau dilihat ?? Meski tidak dipungkiri ada rasa senang dalam hati irma saat berhasil melewati rintangan dan tantangan.
Sekali waktu karena kelamaan menunggu Wahyudi uphill, irma lanjut berjalan. Sepeda ditinggal. Nggak berapa lama terdengar seruan Mas Andi, ’Hooooiiiiiii ................ ada sepeda !’ Huahahahahahaha, kaget kali dia tiba-tiba di tengah hutan ketemu sepeda tergeletak begitu saja. irma balas teriak, ’Biarin aja ! Nanti ada yang datang njemput !’
Lama-lama irma kasihan juga melihat Wahyudi bolak-balik downhill uphill begitu. Jadi sepeda irma tuntun sendiri. Duh, badan irma dah lemes banget. Karena kasihan Mas Ichsan berbaik hati membawakannya. Gimana caranya ? Ternyata sepeda irma dan sepedanya ia tuntun di kiri dan kanan. Whuah, kuat sekali. Hingga akhirnya kita sampai di jalan tanah yang landai. ’Nah, dari sini datar aja kok,’ Mas Ichsan mengangsurkan sepeda irma. He eh, makasih banyak ya. irma lalu naik ke atas sepeda dan gowes lagi.
Pffffff ................. lega sekali irma saat menemui jalan perkampungan. Lebih lega lagi saat melihat pintu gerbang di kejauhan. Akhirnya sampai finish juga. Dan ternyata di
’Yuk, jalan lagi !’ seru Dodi. Ih sebel ! irma kan baru nyampe. Belum juga tarik napas L Yang lain ketawa mendengar protes irma. Tapi apa mau dikata. Kita diburu waktu. Kalau nggak gitu bakalan malam baru balik ke Bandung. Ya sudahlah gowes lagi. Toh sekarang gowesnya di jalanan beraspal. Tempat biasa irma bersepeda.
Tapi ternyata sepeda full sus nggak gitu enak dipake buat nyepedah di jalan aspal. Nggak bisa ngebut. Dan lagi aneh rasanya badan mentul-mentul begitu sewaktu nggenjot pedal. Jadi ingat lagunya Enno Lerian waktu dia kecil dulu. ajrut-ajrutan, ah, ah, jalannya delman, kuda di depan ajrut-ajrutan ……
Tujuan kita sekarang adalah makan siang di Ayam Brebes. Huehehehehehe ...... tempatnya di Lembang tapi kok ya ayamnya dari Brebes ?? Ada dua pilihan : ayam goreng atau ayam bakar. irma dan Wahyudi pilih ayam bakar. Abang Kiddie pun pengen ayam bakar. Tapi karena Dodi kasih tau ayam bakarnya tuh pedes, jadi akhirnya Abang Kiddie ganti pesan ayam goreng. Selain itu kita juga pesan tahu dan
‘Ma, biasanya kalau ngadain acara beginian, mobil tuh nunggu di sini,’ kata Dodi setelah makan. ‘Jadi kalau ada yang nggak kuat bisa balik ke Bandung pake mobil. Tapi berhubung tadi mobilnya udah dipake nganter Ulu dan Guntur ke tukang urut, ya jadi Pak Omo nggak balik lagi. Jadi, kesimpulannya kamu harus ngaboseh sampai ke Dago. Nggak apa-apa ya.’
Huaaaaaaaaaaaaaaa ............... masih harus lanjut gowes lagi ! Ya udahlah, jalanin aja. Kan rame-rame ini. Dan seperti yang Dodi janjikan, ’Nggak bakalan ditinggal kok Ma. Santai aja.’ Lagipula kayaknya kurang asik ah kalau pulang naik mobil. Kayaknya kurang berasa (capek) perjuangannya gitu ...
Jadi setelah makan kita lanjut gowes lagi. Perjalanan pulang ke Dago melalui Punclut. Eh sebenarnya Punclut atau Puncrut sih ?? Perasaan dulu waktu kecil irma dengar orang-orang bilangnya Puncrut. Kenapa sekarang jadi Punclut ya ??
Dalam perjalanan menuju Punclut kita singgah di rumah yang jual es mambo. Aneka rasa es nya. Pengen yang kacang ijo. Ternyata nggak ada. Sempat berpikir untuk pilih yang strawberry. Tapi lihat Dodi makan yang rasa alpukat, kok kayaknya enak ya. Jadi irma pun pilih yang rasa alpukat. Yummmm ........ enak sekali. Duduk di teras depan rumah penjual es, irma menjilat-jilat es mambo. Abang Kiddie datang menyusul. Es mambonya rasa strawberry. Kebetulan. Bang, icip dong es nya ......
Habis sudah es mambonya. Ayooooo ...... gowes lagi ! Semangat ! Semangat ! Semangat ! Tapi tak urung di tanjakan irma TTB juga. Meski Dodi udah ajarin pake FD gigi 1 dan RD gigi 1, tetap aja irma nggak bisa melalui tanjakan dengan tetap gowes di atas sepeda. Dan ternyata nggak cuma irma aja kok. Wahyudi juga. Di pertengahan tanjakan kita rehat sejenak. Duduk selonjoran kaki memandang kebun kubis. Sementara di atas Gustar menunggu.
Sekali waktu saat berjuang gowes di tanjakan, Dodi berlari-lari menghampiri. ’Stop ! Stop ! Stop ! Sebelum kamu pingsan !’ serunya. irma memperhatikan dengan kening berkerut. Apa nih maksudnya ? Kemudian Dodi mengambil alih sepeda yang irma pake. ’Nih Ma, santai aja gowesnya. Nggak usah sekuat tenaga. Santai aja kayak orang jalan kaki,’ Dodi menunjukkan cara gowes di tanjakan dengan benar. ’Tapi ini kamu setting sadelnya kependekan.’ Yaaaaa ...... gimana, abisnya irma suka panik kalau saat berhenti kakinya nggak menjejak tanah L
Akhirnya habis juga itu tanjakan. Ternyata kemudian kita ketemu turunan. Nggak tanggung-tanggung, turunannya panjaaaaaaaaaaang sekali. Agak berliku-liku memang. Tapi terus-menerus turun. Kata Mas Ichsan sampai finish di tanah lapang. ’Pelan-pelan ya, jangan lupa ngerem. Turunannya cukup curam,’ ia mengingatkan. Kebalikannya downhill nih. Waktu downhill tadi justru kita jangan keseringan ngerem. Nggelinding aja ikutin ke mana sepeda akan menuju (tapi perasaan sepeda irma kok cenderung ke sebelah kanan mulu ya ??). Sekarang kita harus rajin ngerem.
Hih, lama-lama sakit juga telapak tangan mencengkram rem. Beberapa kali irma dan Abang Kiddie berhenti untuk menggosok-gosok kedua telapak tangan. ’Sakit ya Bang ?’ tanya irma. ’Iya,’ Abang Kiddie menunjukkan telapak tangannya yang memerah. Selama perjalanan ini baru sekarang irma dengar Abang Kiddie mengeluh.
irma tanya ke Abang Kiddie, mending mana : tanjakan atau turunan ? ’Mending tanjakan,’ jawab Bang Kiddie. Dalam hati irma membenarkan. Kalau di tanjakan, kan paling TTB aja kalau nggak kuat. Kalau turunan, bisa jatuh gedubrakan. Apalagi kalau jatuhnya di batu-batu. Dalam hati irma mengomel pada diri sendiri. Gimana sih, si irma kok mengeluh mulu ?? Tadi saat menyusuri turunan di trek tanah, takut jatuh. Sekarang di turunan jalan aspal, bilang tangannya sakit. Maunya irma apa sih ??
Gustar mengajari cara ngerem yang benar di tanjakan. Ternyata justru yang lebih utama adalah rem depan. Padahal selama ini irma berpikir rem depan akan bikin pengendara sepeda jatuh jungkir balik. Makanya selama ini irma kalau ngerem yang belakang dulu, baru kemudian yang depan. ’Rem belakang baru dipake kalau sepedanya nggak mau berhenti juga,’ papar Gustar. Oh gitu.
Akhirnya ketemu turunan yang landai juga. irma senang sekali. Baru deh bisa lihat kiri lihat kanan. ’Eh kita di mana ya ?’ irma celingak celinguk perhatikan sekitar. ’Di Singapore,’ jawab Gustar. Singapore ? ’Iya. Itu Sekolah Internasional Singapore,’ Gustar menunjuk gedung di samping kanan. Oh, pantas jalan di depannya bagus, hehehe.
Jalanan masih terus turun melandai. Tiba-tiba Gustar bertanya kepada irma, ’Ma, semangat kamu udah kembali belum ?’ Haa, maksudnya apa nih ? ’Kalau semangat kamu udah balik, tuuuh kita akan lewatin tanjakan ituuu,’ Gustar menunjuk tanjakan curam memanjang jauh di depan. Whuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa .................. irma langsung buru-buru ngelos rem biar nggelongsor hingga ke akhir turunan dan memanfaatkan energi kinetik untuk menaiki tanjakan !
Ternyata kita nggak sampai mendaki seluruh tanjakan itu. Hanya sebagian aja. Itupun irma udah ngosh-ngoshan banget. ‘Ayo Ma, ayo Ma, kamu bisa !’ Dodi kembali berlari-lari menghampiri irma. Lalu dia mendorong irma dari belakang. Masih tetap sambil berlari-lari. Hingga akhirnya kita berhenti di depan satu gang. Teman-teman lain sudah menunggu di sana.
Selanjutnya kita menyusuri gang tersebut. Jalannya diplester semen. Melewati pemukiman. Jalannya enak banget. Nggak terlalu nanjak, nggak terlalu turun. Seperti waktu bareng KPS menyusuri tepian sungai Citarum. Senang sekali irma bersepeda di sana. Apalagi saat kita tiba di kali kecil di ujung gang. irma kenal sekali daerah itu. Ujungnya Dago Pojok.
’Tante, dulu kan kita pernah ke sini sama Om dan Tante,’ Abang Kiddie menjejeri sepeda irma. He eh, iya. Waktu pertama kali Wahyudi ke rumah Mama hampir lima tahun yang lalu. Ketika itu Abang Kiddie dan Adek Diella mengajak irma dan Wahyudi jalan-jalan ke sungai. Ingat banget saat itu karena takut Adek Diella bilang, ’Tante, jalan ke situ syerem abizzzzzzz ......... !’ Hahahahaha.
irma menunjukkan kepada Wahyudi warungnya Mama di Dago Pojok dulu. Duluuuuuu sekali waktu irma kelas 1 SMA. Sekarang warung itu jadi tempat jualan baso. Lalu saat melewati jalan tembus ke Bukit Dago Selatan irma menunjuk jalan itu dan berkata kepada Gustar, ’Rumah orang tua saya ke sana.’ Komentar Gustar, ’Oh dekat sekali.’ Iya, dekat dari meeting point Galeri Padi. Kalau dari Lembang ya jauh lah.
Di jalan Dago Pojok kita berbelok masuk gang di sebelah kanan. Melewati SMP 35, memasuki gang sempit banget yang hanya bisa dilalui satu orang, akhirnya kita sampai di bagian belakang Galeri Padi di jalan Dago Barat. Tepat pukul lima sore kita memasuki pekarangannya. Pfffff ....... akhirnya sampai juga. Sepeda-sepeda langsung diparkir di halaman. Dodi meminta sepeda dijungkirbalikkan. Berikutnya ia mengeluarkan pompa semprot. CURRRRRRRRRR ................. air memancur dengan kecepatan tinggi membersihkan lumpur dan kotoran yang menempel di sepeda.
irma terduduk di pelataran semen. Memperhatikan Dodi membersihkan sepeda-sepeda DarkCrosser. Kecuali sepedanya. ’Kalau yang itu bisa berjam-jam saya ngebersihinnya,’ dia bilang. Ya kadang kita rela berjam-jam menghabiskan waktu bersama kesayangan. Seperti mencuci sepeda.
irma baru ngeh ternyata Mas Ichsan sudah nggak bersama kita. Rupanya di jalan tadi ia memisahkan diri langsung pulang. Begitu kita sampai di Galeri Padi pun Mas Andi langsung pamit pulang. ’Eh Mio nya kok nggak ada lagi ?’ seru irma saat melihat ransel di punggungnya. Tadi pagi waktu berkenalan dengannya irma melihat pin gambar kucing Mio – tokoh dalam buku anak-anak terbitan Mizan – di ransel tersebut. Rupanya si kucing Mio adalah tokoh ciptaannya Mas Andi. irma perhatikan tampang Mio itu mirip Mas Andi ya, hehehehehe.
‘Hilang. Waktu jatuh tadi,’ jawab Mas Andi. Hehehehe, siapa bilang yang udah biasa downhill dan cross country seperti Mas Andi nggak pernah jatuh ? Tadi beberapa kali Mas Andi jatuh saat di trek downhill kejuaraan nasional. Sempat difoto juga oleh Dodi. Rupanya saat jatuh begitu (pin) si kucing Mio pun turut jatuh. Yah, tau gitu kan tadi pin nya irma minta aja. Sejak dulu irma adalah penggemar kucing Mio.
Karena Wahyudi ingin mencoba pakai pompa semprot juga jadi Dodi memberikan pompa tersebut kepada Wahyudi. Lalu Dodi duduk di samping irma. Dia baru tau kalau ternyata irma dan dia saling bertetangga di Bukit Dago Selatan. Kalau seandainya Abang Kiddie nggak bilang kepadanya, mungkin dia nggak akan pernah tau. Lalu Dodi bercerita tentang sepeda-sepeda yang tadi kita pake downhill dan XC. Cerita bagaimana dulu memilih komponen saat merakitnya dua tahun yang lalu. Bukan sekedar harga tapi yang utama mutu dan kekuatan. Dengan komponen terpilih sepeda-sepeda hitam DarkCrosser itu masih awet sampai sekarang. Padahal udah lebih dari 20 kali dipakai downhill dan XC. Hebat.
Sepeda yang tadi dipake Dodi lain lagi. Dodi persilakan Wahyudi mencobanya. ‘Beda banget
Gustar pamit pulang. Dia dititipi membawa tasnya Ulu yang tadi ditinggal di Galeri Padi saat kita berangkat. Kita semua menitip salam untuk Ulu. Ulu udah di rumah. Udah selesai diurutnya. Mudah-mudahan segera lekas pulih kembali. Meski mungkin untuk beberapa waktu Ulu belum bisa nyepedah dulu. Keesokan harinya baru irma tau ternyata bukan cuma sekedar dislok, tapi pergelangan tangan kiri Ulu pun patah. Jadi harus dioperasi pemasangan pen. Hiks L
Hari menjelang Maghrib. irma, Wahyudi dan Abang Kiddie pamit pulang. ’Ma, jangan kapok ya,’ seru Dodi saat kita berjalan meninggalkan Galeri Padi. irma nyengir. Kapok nyepedah sih nggak. Karena irma memang suka nyepedah. Sampai kapan pun selama kondisinya memungkinkan dan irma mampu, irma akan tetap nyepedah. Tapi kalau medannya seperti tadi .............
akhirnya kapok yah? hehehe
ReplyDeletebaca dulu dong sampai akhir, baru ambil kesimpulan :D
ReplyDeletepanjang bgt, Ma.. ntar aja di rumah ya bacanya :D
ReplyDeleteyah dhani, kayak nggak kenal irma aja :((
ReplyDeleteASIK!!
ReplyDeleteteh, beberaa bagian yg pribadi teh irma bgt boleh diedit gak? hehehehe
btw, ada kaos gratis buat teh irma dari Mahanagari hehehe tengkyuw, teh
justru karna kenal Irma :D
ReplyDeletewkt itu smp bela2in baca blog irma yg panjang di layar HP.. hihihi
apalagi wkt itu msh pake theme yg pink, dan font biru.. :P
ntar ya, maaa..
buat posting di blognya Mahanagari ya ?? boleeeeeeeeeehhhhhh ......... asalkan tahan aja baca tulisan irma yang panjang kayak kereta api, hehehehehe. Eh beneran nih aku dapat kaos ?? asik, asik, jadi makin semangat untuk terus menulis :D
ReplyDeletedhani, semoga cerita ini bisa mengisi weekend mu. jangan nginceng dari balik lensa aja ya :D
keren keren..
ReplyDeletebayar berapa ma?
abang kiddie kuat ya, apa komen dia
'Aku pengen nyepedah lagi,' gitu dia bilang. libur sekolah gini tiap hari dia main sepeda, sambil nunggu pengumuman masuk SMP. kayaknya nanti dia bakalan Bike to School :D
ReplyDeleteuntuk acara downhill dan XC ini biayanya 250 ribu per orang.
seperti biasa Ir, tak print dulu - buat dibaca dirumah... thanks ya...
ReplyDeleteok ma oen, have a nice weekend ya :D
ReplyDeleteJatuh adalah bagian dari nyepeda. Seorang yang sudah mahir ataupun profesional, pasti akan akan mengalami jatuh jg. Terbukti kan di trek downhill ini?
ReplyDeletetapi jatuh bisa terkendalikan?
ReplyDelete