surat nikah

Beberapa hari yang lalu di salah satu obrolan sore pada satu stasiun radio, ada perbincangan menarik.  Awalnya pasangan penyiar melemparkan topik, ‘Mana yang mendingan : bulan madu atau uangnya ditabung ?’  Berbagai tanggapan dari pendengar masuk via sms.  Terakhir seorang pengirim sms ditelpon untuk bercerita pengalaman uniknya waktu bulan madu.  Ceritanya ini nih yang bikin irma ketawa ngakak.

 

Jadi gini.  Ceritanya 'tu cowok mo bikin kejutan buat istrinya.  Setelah akad nikah, dibawanyalah istrinya itu ke Puncak.  ‘Ada apa sih ?’ tanya istrinya.  ‘Ada deh,’ si cowok bilang, ‘kalau sekarang aku kasih tau ntar nggak surprise lagi.’  Akhirnya si istri manut nunut nurut aja.  Meskipun (katanya) dia deg-degan plus harap-harap cemas.

 

Ternyata di Puncak suaminya sewa villa.  Bulan madu nih ceritanya.  Tapi … menjelang tengah malam mereka digerebek !  Wah, disangkanya mereka pasangan laki-perempuan yang tidak halal untuk bercampur.  Untung mereka bisa nunjukkan identitas.  Di KTP masing-masing memang tertulis status pernikahan adalah single.  Tapi kan mereka bawa surat nikah, dokumen resmi yang menyatakan status mereka sebagai suami-istri yang sah.  Tu surat nikah masih fresh from KUA !

 

Walhasil mereka nggak jadi digelandang ke polsek terdekat.  Malah polisi yang nggerebek ucapkan selamat kepada pasangan pengantin baru itu.  Eh, tapi para polisi itu minta maaf nggak ya sama mereka ?  Kan mereka udah dituduh berbuat asusila gitu.

 

Dari cerita ini dapat ditarik kesimpulan, baiknya yang namanya surat nikah tu dibawa-bawa.  Jadi nggak bakalan dicurigai kayak pasangan pengantin baru tadi.  Cuman, kenapa ya KUA nggak bikin surat nikah seperti KTP atau kartu kredit atau kartu atm atau apalah yang penting bisa disimpan dalam dompet.  Lha yang namanya surat nikah itu kan ukurannya gede, seukuran passport.  Perlu segede apa kantong atau saku bajunya ??