‘Oh gitu. aku ingin lihat Museum Sri Baduga. Sempat nggak ya ?’
Itu balasannya Wahyudi waktu irma sms kasih tau tanggal 14 September 2008 irma akan ke
Lalu hari Sabtu tanggal 13 September kita janjian ketemu di Stasiun Gambir sekitar jam berbuka puasa. Hari itu Wahyudi masuk kerja jadi kita langsung ketemu di
Sampai Bandung menjelang jam sepuluh malam. Sampai rumah Mama sekitar jam sebelas. Sama seperti dua minggu lalu saat ke Bandung menjelang Ramadhan , Wahyudi pun tidur di ruang tengah depan tivi. ‘Bang, tidur sini Bang. Temenin,’ pintanya pada Abang Kiddie. Dengan senang Abang Kiddie keluarkan selimut dan bantalnya dari kamar. Lalu berdua mereka nggeletak di atas kasur tipis di atas lantai sementara irma tiduran di kursi panjang tempat biasa kita duduk-duduk nonton tivi. irma juga tidur di ruang tengah abisnya kamar depan dingiiiiinn sekali.
Jam tiga dibangunin sahur. Karena semalam Wahyudi minta irma bikinin kopi hitam untuknya, maka waktu sahur pun Mama buatkan kopi hitam untuknya. Eh ternyata kalau baru bangun tidur gitu perutnya Wahyudi belum kuat untuk minum kopi. Sama seperti irma, Wahyudi pun biasa ngopi setelah makan siang. Nikmaaaatt. Akhirnya kopi hitamnya diminum Mama. Hehehe, Mama jadi alasan untuk minum kopi. Kalau ketahuan Teteh pasti beliau dimarahin. Teteh emang paling nggak suka orang lain minum kopi. Padahal Mama bilang dokter jantungnya aja nggak ngelarang Mama ngopi.
Abis sholat Subuh kita tidur lagi. Wahyudi pindah ke kamar depan, irma pindah ke kursi panjang di ruang tamu. Abang Kiddie tetap di depan tivi ruang tengah. Menjelang jam sembilan pagi irma bangun. Wahyudi duduk membaca koran di kursi samping irma. ‘Udah mandi ?’ tanya irma. ‘Belum. irma duluan deh,’ pandangannya tak beranjak dari koran di tangan. irma bergegas ke kamar mandi. Selesai irma lalu Wahyudi yang mandi. Terus Abang Kiddie. Jam sepuluh kita berempat siap berangkat. irma, Wahyudi, Abang Kiddie, dan Adek Diella.
Kita jalan kaki sampai depan komplek. Terus naik angkot putih yang ke Riung Bandung. Turun di jalan Dipati Ukur depan kampus Unpad. Dari sana naik bis Damri jurusan Dago – Leuwipanjang. Karena bis udah agak penuh jadi kita duduk berpencar. Tapi tetap berdekatan. irma sama Adek Diella di sisi kiri, Abang Kiddie di seberang irma, Wahyudi di depan Abang Kiddie. Nggak berapa lama bis pun berangkat.
Seorang pengamen bernyanyi di tengah-tengah gang antara barisan kursi kiri dan kanan. Tampang serem kayak abis mabok. Tapi suara seraknya pas banget nyanyiin lagu God Bless. Sopan ia ucapkan terima kasih saat kita masukkan sekeping uang logam ke dalam kantung kertas yang ia sodorkan. So don’t judge the book by its cover, kata orang bijak.
Baru jalan beberapa meter semua kursi bis udah terisi penuh. Tapi ternyata bis ini punya kursi cadangan. Dari bangku paling luar sisi kiri – seperti yang irma duduki – kondektur menarik bangku kecil terbuat dari kayu. Jadi beberapa penumpang yang nggak kebagian kursi masih bisa duduk. Bagus sekali. Baru kali itu irma lihat ide seperti itu. Coba kalau kita naik bis-bis di Jakarta. Kondekturnya malah menyuruh penumpang berdiri desak-desakan beradu punggung. Bahkan kadang kaki ini pun tidak dapat lahan untuk menapak.
Memasuki Otista jalan sangatlah padat. Kondektur serukan yang akan ke Pasar Baru agar segera turun, karena mungkin di depan Pasar Baru nanti bis tidak bisa berhenti. Bis berjalan pelan, merayap di antara mobil-mobil yang mencari celah di antara parkir mobil-motor. Ramai sekali orang berbelanja. Jadi ya lebaran ? Kiranya bukan sekitar Pasar Baru aja yang rame. Menuju Alun-alun, Kepatihan, pun padat. Kondektur bis berseru, ‘Pak, Bu, hati-hati dompetnya, handphonenya. Awas copet !’
Sepanjang jalan itu beberapa kali pengamen naik ke dalam bis silih berganti. Tapi irma paling suka dengan dua orang pengamen yang terakhir. Sepertinya mereka sebaya dengan Abang Kiddie. Satu mainkan gitar, satu lagi mainkan drum kecil. Mereka nyanyikan satu lagu yang ngetop sekali saat Ramadhan tahun lalu. … Andai ku tau, akan tiba ajalku, ku akan memohon Tuhan tolong panjangkan umurku … irma suka lagu itu. Tapi ternyata irma dan Adek Diella beda punya pendapat. Kalau irma bilang lagunya enak, kalau Adek Diella bilang, ’Tante, itu pengamen yang mainin drum deket Tante cakep juga ya tampangnya.’ Halaaah, ni anak kecil-kecil tapi matanya jelalatan lihat barang bagus !
Turun di depan Lapangan Tegallega. Lalu kita berjalan ke Museum Sri Baduga di seberangnya. Kali ini irma nggak lupa untuk beli tiket di pos satpam. Ya nggak mungkin lupa karena selain pernah punya pengalaman yang memalukan kehilangan muka di hadapan Sri Baduga , juga karena sekarang posisi loket tiketnya menghadap ke kedua pintu gerbang. Jadi lewat manapun pasti akan terlihat tulisannya, ’Loket Tiket’.
Petugas keamanan yang jaga di
‘Ya Abang kan dihitungnya dewasa,’ irma menunjuk Abang Kiddie yang datang belakangan bareng Wahyudi. ’Iiihh ... Abang kan masih anak-anak !’ protes Adek Diella. ’Haaa ... siapa juga yang percaya dia masih anak-anak ? Lha bongsor gitu !’ ujar irma. Petugas keamanan yang tadi jual tiket ketawa. Tentu ia tidak menyangka Abang Kiddie yang udah lebih tinggi daripada Wahyudi itu usianya baru 12 tahun.
Di lobby museum kita disambut oleh seorang ibu dan dua orang mbak-mbak dari balik meja resepsionis. ‘Udah beli tiket ?’ tanya satu dari mbak-mbak tersebut. irma tunjukkan keempat tiket masuk museum. Ia lalu menyobeknya. Berikutnya ia pinta irma mengisi buku tamu. Tapi irma menyuruh Abang Kiddie yang nulis. Abang lalu menulis namanya dan nama sekolahnya. Tiba di baris ‘Tujuan berkunjung’, Abang Kiddie menoleh irma, ‘Ini diisi apa Tante ?’ Ya terserah. Mbak-mbak di meja resepsionis berusaha membantu, ’Tujuannya ke sini ngapain ? Tugas, dari sekolah, jalan-jalan, atau apa.’ irma pun nyeletuk, ‘Kamu tulis ngabuburit nunggu buka puasa juga boleh.’ Mbak-mbak tadi ketawa. Akhirnya Abang Kiddie menulis, ’Rekreasi.’ Anak pintar.
Ternyata, lantai dua sedang direnovasi. Jadi cuma sebagian koleksi museum yang bisa kita lihat. Pertama kita lihat-lihat yang di lantai dasar. Lihat diorama hewan-hewan khas Jawa Barat. Kita mencari-cari burung hantu. Namanya juga hantu ya, makanya dia nyumput di pojok belakang. irma ketawa lihat kodok gede yang lagi nyengir. Kalau udah dikeringin gitu sih, lucu. Tapi kalau ketemu yang aslinya yakin deh irma bakalan meloncat jauh-jauh menghindari. Kodoknya besar sekali. Lebih besar daripada telapak tangan irma. Ngeliat kodok itu irma jadi ingat satu lagu dolanan bocah, ’...kodok ngorek, kodok ngorek, teot teot teblung ...’ Kata ibunya Wahyudi, waktu kecil Wahyudi suka sekali nyanyi lagu itu. Sekarang kalau diingetin, Wahyudi suka nyengir-nyengir malu.
Lihat diorama kubur batu dan tempayan kubur. Juga papan penjelasan buatan Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) tentang Pasir Pawon, Gua Pawon dan penemuan fosil Manusia Pawon. ’Om udah pernah ke sini Bang,’ cerita Wahyudi kepada Abang Kiddie. ’Oh, mau dong ke sana juga,’ komentar Abang Kiddie. Hmm, kapan ya Mahanagari ngadain lagi jalan-jalan ke Pasir Pawon dan Gua Pawon ??
Naik ke lantai dua. Mungkin karena sedang renovasi jadi suasananya suram dan berdebu. Adek Diella memegang tangan irma erat-erat. 'Tante, serem yah orang-orang itu seperti beneran,' ia menunjuk patung-patung diorama. He eh, iya. Kalau cuma sendirian juga mungkin tante takut. Kita melihat-lihat diorama pandai mas, gangsa, pengrajin gerabah, penganyam, dan membatik. Adek Diella terheran-heran waktu irma kasih tau penganyam itu membuat anyaman dengan ... TUSTEL ! ’Tante, tustel itu bukannya kamera, buat motret ?’ tangannya meniru gerakan menekan shutter. He eh, iya. Pertama kali baca penjelasan diorama penganyam ini irma juga terheran-heran tau kalau tustel itu ternyata nama alat untuk menganyam semacam ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)
Tapi, baju pengantin leluhur Sumedang yang dulu nggak ada waktu irma ke sini sekarang udah ada lagi. Dulu baju itu dipakai oleh keluarga Bupati Sumedang. Model bajunya meniru Prabu Niskala Wastukencana ketika dinobatkan menjadi raja Galuh. Di sebelahnya adalah baju pengantin Cirebon pesisir yang dipakai di daerah Bungko, Astanajapura, Losari, dan Mayung. Baju pengantin yang laki-laki sepertinya mendapat pengaruh dari Arab. ’Belum pernah lihat pengantin Cirebon pake baju pengantin gini,’ komentar Wahyudi. Iya, sama. Lebih sering lihat busana pengantin Cirebon Keprabonan, yang dulunya dipakai putra-putri keturunan langsung Sultan Cirebon VII.
Koleksi lainnya di lantai dua yang bisa kita lihat adalah lukisan karya Barli Sasmitawinata, lukisan kaca khas Cirebon, wayang kulit, perangkat gamelan, replika kereta Paksi Naga Liman dari Cirebon, uang kuno, dan interior rumah bangsawan Jawa Barat di awal abad ke 20. Dan tentu saja kesukaan irma, DAPUR SUNDA !
Sama seperti waktu pertama kali ke museum ini, irma juga berdiri lama-lama mengagumi dapur sunda. ’Kok, baunya juga bau dapur sih ?’ hidung Wahyudi mengendus-endus, ’Mirip bener.’ Haa, masa’ sih ?? ’Iya. Ah, jadi ingat dapurnya mbah. Kayak gini juga,’ kata Wahyudi lagi. Tapi mbah nya Wahyudi kan di Sragen, Jawa Tengah. Di sana juga pake hawu (tungku), parako (kayu alas tungku), paraseuneu (tempat menyimpan hasil bumi, digantung di atas hawu), dan goah (ruang menyimpan padaringan, tempat beras) ??
Puas lihat-lihat kita pun turun. Sebenarnya irma dan Wahyudi masih asik memotret-motret tapi Abang Kiddie udah bosan. Adek Diella juga merengek-rengek minta pulang. Tapi sebelum pulang kita ke bagian samping museum dulu, memotret replika delman dan pedati, dan replika prasasti-prasasti kerajaan Tarumangara yang ditemukan di Jawa Barat seperti prasasti Ciaruteun dengan jejak kaki Purnawarman dan prasasti Kebun Kopi yang ada telapak gajahnya.
Keluar dari pelataran museum Sri Baduga kita jalan kaki ke jalan Mohamad Toha untuk naik angkot ke Kebon Kalapa. irma jalan berdampingan sama Abang Kiddie. Mengobrol.
irma : ‘Bang, di sekolah paling suka pelajaran apa ?’
Kiddie : ‘Nggg … suka semuanya.’
irma : ‘Bukan, pelajaran yang paliiiiiiiiiiing disuka. Yang selalu ditunggu-tunggu.’
Kiddie : ‘Nggg … komputer.’
irma : ‘Komputer ? Bukannya komputer itu ekstrakurikuler ?’
Kiddie : ‘Ada pelajarannya juga.’
irma : ‘Belajar apa ?’
Kiddie : ‘Ah, sekarang sih masih yang cupu-cupu gitu.’
irma : ‘Cupu ?’
Kiddie : ‘Iya, kayak belajar bikin alamat e-mail.’
GEDUBRAKKKK. Pantes seminggu sekali waktu jam pelajaran sekolah si Abang selalu online. Rupanya dia manfaatin waktu pelajaran komputer buat posting ke multiply. Ya kemampuan dia bukan lagi sekedar bikin alamat e-mail tapi udah blogging.
Ugh, terminal Kebon Kalapa padet bangettt ! Kita naik angkot Dago. Turun di persimpangan Dago – Merdeka. Lalu jalan kaki ke Gramedia. Kalau bawa anak dua itu, akhirnya selalu ke toko buku. Kalau ada buku yang menarik mereka suka minta beliin. Baguslah, kalau buku sih irma masih mau beliin. Tapi kalau game, pikir-pikir dulu lah.
Jam tiga seperempat kita meninggalkan Gramedia. Naik angkot ke Dago lagi. Turun di Bukit Dago Utara. Trus jalan kaki ke rumah Mama. Menjelang Dago Tea House yang sekarang jadi Taman Budaya Jawa Barat, tampak seseorang berkaos merah jalan kaki. ’Hei, itu ibu !’ seru irma. Maksudnya Ibu Isna, ibunya Abang Kiddie dan Adek Diella. Kedua anak itu langsung lari menyambut ibunya.
Rupanya Ibu Isna mau ke Cimahi ngurusin kerjaannya. Dia pake kaos plesiran tangan panjang yang irma kasih semalam. Sebenarnya itu kaos di dia ngepas banget tapi dia pede aja makenya. Hihihihihi, lucu ngeliat Bu Isna jalan tadi. ’Kayak penguin ya ?’ Bu Isna pun tertawa. Ummm … sebenarnya sih yang bikin lucu karena perutnya yang jalan duluan.
Bu Isna pergi, kita lanjut pulang. Pas jam empat sampai rumah Mama. Wahyudi langsung nggeletak di kursi panjang. Sesaat kemudian terdengar dengkurannya. Hiii ... capek banget ya Di ? Jam lima kurang seperempat irma bangunkan untuk siap-siap ke stasiun. Wahyudi balik ke Jakarta sore ini. Sedangkan irma besok seusai audit. Setengah jam kemudian kita berangkat pake angkot Dago – St. Hall.
Adzan Maghrib berkumandang ketika kita melintas depan Bank
irma sholat Maghrib di mushola stasiun. Abis gitu ke bank Lippo di persimpangan Aceh – Merdeka untuk bayar tagihan. Keluar stasiun, memandang langit, hei bulan penuh bersinar. Cantik sekali. irma berjalan kaki mengikuti cahaya perak bulan purnama malam ke-14. It’s full moon. No wonder I feel so romantic tonight. And today.
walking home alone
following bright shine of full moon above my head
I don’t feel lonely ‘cause I have you in my mind
Beres urusan bayar-bayar di ATM, irma naik angkot ke Dago. Turun di Pasar Simpang untuk beli martabak Kubang untuk Mama. inilah jajanan kesukaan Mama. irma selalu bingung kalau mau beliin makanan untuk Mama. Mama nggak suka makanan anak-anak sekarang macam pizza, spagheti, burger, hotdog. Mama sukanya masakan tradisional seperti gado-gado. Sejak tau Mama suka sekali martabak Kubang, tiap kali pulang ke rumah selalu irma usahakan beli untuk Mama. Senang aja sama-sama menyantap martabak hangat. Lagian martabak Kubang emang enak.
Jam delapan sampai rumah Mama. Adek Diella udah tidur. Tepar dia kecapekan dibawa tantenya jalan seharian ini. Abang Kiddie lagi main gitar sambil nonton tivi. Anak ini lagi suka-sukanya belajar main gitar. Nggak kursus tapi belajar sama teman-teman mainnya di komplek DDK. Katanya mereka mau bikin band. Abang Kiddie nanti bakalan pegang bass.
Tapi ternyata besok tuh Abang Kiddie ulangan umum. Terang aja neneknya ngomel-ngomel nyuruh dia belajar. Dengan perasaan enggan Abang Kiddie meletakkan gitarnya. Dia ambil buku Kimia. irma kira beneran dia belajar. Waktu irma lihat dari balik punggungnya, hialaaaaaaa ...... ternyata di balik buku Kimia itu Abang baca buku novel tentang dracula yang tadi siang dia minta irma beliin di Gramedia !
’Bang, besok ulangannya Kimia ?’ tanya irma. Abang Kiddie melirik ke jadwal pelajaran di pintu. ’Hmm, kalau nggak Kimia, bahasa Sunda,’ jawabnya. Hm, kalau bahasa Sunda irma nyerah deh. Tapi kalau Kimia, boleh lah. irma masih bisa ngajarin. Lalu irma ambil buku Kimia dari tangannya Abang. ’Sini, Tante tes ya.’
Tadi malam waktu irma dan Wahyudi baru nyampe dari Jakarta, Abang Kiddie nanya gimana caranya belajar Kimia. Kaget juga irma, kok baru kelas 1 SMP dah dapat pelajaran Kimia ? Perasaan dulu irma baru belajar Kimia di kelas 1 SMA. Dooohhh, makin susah aja pelajaran anak-anak sekarang. Waktu SMA aja banyak yang nganggap Kimia tuh pelajaran nyebelin, ini apalagi SMP.
Karena Abang Kiddie nanya gimana caranya, irma bilang cara yang efektif adalah dengan jembatan keledai. ’Haa, jembatan keledai ? Apa itu Tante ?’ ia heran. ’Jembatan keledai itu ... alat untuk membantu mengingat. Tapi peraturannya, kalau udah pake jembatan keledai masih juga nggak ingat, berarti kamu tuh lebih bodoh daripada keledai,’ irma mengingat-ingat definisi jembatan keledai yang diberikan guru matematika waktu SMP dulu. Abang Kiddie lalu tertawa, nyungsep dia ke bantalan kursi. ’Ah, aku nggak mau belajar gitu ah,’ cekikiknya. Kenapa, kamu nggak yakin ya ? Atau kamu dah merasa lebih bodoh daripada keledai ? Hahahahaha
’Pelajaran Kimia nya udah sampai mana ?’ irma membolak-balik buku Kimia nya Abang Kiddie. Lho kok isinya soal-soal semua sih ? Mana materi pelajarannya ? Baru irma ngeh ternyata itu buku LKS – Lembar Kerja Siswa. Terang aja isinya soal-soal melulu.
Abang bilang pelajarannya baru sampai tentang unsur. Apa beda unsur dengan senyawa. Nama-nama unsur. Lambang unsur. Nama-nama senyawa. Oh gitu, irma mengangguk-angguk. Lalu mulailah irma bertanya,
irma : ‘Bang, lambang unsur tembaga, apa ?’
Kiddie : ‘Tembaga ? Cu !’
irma : ‘Wah, hebat kamu. Kok tau ?’
Kiddie : ‘
irma : (mengangguk-angguk) ’Lambangnya perak, apa ayo ??’
Kiddie : ‘Perak ? Ngg, nama latinnya apa ?’
irma : ‘Argentum.’
Kiddie : ‘Ar.’
irma : ’Salah ! Ar itu Argon.’
Kiddie : ‘Ngg … apa ya ??’
irma : ‘Tadi argentum, sesudah huruf R, apa ?’
Kiddie : ‘Ngg … G ?’
irma : ‘Yak tul ! Jadi Argentum itu lambang unsurnya … ?’
Kiddie : ‘Ag ??’
irma mengajak Abang Kiddie toss. Lalu lanjut lagi nanya-nanya unsur lainnya. Karena irma nanyanya sambil becanda jadi Abang Kiddie merasa santai. Kembali dia memainkan gitarnya. Tapi pelajaran jalan terus. irma nanya, Abang Kiddie jawab sambil main gitar. Nggak pa-pa, dia belajar sambil main gitar. Emang yang namanya belajar harus duduk tegak di muka meja, memegang buku ?? Kalau dia nyamannya sambil gejreng-genjreng gitu sih ya nggak pa-pa. Tiap orang
Lanjut pelajaran tentang senyawa.
irma : ‘Bang, asam klorida lambangnya apa ?’
Kiddie : ‘HCl !’
irma : ‘Bagus !’ (kayak Pak Tino Sidin ya ??) ‘Kalau asam semut apa ?’
Kiddie : ‘Haa .. Tante ? Asam semut ? Semut punya asam ??’
irma : ‘
Kiddie : ‘Huuu Tante, pelajarannya belum sampai situuu !’
irma membolak-balik buku LKSnya. Oh iya, ternyata emang belum nyampe. Abang Kiddie baru belajar nama-nama senyawa kimia yang sederhana aja. Seperti asam klorida, asam fosfat, asam sitrus ... haa, asam sitrus lambang kimianya apa ya ?? Dooh, irma sendiri lupa !
Di tivi lagi pentas Ramadhan band Ungu dan Gigi. Lagi irma nanya-nanya gitu tiba-tiba Abang Kiddie mengeluh, ’Yah, pas lagi belajar gini kok malah Ungu sih ?’ Rupanya Abang Kiddie penggemar Ungu. Jadi untuk sementara belajarnya break dulu. irma nanya-nanya sama Abang, lagu-lagu Ungu tuh yang mana aja sih. irma taunya cuma yang, ’Andai ku tau ...’ Lalu Abang Kiddie kasih tau beberapa lagunya Ungu. irma mengangguk-angguk sok ngerti. Padahal sumpah, lagu-lagu yang dia bilang itu nggak ada satu pun yang irma tau. Payah ya irma, taunya lagu-lagu angkatan tembang kenangan. Lagu-lagu anak sekarang malah nggak kenal.
Iklan. irma lanjut nanya-nanya lagi.
irma : ’Bang, tau nggak bedanya senyawa asam dengan basa ?’
Kiddie : ’Nggak.’
irma : ’Nih ya, kalau senyawa asam itu ada unsur H nya. Ingat aja Bang, bahasa Sunda asam tuh, haseum. Ha, ha, ha, haseuuuummm.’
Abang Kiddie langsung nyungsep ke kursi. Cekikikan di sana. Geli kali dia lihat kelakuan tantenya.
irma : ’Trus, senyawa asam tuh, pH nya 0 sampai 7. Kalau basa … ?’
Kiddie : ‘7 sampai 14 ?’
irma : ‘Pintar. Tapi kalau pH nya pas 7, itu disebutnya netral.’
Kiddie : ’Netral ?’
irma : ’Iya. Larutan itu bersifat netral. Bukan asam, bukan basa.’
Kiddie : ’Tante, netral itu nama grup band !’
Ih, gini deh kalau ngajarin anak yang merasa dirinya anak band. Apa-apa dihubungin sama band. irma pun balas berseru, ’Ih, netral tuh ngambil nama bandnya dari pelajaran Kimia, tauuuuuuu ........’
Abang Kiddie nyungsep lagi ke kursi. Kali ini bukan cekikikan. Dia ketawa ngakak terbahak-bahak.
Mama kasih tau air panas untuk irma mandi udah siap. Tadi waktu baru sampai rumah irma memang minta dimasakin air panas buat mandi. Badan irma keringatan abis jalan kaki dari stasiun sampai jalan Merdeka. Pas irma mau masuk kamar mandi, pentas Ramadhan di tivi nayangin Gigi. Gantian irma yang berkeluh, ’Yah, pas mau mandi kok malah Gigi sih ??’
Keluar kamar mandi, saluran tivi udah diganti. Sekarang band lain yang ditayangin. ’Siapa tuh Bang ?’ tanya irma. ’Netral,’ jawab Abang Kiddie sambil meniru gerakan pemain drum. Kedua bolpen di tangan ia anggap sebagai stick.
Langsung irma bertanya, ’Netral, pH nya berapa, hayooo ???’
’Tujuuuuuuuuhhhhh ......’ Abang Kiddie mengacungkan dua jari, tanda victory.
Bagus. Mudah-mudahan pelajaran Kimianya lengket terus nggak cuma buat ulangan aja. Kayaknya sih, ulangannya bisa. Seperti cerita dia di sini : http://asbirdsflying.multiply.com/journal/item/19/PelajaranMake_Me_Stress
print dulu lagi ach .... buat bacaan .... thanks Ir.
ReplyDeletehi hi terimakasih tante... besok2 belajar yg lain juga yah! itu kata ibu yg peyutnya jalan duluan he he
ReplyDeletetante suka makan capcay ya?yg nanya jembatan keledai itu apaan adek tauuuu.......(capcay dech!) from:ADEK DIELLA YG CANTIK,BAIK,PINTER
ReplyDelete... tapi matematikanya JE-BLOGGGG !!!!!
ReplyDelete