Bogor, I love you then I hate you then I try to love you again ...
irma agustina
irma nggak pernah mengira bahwa irma bakalan sebel sekali sama Kota Hujan ini. Kota yang dulunya hampir tiap bulan irma kunjungi waktu irma masih kecil. Kota tempat Papa nya irma sekolah sampai beliau jadi dosen pertanian. Kota yang nyaris jadi tempat irma sekolah karena irma pernah punya cita-cita pengen jadi dokter hewan. Bogor, Bogor, Bogor, dulu kamu begitu menyenangkan tapi sekarang irma sebel banget sama kamu L
Kesebelan ini disebabkan karena sehari sebelum PTD ini – tepatnya Sabtu sore 15 Juli 2006 – PDA phone irma diembat orang waktu irma lagi lihat-lihat baju di FO di jalan Pajajaran. My God, kalau di bis, di pasar, di jalan berkeliaran copet itu sih udah biasa. Dan irma bersyukur banget selama ini irma berhasil terhindar dari tangan-tangan jahil tidak bertanggung jawab. Tapi kok ya bisa-bisanya mereka beroperasi di FO ? Padahal selama ini irma keluar-masuk FO di Bandung, nggak pernah ada kejadian kayak gini. Ini sekalinya irma main ke FO di Bogor, apes banget PDA irma hilang. Padahal dulu PDA itu dibeli biar irma bisa nulis di mana aja saat irma dihampiri ide. Hiks, cuma 6 bulan irma mengecap kesenangan menulis dengan PDA sekarang irma musti balik lagi mencatat di notes kecil untuk kemudian disalin pake komputer di rumah. Udah nggak ada uang lagi buat beli PDA, kecuali kalau irma mau batal ikut PTD sampai akhir tahun. Nggak ikut jalan-jalan ? Nggak lah ya, rugi banget kalau sampe kayak gitu.
Jadi pagi ini irma tetap pergi PTD Picknick ke Kebon Besar. Biarpun sempat ada rasa males pada saat mau pergi. Dan masih terasa kesal kalau ingat kejadian kemarin. Makanya berangkat PTD kali ini irma nggak banyak bawa barang. Biasanya pake ransel gede yang bisa masuk segala macam, kali ini irma cuma pake tas kecil yang diselempang di bahu. Isinya : dompet, handphone, kamera, notes kecil, bolpen dan tissue. Minimalis sekali ya. Beda banget sama kebiasaan irma yang bawa barang seabreg-abreg.
Karena irma tinggal di Pejaten jadi irma langsung ke Bogor naik KRL dari Stasiun Pasar Minggu. Jam 7 pagi Wahyudi datang ke tempat kost irma lalu sama-sama kita ke stasiun kereta. Sampai di stasiun Wahyudi yang belum sarapan beli nasi uduk dan gorengan. ‘Langsung bayar aja Di, jadi nanti kalau keretanya datang kita bisa segera berangkat,’ saran irma. Ingat cerita bapaknya Wahyudi pesan mi ayam waktu lagi nunggu kereta di Stasiun Depok. Mi ayam nya datang, keretanya juga datang. Bapak segera lemparkan selembar uang lima ribu kepada penjualnya lalu berlari mengejar kereta. KRL kan berhentinya sebentar banget, nggak nyampe satu menit. Mi ayam nya gimana ? Wassalam, mungkin orang lain yang makan.
Nah betul kan, baru aja Wahyudi selesai makan keretanya datang. Wahyudi masih sempat beli sebotol air mineral sebelum menyusul irma naik kereta. Keretanya lumayan padat. Irma senang banget waktu dapat tempat yang kosong di tengah-tengah gerbong. Eh ternyata di situ kosong karena di atasnya ada kipas angin yang udah mau copot ! Pantas nggak ada yang berani berdiri di sana. Kita lalu geser dikit agak ke samping, berdiri pegangan ke tempat tas di atas kursi sambil harap-harap cemas ketiban kipas angin. Mau geser ke tempat lain udah pada penuh L Lagipula di tempat yang padat begitu biasanya banyak copet. Lah, waktu baru naik kereta aja dompet nya Wahyudi nyaris diembat orang ! Untung dia sigap menyelamatkannya.
Jam setengah sembilan kita sampai di Stasiun Bogor. Irma SMS Deedee kasih tau kita nunggu di Dunkin Donut. ‘Siaaap … kita baru lewat Gambir,’ gitu balas Deedee. ‘Lewat Gambir, trus sekarang di Jatinegara,’ celetuk Wahyudi. Lha mau ke Bogor atau ke Bandung ??
Katanya jam 9.15 kereta Pakuan yang ditumpangi Batmus sampai di Bogor. Tapi ternyata setengah sepuluh mereka baru sampai. Irma lihat seorang mbak-mbak dengan name tag di dada berlari-lari lewat jendela tempat irma dan Wahyudi makan donat. Nggak berapa lama lewat Adep pake kaos merah. Irma melambaikan tangan tapi Adep pura-pura nggak kenal. Huuu sombong ! Awas ya !
Irma dan Wahyudi lalu pindah ke pintu keluar dan bergabung dengan peserta PTD yang lain. Kita belum dapat name tag jadi rasanya seperti intruder di antara Batmus, hihihihihi. Tapi karena beberapa pesertanya udah kita kenal jadi kita baik-baik aja berbaur di antara mereka. Mas Anto – yang tiap hari Minggu mangkal di depan Museum Fatahilah dengan sepeda djadoel – tampak di antara rombongan. ‘Halo Mas, sepedanya mana ?’ tanya irma. ‘Ditinggal. Tapi aku bawa perlengkapan lainnya,’ Mas Anto tunjukkan koper djadoel yang dijinjingnya. Pasti isinya gramophone, kamera kuno dan piranti djadoel lainnya. Mas Anto seneng banget dengan atribut djadoel. Jalan-jalan gini aja dia tetap pake baju dan topi meneer. Tapi kok ranselnya nggak djadoel sih Mas ? Belum nemu ransel peninggalan Belanda ya ??
Beriring-iringan kita jalan kaki keluar stasiun, melewati Taman Topi, lalu menelusuri jalan Kapten Muslihat. Di depan Bank Permata kita berhenti dulu karena Wahyudi harus ke ATM. ‘Ya ampun, bayar PTD berapa sih sampe harus ambil uang ke ATM segala ??’ komentar Deedee. Hehehe, siapa bilang Wahyudi ambil uang ? Dia bayar tagihan tuh, kalau nggak nanti telponnya diblokir.
Selagi nunggu Wahyudi ke ATM, irma tetap berdiri di pinggir jalan Kapten Muslihat. Melihat Katedral Bogor di seberang yang lagi direnovasi sambil dadah-dadah sama para Batmus yang menuju Kebun Raya. Ami salami irma, sun pipi kiri pipi kanan lalu tanyakan kondisi irma setelah operasi usus buntu. Baik Mi, tapi irma belum bisa lari-lari apalagi ajrut-ajrutan. Jalan aja masih tertatih-tatih. Jadi PTD kali ini irma bakalan duduk manis aja.
Nggak berapa lama kemudian lewat Galuh dan Kapiten Ria (Ria atau Ray sih, nama benernya ??). irma minta name tag ke Galuh dan bilang mereka duluan aja abis kayaknya Wahyudi masih lama di ATM. ‘Ok, berarti di belakang masih ada dua orang ya,’ kata Ria. Rupanya udah habis rombongan peserta PTD yang jalan dari Stasiun Bogor.
Wahyudi lama bener ya ? irma lalu menyusul ke ATM. Ternyata kartu ATM nya Wahyudi ketelan ! Walah, pagi-pagi gini itu mesin ATM lapar kali ya, sampai nelan kartu gitu ?? irma lalu SMS Deedee kasih tau kita masih di bank dan ada masalah dengan ATM. Tadi irma minta panitia untuk nungguin kita di pintu gerbang. Tapi kalau lama gini sih, ya udah masuk duluan aja deh. Nanti kita beli tiket masuk sendiri.
Akhirnya berhasil juga bikin mesin ATM ‘melepeh’ kartu nya Wahyudi. Kita lalu bergegas ke Kebun Raya Bogor. ‘Hei, kok baru datang ?’ sapa Uda Indra di depan gerbang. Irma nggak sempat jawab abisnya irma buru-buru menuju pintu gerbang, mengejar Bu Wisda yang udah mau masuk ke dalam Kebun Raya biar irma nggak perlu beli tiket sendiri. Bu, Bu, irma hadir Bu ! Sama Om Bewok juga ! Tungguin dong !
Sampai di dalam, ketemu Deedee yang lagi pamer kamera baru. Deeeuuu … yang mulai pake kamera serius J ‘Eh tapi sebel deh, biasanya kan kita yang jadi objek. Sekarang kita yang musti ngatur-ngatur lensa. Kayaknya nggak rela gitu deh, udah biasa banci tampil sih,’ cerita Deedee. Hahaha kan bisa pake timer Dee.
Deedee naik ke mobil dinas Kebun Raya. Bersama panitia yang lain ia bawa perbekalan makanan ke tempat kita piknik nanti. Kita yang peserta jalan kaki mengikutinya. Tapi ada juga peserta yang keluar dari jalan aspal dan masuk ke jalan tanah untuk melihat dari dekat tanaman yang aneh-aneh dan nggak ada di Jakarta. Kapan lagi coba, melihat, menyentuh, meraba bahkan mencium aneka tumbuhan dari dekat seperti ini ??
Kebun Raya Bogor ini didirikan oleh Prof. Dr. C. G. L. Reinwardt – seorang ahli botani dari Jerman – pada tanggal 18 Mei 1817. Tempat didirikannya Kebun Raya ini dulunya merupakan Samida atau hutan buatan yang menjadi bagian dari monumen Batu Tulis Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) dari kerajaan Pajajaran. Sejak didirikan oleh Reinwardt Kebun Raya pernah memiliki beberapa nama, yaitu s’Lands Plantentuinte Buitenzorg, Syokubutsuen, Botanical Garden of Buitenzorg, Botanical Garden of Indonesia, Kebun Gede dan Kebun Jodoh. Kenapa dibilang ‘Kebun Jodoh’ ya ? Apa di sana banyak yang menemukan jodohnya ? Padahal di masyarakat Bogor beredar mitos, katanya kalau pacaran di Kebun Raya malah bakalan bubar tali asmaranya L
Kebun Raya ini berfungsi sebagai kebun riset tanaman tropis dan juga tempat rekreasi. Reinwardt memimpin sendiri pembangunan Kebun Raya, dibantu oleh Mr. James Hooper dan W. Kent dari Kebun Botani Kew di kota Richmond, Inggris. Reinwardt juga dikenal sebagai pendiri Herbarium Bogoriense. Pada tahun 1822 Reinwardt diganti oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi Kebun Raya. Sebanyak 912 jenis spesies tanaman berhasil dicatat dalam katalog kebun yang pertama.
Pada tahun 1831 – 1868, Johannes Elias Teijsmann – kurator Lands Plantentuin – mengklasifikasi tanaman-tanaman koleksi Kebun Raya. Ia dibantu Justus Karl Hasskarl. Atas jasanya ini Dr. Melchior Treub mendirikan Teijsmann Park di dalam Kebun Raya pada tahun 1884. Dari Teijsmann Park ini kita bisa melihat kubah Istana Bogor di kejauhan. Di tengah-tengah taman terdapat monumen berbentuk obelisk, monumen batu khas Mesir.
Di tanah lapang depan bangunan warna putih dan Treub Laboratorium, panitia membentangkan spanduk PTD Picknick Kebon Besar. Waktu irma perhatikan dari dekat ternyata spanduk ini bekas spanduk PTD Istana tanggal 15 Desember 2005. Tulisan nama PTD dan tanggalnya ditimpa tinta hitam dan ditulisi nama PTD kali ini. Wah reuse ! Nah, yang seperti ini nih yang perlu ditiru. Memanfaatkan bahan yang ada untuk mengurangi kerusakan pada alam J
Elvi ajak irma menyusul teman-teman lain ke Museum Zoologi. Museum ini masih terletak dalam kompleks Kebun Raya. Museum Zoologi didirikan pada tahun 1894 oleh Dr. J. G. Koningsberger dengan nama Landbouw Zoologish Laboratorium. Koleksinya meliputi ribuan spesies hewan yang dikeringkan, baik utuh seluruh badan ataupun hanya sebagian dari anggota tubuh. Hanya sebagian kecil koleksinya yang dipajang. Yang lainnya, disimpan dong.
Irma masuk museum lewat pintu belakang. Di sana ada kerangka ikan paus biru yang ditemukan mati terdampar di Pantai Pamengpeuk pada tahun 1916. Sebenarnya kurang tepat jika Paus Biru (Balaenoptera musculus) dikatakan sebagai ikan, karena sebenarnya ia adalah mamalia laut. Tau kan bedanya ikan dengan mamalia ? Biarpun pandai berenang dan hidup di laut, bukan berarti Paus tuh masuk keluarga ikan.
Sebagai mamalia, Paus melahirkan anaknya setelah mengandung selama 11 bulan. Pada saat lahir berat bayi Paus bisa mencapai 2,5 ton dengan panjang 7 m. Begitu ia keluar dari perut ibunya, bayi Paus akan didorong oleh ibunya ke permukaan laut agar ia bisa menghirup udara. Paus bernapas dengan paru-paru lho, bukan insang. Makanya dia bukan ikan.
Paus Biru adalah hewan terbesar yang masih hidup di bumi. Paus Biru terbesar yang pernah ditimbang beratnya mencapai 177 ton dengan panjang tubuh sama dengan panjang pesawat Boeing 737 (sekitar 30 m). Kecuali kalau keluarga Dinosaurus masih ada, maka hewan terbesar adalah Argentinosaurus (wah, apa tuh ? semacam Dinosaurus yang hidup di Argentina ??). Paus Biru yang ditemukan di Pantai Pamengpeuk ini panjangnya 27,25 m dengan berat utuh 119 ton. Berat kerangkanya saja 64 ton. Dulu perlu 44 hari untuk membawanya dari Pamengpeuk ke Bogor.
Meskipun badannya besar, makanan Paus Biru tuh kecil-kecil yaitu plankton. Plankton adalah organisme kecil yang melayang-layang di dalam air. Paus Biru membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung air laut berisi plankton. Trus mulutnya ditutup dan lidahnya mendorong air laut keluar. Plankton akan tersaring pada balen lalu ditelan. Buka cuma plankton yang nyangkut, tapi juga semua yang tadi terbawa dalam air laut. Makanya Pinokio bisa masuk ke dalam perut Paus. Paus Biru tidak punya gigi, tapi di mulutnya ada balen. Balen itu seperti bulu sikat gigi. Balen banyak dimanfaatkan oleh manusia, antara lain untuk tulangan korset.
Di dalam museum kita bisa lihat berbagai hewan yang dipajang dalam bentuk diorama. Seperti diorama hewan-hewan Ujung Kulon, diorama keluarga Macan, dan diorama lainnya. Di langit-langit ruang pamer hewan laut tergantung Ikan Todak. Ikan ini punya gergaji di mulutnya makanya disebut Saw Fish. Gergajinya bisa dipakai buat nebang pohon nggak ya ?? Hehehe ya nggak lah. Gergaji ini disebut ‘rostrum’, fungsinya semacam detektor untuk mencari mangsa – biasanya berupa udang-udangan - yang tersembunyi di dasar laut. Jadi semacam metal detector gitu … eh salah ! Yang benar : prey detector.
Di tengah-tengah ruang pamer dipajang Badak terakhir yang hidup di Priangan (atau Preanger istilah londo nya). Pada tahun 1914 badak jantan ini tinggal sendiri. Pasangannya mati dibunuh pemburu gelap L Karena ia sudah terlalu tua dan tidak bisa bergabung dengan badak lain ke Ujung Kulon, maka diputuskan ia untuk dijadikan koleksi museum. Pada tahun 1934 ia berhasil ditaklukkan dengan peluru Mauser. Berat tubuhnya waktu itu 2.280 kg. Waaaauuw beratnya !!! Pantas kalau lagi lari badak nggak bisa belok. Cuma di film ‘Jumanji’ badak bisa menoleh waktu berlari. Hehehe namanya juga film. Lagipula itu kan efek grafis komputer, bukan badak beneran.
Irma masih asik melihat-lihat diorama waktu Bang Ican datang ‘menyapu’ peserta PTD untuk kumpul di tanah lapang tadi. Rupanya sudah jam 11. Udah waktunya bermain-main. Pelan-pelan irma jalan ke tanah lapang. Bareng sama Lina yang juga nanyain kondisi irma setelah operasi usus buntu. Aaarrgh … sama Lina yang lagi hamil aja jalan irma masih kalah cepet ! Beneran deh si irma jalannya kayak nenek-nenek L
Di tanah lapang Deedee mengajak peserta berkumpul untuk main permainan djadoel. Peserta dibagi menjadi enam grup. Masing-masing dipimpin seorang kapiten. Irma nggak ikutan main, cuma merhatiin mereka aja dari tempat yang teduh. Wahyudi juga nggak ikutan. Tapi kalau dia alasannya karena Wahyudi mau foto-foto kelakuan Batmus yang kali ini pada nggak malu sama umur, hahahaha
Permainan yang pertama adalah main ‘Ular Naga’. Para kapiten berpegangan tangan membentuk gapura. Para peserta berbaris melewati bawah gapura tangan sambil bernyanyi,
Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat itulah yang dicari
Inilah dia yang terbelakang
Di akhir lagu tangan kapiten akan turun menangkap seorang peserta. Biasanya abis ditangkap gitu dia ditanya, mau pilih siapa. Nanti dia berdiri di belakang induk yang menangkapnya. Kalau udah habis semua nanti antar induk saling berebut anak lawannya, main ‘induk ayam menangkap lawan’. Tapi kali ini nggak ditanya-tanya tuh. Abis ditangkap, udah dibiarinin aja.
Satu orang peserta udah ketangkap. Abis gitu tiap kali menjelang lagunya habis para peserta berlari-lari agar nggak terperangkap di bawah gapura kapiten. Ada juga yang curang. Waktu lagunya habis dan seharusnya dia lewat bawah gapura, dia malah berhenti nggak mau masuk. Hahaha padahal kalau ketangkap juga nggak dikasih hukuman apa-apa kok.
Lihat Batmus jalan berbaris pegang pundak teman di depannya, irma ingat waktu kecil dulu juga suka main ‘Ular Naga’ seperti ini. Tapi dulu lagunya begini nih ;
Slepduuur … slepduuuur
Triman triman andedur
Delas depan dedur
Hendiiii … mandediii… mandedi kakapiteeeeeeeeeeen !
Bahasa mana itu ya ?? Mungkin aslinya bahasa Belanda. Atau bahasa Inggris. Tapi karena yang mainnya orang Sunda jadilah lagunya seperti itu. Aneh ya. Tapi waktu dulu kan mana peduli lagunya betul atau salah. Yang penting, main J
Abis main ‘Ular Naga’, sekarang Batmus main ‘induk ayam menangkap lawan’. Kapiten berdiri paling depan. Di belakangnya berdiri ‘anak-anak ayam’ yang harus dilindunginya. Anak-anak ayam ini berbaris memegang pundak teman di depannya. Anak ayam harus ikut ke mana induknya pergi. Sementara sang induk harus menangkap anak ayam kelompok yang lain. Tapi dia juga harus tetap melindungi anak-anaknya. Nah lo, susah kan. Saat permainan ini lapangan jadi hiruk pikuk karena banyak anak-anak ayam terlepas dari induknya. Hihihi dulu irma juga begitu, sering terlepas dari induknya. Abis waktu kecil irma badannya buntet dan pendek, nggak bisa lari kencang mengikuti teman-teman lain.
Selesai main ‘induk ayam menangkap lawan’ berikutnya main ‘Nenek Grondong’. Batmus berdiri berpegangan tangan membentuk lingkaran. Di dalam lingkaran ada sepuluh orang yang nanti harus ditangkap Nenek Grondong. Nenek Grondong nya sendiri ada lima orang, mereka berdiri di luar lingkaran. Begitu Deedee meneriakkan aba-aba permainan dimulai, para Nenek Grondong ini berusaha masuk ke dalam lingkaran. Danan yang jadi Nenek Grondong (nenek kok cowok ya ? ganti deh namanya jadi Kakek Grondong) berhasil menangkap Sansan. Tapi Sansan nggak mau keluar dari lingkaran. Alasannya Sansan belum siap buat main. Jadi permainan diulangi.
Karena ‘brondong’ yang mau ditangkap pada bingung tidak bisa mengenali Nenek Grondong, akhirnya diputuskan para Kapiten yang hari itu pake kaus PTD merah bertindak sebagai Nenek Grondong. Galuh, Cindi, Andreti, Elvi, … satu lagi siapa ya ?? yang sekarang jadi Nenek Grondong. Trus biar nenek-nenek ini makin susah masuk ke dalam lingkaran, Batmus yang membentuk lingkaran sekarang berlari-lari. Lari-lari mulu hari ini yah. Besok pada pegel-pegel deh kakinya.
Udah tiga permainan. Terakhir permainan team building. Tiap anggota kelompok menumpuk tangannya di tengah-tengah membentuk simpul. Lalu tanpa boleh melepaskan tangannya dari orang lain mereka harus menguraikan ‘simpul tangan’ tadi hingga membentuk lingkaran. Ada yang berhasil dengan cepat. Tapi ada juga satu kelompok yang sampai akhir simpul tangannya tetap kusut. Kelompok siapa itu hayooooo …. ???
Udah jam dua belas. Udah waktunya makan. Pantas udah pada lapar perutnya. Kita dipersilakan mengambil nasi kotak ‘Kemuning’ yang disediakan panitia. Makan siang ini disediakan buat peserta yang udah daftar dan transfer pembayaran sebelum hari pelaksanaan PTD. ‘Buat yang gabung dari Bogor, nggak dapat jatah ya,’ Deedee bilang. Arrgghhh Deedee ! irma juga gabung dari Bogor tapi irma udah bayar dari jauh-jauh hari ! ‘Oh maap, maap, maap,’ Deedee langsung membungkuk-bungkuk lihat irma protes. Akhirnya irma dapat nasi kotak juga J
Duduk di atas tikar bareng peserta lain. Tety yang kalau makan harus pake meja, kalau minum harus pake gelas, berhasil menyulap gulungan tali rapia jadi meja alas makannya. Karena Tety nggak makan daging merah, semur daging nya dikasihkan ke irma. Peserta lain yang nggak makan lauk tertentu juga saling tukar-tukaran makanan. ‘Sapa mau telur ?’ , ‘Ada yang mau kerupuk ?’ ‘irma nggak mau pisang !’ , begitu rame percakapan sebelum makan. Di akhir jamuan Tety dapat lima batang pisang. Tety temennya mon-mon (monyet) ya, hihihihihi J
Selesai makan Deedee ajak kita lihat Bunga Bangkai. Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum) adalah tanaman khas Sumatra. Ditemukan oleh Dr. Odoardo Beccari – seorang ahli Botani Itali - pada tahun 1878. Bunga ini menjadi koleksi Kebun Raya Bogor sejak tahun 1915. Tiap 2 – 3 tahun sekali ia berbunga. Tinggi bunga bisa mencapai 3,5 m dengan diameter kelopak 2 m. Karena ukurannya yang raksasa ini Bunga Bangkai atau Titan Arum disebut bunga tertinggi dan terbesar di dunia. Eh ingat ya, Bunga Bangkai ini beda dengan bunga Rafflesia arnoldi. Bunga Rafflesia yang tumbuh di daerah Bengkulu juga memiliki diameter kelopak yang besar dan mengeluarkan bau busuk. Tapi ia tidak tumbuh meninggi seperti Bunga Bangkai.
Sayang sekali pada saat kita datang Bunga Bangkai ini sudah layu. Kita cuma bisa melihat foto-fotonya mulai dari kuncup, mekar hingga layu. Beberapa tahun yang lalu bunga yang menjadi lambang Kebun Raya Bogor ini pernah tumbuh hingga mencapai 3 m. Tahun ini tingginya hanya sekitar 170 cm. Ia mekar sempurna di malam hari.
Ya sudah tidak bisa melihat bunga cantik ini kita lalu jalan-jalan keliling Kebun Raya. Pasukan Batmus sudah bersiap-siap. Adik Reyhan - peserta termuda PTD kali ini - duduk menangis dalam keretanya. Tangannya melambai-lambai, rupanya dia ingin jalan bareng papa nya. Adik, kalau keretanya nggak adik pake, boleh kak irma pake ? Udah capek nih irma. Kayaknya enak bener duduk manis gitu dalam kereta, didorong-dorong keliling Kebun Raya.
Tujuan pertama kita adalah berfoto di Jembatan Merah. Saat menuju ke sana kita melewati Tugu Lady Raffles. Tugu ini didirikan oleh Sir Thomas Stamford Raffles untuk mengenang istrinya – Lady Olivia Mariamne – yang meninggal pada 26 November 1814 karena sakit Malaria.
Lady Olivia Mariamne lahir di India pada tahun 1771. Di usianya yang ke 43 ia mengidap Malaria. Raffles – letnan gubernur Inggris di Pulau Jawa tahun 1811 – 1816 - membawanya ke Istana Buitenzorg (sekarang namanya Istana Bogor) untuk beristirahat. Enam bulan setelah berisitirahat di Bogor Lady Olivia Mariamne meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman orang-orang Eropa di Kober, Tanah Abang, Jakarta.
Tugu Lady Raffles ini pernah ambruk karena angin ribut pada tanggal 4 Januari 1970. Di bulan Agustus 1970 dilakukan rekonstruksi hingga tugu kembali tegak seperti sekarang. Katanya tempat tugu ini berdiri merupakan titik tengah kota Bogor. Titk tengah dengan Km 0, sama nggak ? Waktu PTD ke Istana Bogor Desember 2005 lalu irma dikasih tau kalau titik Km 0 nya Bogor tuh terletak di Istana Bogor. Tepatnya di ruang Cermin Seribu.
Pada Tugu Lady Raffles ini terdapat sebait puisi bahasa Inggris klasik yang dipersembahkan kepada Lady Olivia Mariamne.
Oh thou whom neer my constant heart
One moment hath forgot
Tho fate severe hath bid us part
Yet still – forgot me not
Seorang ibu pengunjung yang paham sejarah bahasa Inggris berbaik hati menerangkan kepada Wahyudi arti kata-kata dalam puisi itu. Bukan cuma mengartikannya, beliau juga menerangkan perubahannya hingga menjadi kata-kata bahasa Inggris yang kita kenal sekarang. Apa Di, cerita ibu itu ?? irma nggak nyimak abisnya irma lebih suka merhatiin tugu cantik itu sambil ngebayangin kayaknya Raffles sayaaaaaang sekali sama istrinya (hoah, jadi ngiri L)
Karena asik di Tugu Lady Raffles jadi irma ketinggalan yang lain buat berfoto di Jembatan Merah. Sampai di sana para peserta udah berdiri di atas jembatan, nunggu difoto Deedee. ‘Spanduk mana ? Spanduk ?’ Deedee melihat berkeliling. Spanduknya dipegang Bang Ican. ‘Icaaaaaannnn !!!’ teriak Deedee. Nggak berapa lama datang Bang Ican berlari-lari sambil megang spanduk. Teriakannya Deedee mantap juga ya.
Abis foto di Jembatan Merah kita lalu jalan lagi. Kali ini menuju kolam teratai di depan Istana Bogor. Di sana kita foto-foto berlatarbelakangkan Istana Bogor. Ada juga yang pengen foto dengan latar belakang bunga Teratai. Seperti Ami misalnya. Sampai dibela-belain pose patah leher biar bisa foto bareng Teratai cantik.
Deedee mengingatkan kita untuk segera menuju Stasiun Bogor untuk mengejar kereta Pakuan yang jam 3 sore. Karena irma, Wahyudi dan Tety nggak akan naik Pakuan, jadi kita berpisah dari rombongan. Kita tetap di pinggir kolam Teratai itu, merhatiin sekelompok peserta lain berfoto bareng Teratai. Bunga Teratainya ‘dipaksa’ foto bareng sampai Tety komentar, ‘Tega banget lu, bunganya sampai diperkosa begitu !’ Hahahahahaha
Jam tiga sore kita bergerak meninggalkan kolam Teratai. Lagi jalan di antara pepohonan Palem menuju pintu keluar, kita disalip sama sepasang pengunjung yang jalan bergandengan tangan. ‘Rapi amat,’ Wahyudi ngomentarin cowoknya yang pake celana panjang bahan katun dan kemeja dengan lengan digulung sampai siku. Kayak baju buat ngantor gitu. Karena ngeliat dia rapi gitu kita jadi usil komentar lebih lanjut. Wahyudi bilang tu cowok dapat tugas dari kantornya buat pacaran di Kebun Raya. Wah tugas dari kantor gitu berarti ada SPJ nya dong, irma bilang. Hahaha Tety ketawa ngakak. Dapat uang SPJ kalau dia bisa nunjukin SPK nya, kata Wahyudi. SPK, Surat Perintah Kerja. Wah jangan-jangan sekarang dia lagi jalan ke kantor Direktur Kebun Raya Bogor biar surat SPJ nya ditandatangani direktur dan dikasih stempel Kebun Raya, tanda bukti bahwa dia sudah ke Kebun Raya seperti diperintahkan. Tety ketawa makin keras dengar komentar irma yang makin tulalit.
Dari Kebun Raya kita jalan kaki ke Stasiun Bogor. ‘Lihat Rusa yuk,’ Wahyudi ngajak kita jalan di pinggir pagar halaman Istana Bogor. Pas kita lewat, beberapa ekor Rusa lagi merumput di dekat pagar. Mereka nggak takut sama kita malah datang menghampiri. Selain kita di sana juga ada seorang bapak dan anak-anaknya. Bapak itu bilang biasanya dia ke sana bawa wortel buat dikasihin ke Rusa-rusa itu. ‘Nih wortel. Ini wortel,’ Wahyudi bilang ke Rusa sambil menunjuk-nunjuk irma yang hari itu pake kaus warna pink agak oranye. Oh pantas, dari tadi Rusanya ngeliatin irma melulu. Ke mana irma bergerak diikutinnya. Dia kira irma wortel raksasa kali ya ??
Puas foto-fotoin Rusa kita lanjut jalan ke Stasiun Bogor. Sempat singgah di Katedral Bogor buat foto bangunannya dari halaman. Tadinya irma mau beli siomay sambil nunggu Wahyudi dan Tety motret katedral. Tapi nggak jadi karena ternyata mereka nggak lama di sana. Kita lanjut jalan lagi. Pas lewat Taman Topi irma baru tau kalau tempat itu nama resminya adalah Plaza Kapten Muslihat, tertulis di bawah kaki patung pejuang di tengah-tengah kolam. Yakin deh, Niken – teman kantor irma yang orang Bogor – pasti nggak tau juga. Abisnya selama ini kita selalu bilang tempat itu namanya Taman Topi, karena bangunannya berbentuk aneka macam topi.
Sampai di Stasiun Bogor. Wahyudi beliin karcis buat kita bertiga. Lalu kita langsung naik ke atas KRL yang udah stand-by di jalur lima. Udah rame sih penumpangnya tapi irma masih dapat tempat duduk, nyempil di antara seorang ibu dan pintu. Wahyudi dan Tety berdiri di tengah-tengah gerbong. Tapi setelah keretanya jalan mereka dapat tempat duduk juga.
Duduk di pinggir pintu, kena angin irma jadi terkantuk-kantuk. Menjelang Stasiun Lenteng Agung bahu irma ditepuk orang. Rupanya Tety udah mau turun. Dagh, sampai ketemu lagi ya. Abis Tety turun irma lanjut tidur. Wahyudi bangunkan irma menjelang Stasiun Pasar Minggu. Turun dari kereta terjadi kehebohan. Rupanya ada kebakaran di pemukiman dekat stasiun. Asap hitam tebal membumbung tinggi. Orang-orang yang lagi asik main bola langsung lari ke arah tempat kebakaran.
Keluar dari stasiun, naik jembatan penyebrangan, turun, jalan ke terminal lalu naik angkot ke Jati Padang. ‘Jadi mau nonton Garfield ?’ tanya Wahyudi. Waktu di Bogor tadi irma ngajak Wahyudi nonton film kartun kucing jahil itu. Ah … kayaknya nggak jadi deh Di. Baru terasa nih capeeeeekkkk banget. Sekarang irma pengen mandi terus bobo’. Minggu depan aja ya.
Jakarta, 25 July 2006
Hiks hik, sedih.
PDA ku diembat orang L
Referensi :
- Papan-papan informasi di Kebun Raya Bogor dan Museum Zoologi
<---- dulu sekolah di SD Pelita deket Jati Padang... :)
ReplyDeletedi mana tu ya ? irma belum sempat mengeksplore sekitar tempat kost, baru sekitar SMA 28 aja
ReplyDeleteternyata kita duduk saling membelakangi di Dunkin Donuts stasiun Bogor waktu nunggu rombongan batmus dateng ya... Sayang, kita belum saling kenal, padahal gw udah sering baca catper PTD Batmus yang elo tulis...
ReplyDeletehehehehe waktu lagi di Dunkin tuh irma ada feeling, kayaknya ada Batmus deh deket-deket sini. kalau ketemu lagi sapa aja ya :D
ReplyDelete