Sunday, January 23, 2011

teu nyaho


Beberapa waktu yang lalu Wahyudi minta bantuan salah seorang petugas keamanan komplek.  Ketika Wahyudi menanyakan sesuatu, jawabnya,

"Teu nyaho !"

"Duh, rasanya sakit hatiiii sekali dijawab pake bahasa kasar begitu.  Tapi kayaknya orang-orang sini bahasa Sundanya kasar ya ?" cerita Wahyudi.  Bahkan Wahyudi yang bukan orang Sunda pun tau kata-kata itu termasuk tingkatan bahasa yang kasar.

Hmm, jadi ingat pelajaran bahasa Sunda waktu SMP dulu.  Guru irma bilang bahasa Sunda yang paling halus adalah bahasa Sunda yang di Bandung.  Masa' sih ??  Perasaan yang sering irma dengar orang-orang di Bandung bercakap-cakap nggak jauh beda dengan si gukguk yang suka bunyi kaing, kaing, kaing.  Abisnya, kata "Anjing" dipakai sebagai kata ganti orang kedua.

"Ka dieu, anjing !"
"Anjing, maneh teh !
"Hei anjing, pang meulikeun rokok geura !"

... dan masih banyak lagi contoh penggunaan nama hewan berbunyi kaing, kaing, kaing itu dalam percakapan sehari-hari.

Herannya, yang dipanggil kok mau aja ?

Jadi irma mengerutkan kening waktu guru SMP irma itu bilang bahasa Sunda yang paling halus itu ada di Bandung.  Jangan-jangan yang beliau maksud bahasa Sunda yang paling halus ada di Bandung pada masa Wiranatakusumah II, bupati Bandung yang mendirikan kota Bandung 200 tahun yang lalu.  Bukan sekarang.



3 comments:

  1. maksud guru Irma, halus kalau gak pakai guk-guk......

    ReplyDelete
  2. LOL... ga tau deh ir.. bahasa 'gaul' di bandung yang dipake untuk percakapan antar teman, entah kenapa si guguk itu selalu dimasukin.. kadang sebagai pengganti subyek, kadang sebagai pengganti koma atau titik :p

    sebetulnya yang lebih halus lagi di tasikmalaya ir, di ciamis juga :)

    ReplyDelete