Sunday, July 26, 2009

klipnya Changcuters

 

… lebih baik bersepeda keliling kota suka-suka …

 

Kata-kata itu diulang-ulang terus sepanjang lagunya Changcuters yang terbaru.  Tapi sampai video clipnya habis, perasaan irma nggak ada lihat adegan grup band itu bersepeda.  Yang ada band tersebut dalam versi boneka si Unyil, dan adegan mereka naik motor yang diambil dari film terbaru mereka.

 

irma mengerutkan kening.  Gimana sih ?  Bagi irma, sepeda tuh ya jelas beda dengan motor.  Sepeda, adalah kendaraan yang digerakkan oleh pengendaranya dengan mengayuh pedal.  Tanpa menggunakan bahan bakar fosil.  Motor, kendaraan yang digerakkan dengan mesin berbahan bakar fosil.  Memang sih, nama lengkapnya adalah sepeda motor, terjemahan dari bahasa Inggris ’motorcycle’.  Tapi kalau dibilangnya cuma ’sepeda’ tanpa embel-embel ’motor’ di belakangnya, ya harusnya di klip itu si Changcuters nggowes sepeda dong, bukan momotoran.  

 

Kalau gitu ganti aja teks lagunya dengan ’… naik motor keliling kota …’

 

 

 

the scene

 

First, he made me cry

then I made him cry

 

akhirnya kita berdua saling tangis-tangisan

dan habiskan Sabtu sore itu dengan berjalan kaki menyusuri pantai Ancol

 

welcome to the real world of husband and wife, when honeymoon is over

 

 

… senyummu juga sedihmu adalah hidupku, kau sentuh cintaku dengan lembut dengan sejuta warna … (’11 Januari’ - Gigi)

 

 

 

Monday, July 20, 2009

ditawarin MLM (lagi)

 

Satu lagi modus operandinya orang MLM, numpang nyetel DVD !

 

 

Kemarin orang tua dan kakaknya Wahyudi beserta suaminya berkunjung.  Semula mereka mau lihat rumah kami yang di Cimanggis.  Tapi karena Wahyudi sakit jadinya kita ngobrol-ngobrol aja.  

 

Berhubung irma bukan orang yang suka ngumpul rame-rame jadi abis basa-basi ngobrol sebentar irma balik lagi ke kamar.  Nggak berapa lama kakaknya Wahyudi nyusul.  Dia lihat irma lagi ngedit photo-photo trip ke Pangalengan.

 

’ir, laptopnya itu bisa buat nyetel DVD nggak ?’ tanyanya.

’Nggak bisa.  Kenapa Mbak ?’

’Yaaa ... mo nyetel DVD nih.’

’Pake DVD player aja.’

’Oh bisa ya ?’

’Iya bisa.  Mana DVD nya ?  Sini biar irma pasangin.’

 

Irma kira dia mo pasang DVD buat anaknya.  Ternyata itu DVD ... multi level marketing ! 

 

Dalam hati irma nyesel nawarin bantuan.  Karena seperti dugaan irma, berikutnya dia nawarin irma ikutan MLM jadi downlinernya.

 

Sama seperti MLM lainnya, MLM ini pun membuka presentasinya dengan, ’Apakah anda ingin menjadi sukses ?  Apakah anda mempunyai impian ?  Inginkah anda impian tersebut menjadi nyata ?’.  Disertai pengakuan dari para pesertanya yang pada umumnya mengaku dulunya miskin tapi sekarang kaya raya.  ’... dulu saya hanya seorang ... , sekarang saya tinggal di rumah seharga ... punya mobil ... buah ...’  Blahhh.  Eneg bangettt !

 

’Nih ya ir, ada yang udah dapet 45 juta sebulan !  Padahal baru ikutannya.  Tuh lihat, mereka yang udah sukses pada pake mobil keren-keren.  Ada yang BMW, Mercy, rumahnya pada bagus-bagus ir !’

 

Dalam hati irma membatin.  Kenapa sih ukuran kesuksesan selalu dilihat dari apa yang dia punya.  Bukan apa yang sudah dia lakukan.  Punya mobil keren tapi kelakuannya nyebelin juga sama aja bo’ong.

 

’ir, ini MLM yang bikin anak-anak ITB lho.  Tuuh, lihat.  Masih muda-muda tapi pada udah jadi milyarder.’

 

Ok, irma akui anak-anak ITB banyak yang pinter retorika.  Terutama yang sering ikutan demo.  Dan retorika adalah hal yang sangat diperlukan dalam presentasi MLM.

 

’Mbak, hati-hati lho.  Anak ITB bukan berarti dia lulusan ITB,’ irma bilang.

’Haa, gimana bisa ?’ kakaknya Wahyudi terheran-heran.

’Iya.  Ada dua jenis anak ITB.  Satu, anak yang kuliah di ITB dan lulus dari ITB.  Dua, anak yang kuliah di ITB tapi nggak pernah lulus dari ITB.’

’Haa, yang bener ?’

 

Iya.  Bener banget.  Salah satunya adalah keponakan irma yang drop-out karena nggak kelar-kelar sarjana muda setelah kuliah sepuluh semester.  Tapi kan tetap aja dia ngakunya anak ITB. 

 

Wahyudi masuk ke dalam kamar.

 

’Yud, nanti kamu ikutan ya.  Irma juga,’ kata kakaknya Wahyudi.  ’Nggak susah kok.  Cuma nanem saham 200 ribu berlaku seumur hidup.  Nggak usah pake jualan.’

’Nggak jualan ?  Trus gimana kerjanya ?’ Wahyudi bertanya.

’Gimana ya ?  Ya gitu deh, cuma presentasi-presentasi aja.’

 

Wahyudi mengerutkan kening.  Dia adalah orang paling realistis.  Buat dia nggak masuk akal banget hanya dengan presentasi bisa dapat uang sampai berjuta-juta.  Apalagi milyaran.

 

’Begini,’ irma bilang, ’bisnis MLM adalah bisnis networking.  Semakin banyak downlinernya, semakin banyak keuntungan yang akan didapat.  Tapi gimana caranya para downliner itu bisa memberikan keuntungan ke uplinernya, aku juga nggak gitu ngerti.  Yang jelas, kalau kamu mau untung banyak, nggak cukup cuma presentasi.  Percuma presentasi sampai berbusa-busa tapi nggak ada yang mau jadi downliner.  Jadi intinya, kamu harus bisa mempengaruhi orang biar mau join dan jadi downliner.  Itu jualannya MLM.  Dia bukan jualan barang, tapi networking.’

 

Lho, kok malah jadi irma yang njelasin ya ???

 

’No pain, no gain.  Nggak akan ada hasilnya kalau nggak usaha.  Kerja apapun, kalau mau berhasil, ya harus kerja keras.  Mau jadi karyawan, direktur, wiraswasta, pengusaha, nelayan, petani, sales, atau MLM ginian, ya tetap aja harus kerja keras.  Uang tuh nggak bakalan datang sendiri.  Bohong banget kalau MLM bilang cuma dengan presentasi aja bisa dapat uang berjuta-juta.  Presentasi tuh cuma tahap awal aja.  Berikutnya dia harus mempengaruhi orang agar bergabung dengannya.  Nah cara ngajaknya ini yang seringkali nggak simpatik.  Makanya aku paling sebel sama orang-orang MLM.’

 

Ups, lupa kalau irma lagi bicara di depan ipar.

 

’Aku pernah lihat sendiri bagaimana teman-temanku kuliahnya berantakan karena sibuk ngurusin MLMnya.  Malah akhirnya nggak lulus.  Ya itu urusan mereka kalau mereka mau fokusnya cari uang.  Tapi kalau aku,’ irma menggeleng, ’aku bukan orang yang seperti itu.’

 

Kakaknya Wahyudi menatap Wahyudi, harapkan dukungan dari adiknya.  Tapi Wahyudi mengangkat bahu lalu mengajak main keponakannya.

 

’Aku nggak ngelarang orang lain mau ikutan MLM.  Itu urusan mereka,’ kata irma.  ’Tapi aku nggak mau ikutan.  Aku bukan tipe orang networking.  Jadi daripada menghabiskan waktu dan tenaga untuk presentasi kepadaku, lebih baik Mbak presentasi ke orang lain aja.’

 

Betul kan saranku ?? 

 

 

Tuesday, July 14, 2009

tertipu

Kemarin seorang rekan auditor mengundang datang ke syukuran pernikahannya via sms.  Ia seorang duda cerai.  Sudah lama ia mencari pendamping lagi.  Sampai hapal irma tiap kali audit dengannya selalu dengar dia berkata kepada client, '... saya lagi nyari istri nih ...'  Heran, kok rekan auditor yang satu ini senang sekali berkoar-koar nyari pasangan.  Seorang auditor junior yang sering audit bersamanya pun sekarang ketularan bersikap seperti dia.  Maksudnya tiap kali ngaudit pasti sekalian buka lowongan istri.

Pulang kerja kemarin sore irma cerita kepada Wahyudi tentang rekan auditor yang sudah menikah lagi ini.  Komentarnya Wahyudi, "Wah, akhirnya ada juga yang kena tipu dia !"

Kok kena tipu sihh ??

Wahyudi terkekeh.  "He eh, itu becandaan teman-teman di pabrik.  Tiap kali ada yang nikah pasti dikomentarin, 'Akhirnya !  Ada juga yang mo ditipu sama elo !'."

Hmm.  irma menyilangkan kedua tangan di depan dada.  "Jadi, maksud kamu, aku kena tipu kamu, gitu ??!!!"

Ups.  Wajah Wahyudi pun berubah pias.  Speechless dia.  Nggak bisa ngomong apa-apa lagi.

.... owwwwww ... wakuuuuuuuu .... uuuuuuuu ..... tertipuuuuuuuuuuuuuuu ........ (dari satu lagunya Nugie)

 

 

bangsa yang paling bahagia di dunia

... dikutip dari milis b2w-indonesia@yahoogroups.com ...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Ada hasil survei terbaru yang lumayan menghebohkan baru-baru ini. Siapakah
 "Bangsa yang Paling Bahagia di Dunia"? Apakah bangsa yang paling makmur?
 Paling kaya-raya di dunia? Ternyata tidak juga. Amerika hanya ada di urutan
 23. Banyak bangsa-bangsa terkaya, menurut survei ini justru tidak terlalu
 bahagia. Berdasarkan data yang dikumpulkan Adrian White dari Universitas
 Leicester, dengan sumber-sumber yang ekstensif (UNESCO, CIA, the New
 Economics Foundation, WHO, etc), dan mencakup 80.000 responden di seluruh
 dunia, maka diperoleh hasil, bahwa bangsa paling bahagia di dunia  adalah. ..
 DENMARK. Dan dari sini juga dihasilkan peringkat global bangsa-bangsa,  dari
 yang paling bahagia sampai yang paling tidak bahagia.

 Inilah daftarnya (20 besar, Satisfaction With Life Index) :
 1. DENMARK
 2. Swiss
 3. Austria
 4. Islandia
 5. Bahama
 6. Finlandia
 7. Swedia
 8. Bhutan
 9. Brunei
 10. Canada
 11. Irlandia
 12. Luxemburg
 13. Kosta Rika
 14. Malta
 15. Belanda
 16. Antigua
 17. Malaysia
 18. Selandia Baru
 19. Norwegia
 20. Seycheles

 Dan yang lainnya :
 23. Amerika
 26. Australia
 35. Jerman
 41. Inggris
 53. Singapura
 64. INDONESIA
 76. Thailand
 82. China
 90. Jepang
 102. Korea Selatan
 125. India

 Dan 3 negara yang paling merana hidupnya adalah :
 176. Kongo
 177. Zimbabwe
 178. Burundi. ^
 
 INDONESIA, lumayan, berada di urutan tengah, dan lebih bahagia dibanding
 saudara-saudaranya sesama manusia di Thailand, China, Jepang, Korea, dan
 India. Padahal Jepang, Korea Selatan, dan China jelas-jelas jauh lebih kaya
 dan makmur dibanding kita.

 Kebahagiaan disini diukur dari kepuasaan subyektif masyarakatnya pada
 Tingkat Kesehatan (dan juga akses kesehatan murah), Kekayaan Relatif, dan
 Akses Ke Pendidikan. Bangsa yang sehat dan ongkos kesehatannya terjangkau,
 memiliki kekayaan yang cukup, dan tingkat pendidikannya cukup baik katanya
 akan relatif lebih bahagia.

 Tapi faktor yang juga penting disini adalah tingkat Pengharapan, atau
 Ekspektasi terhadap hidup. Semakin rendah ekspektasi masyarakatnya, makin
 mudah dia bersyukur dan berbahagia. Sedang makin tinggi ekspektasi
 seseorang, makin banyak Keinginannya, makin sulit dia merasa puas, dan bahagia.

 DAN KENAPA DENMARK PALING BAHAGIA?

 Berdasarkan penelitian, orang-orang Denmark sangat bahagia karena mereka
 selalu merasa hidup mereka cukup. Contentment. Mereka tidak sekaya orang
 Amerika atau Jepang, tidak punya mobil atau rumah super mewah, tapi mereka
 bersyukur dengan hidup mereka. Mereka kemana-mana juga lebih suka jalan kaki
 atau naik sepeda, karena lebih menyenangkan, santai, dan udaranya juga
 segar. Dan mereka tidak usah pusing soal banyak hal, dari mobil yang mesti
 bagus, pembayarannya, perawatannya, bensinnya, atau macet di jalan. Naik
 sepeda memang menyenangkan.

 Mereka tentu juga ingin hidup lebih baik, sukses, materi, tapi tidak  merasa
 perlu sampai diperbudak kesuksesan. Sukses itu penting, tapi menikmati
 hidup, keluarga, dan teman adalah nilai hidup yang utama, dan sukses tidak
 perlu mengganggu hal itu. Pendidikan disana gratis. Begitu juga dengan biaya
 kesehatan, dan Jaminan penuh untuk Hari tua. 3 hal yang mungkin terpenting
 dalam hidup, dan mereka menikmatinya dengan gratis berkat pemerintahan  yang baik.
 Masyarakat Denmark ternyata juga cenderung punya harapan yang rendah.
 Mereka berusaha, tapi tidak pernah berharap macam-macam. Ini membuat tiap
 kesuksesan kecil saja sudah membuat mereka begitu bahagia. Dan bila gagal,
 mereka lebih gampang menerimanya, dan mereka bisa langsung mulai berusaha
 lagi. Begitu saja.

 Dan bangsa-bangsa lain yang "tidak bahagia", termasuk banyak negara terkaya
 di dunia, adalah yang orang-orangnya cenderung tidak pernah puas. Mereka
 terdikte keinginan dan ambisi-ambisinya. Amerika contohnya punya american
 dreams. Masalahnya, dan ironi terbesarnya adalah, kalau anda sampai begitu
 bernafsunya mengejar kebahagiaan (dan kebahagiaan yang lebih besar), anda
 justru akan terjebak. Terjebak dalam pertempuran merebut kebahagiaan yang
 tidak pernah berakhir, dan anda justru tidak akan pernah merasakan
 kebahagiaan itu. Dan ini terbukti secara saintifik.

 "Happiness is as a butterfly which, when pursued, is always beyond our
 grasp. But which if you will sit down quietly, may alight upon you,"
  -  Nathaniel Hawthorne  - 

 Dan itulah bangsa paling bahagia di dunia. Denmark. Sebuah bangsa dengan masyarakat yang:
 1. Bersyukur, bersyukur, bersyukur
 2. Punya impian dan keinginan yang realistik
 3. Tidak membanding-bandingkan dengan orang lain
 4. Jaminan dari pemerintah yang cukup

 

 

Monday, July 13, 2009

we're in red

 

“Irma pake merah ya ?  Kalau gitu aku pake merah juga.”

 

 

Teman-teman di Sahabat Museum  tentunya tau Adep – juragan Batmus – pernah membuat kaos Plesiran warna merah.  Karena irma penggemar warna merah tentunya kaos tersebut irma beli.  Seperti biasa irma belikan untuk Wahyudi juga.  Tapi ternyata Wahyudi bukan penggemar merah.  Kaos itu jaraaaaaaaaaaaaaanggg sekali dia pakai.  Kalau udah nggak ada pilihan baju lain baru dia pakai.

 

Hari Sabtu lalu irma ke Bandung untuk merayakan ulang tahunnya Diella.  irma pakai satu baju kaus kesukaan.  Warnanya merah dengan tulisan ’The original name of urang Bandung’ berikut gambar-gambar orang bernama Kokom, Nengsih, Cecep, Usep, dan nama-nama khas Sunda lainnya.  Lucu sekali.  irma suka mengenakannya.

 

’irma pake merah ya ?’ tanya Wahyudi yang baru selesai mandi.  irma mengangguk.  Lalu Wahyudi berjalan ke lemari baju dan mengambil kaos Plesiran warna merah dari tumpukan paling bawah.  ’Kalau gitu aku pake merah juga.’

 

Terbengong-bengong irma melihat kelakuannya.  Karena seingat irma Wahyudi pernah bilang, ’Aku nggak pede pake merah.  Aku kan item.’  Lha sekarang kok malah pake merah ?

 

’Biar samaan dengan kamu.’

 

Dan irma pun tertawa.  Dulu ya, irma sering kali terheran-heran melihat Teteh yang sibuk berusaha menyamakan warna bajunya dengan suaminya.  Masalahnya selera warna mereka beda.  Teteh sukanya warna kuning dan coklat.  Suaminya suka warna putih dan biru.  Jadi seringkali Teteh kerepotan mencari baju yang sama warnanya dengan baju suaminya.

 

Nggak disangka-sangka ternyata sekarang justru Wahyudi yang bersikap seperti Teteh.

 

 

 

main rumah-rumahan

 

Udah beberapa minggu ini irma dan Wahyudi menghabiskan weekend di rumah kami di Cimanggis.  Biasanya kami ke sana Sabtu siang.  Beres-beres rumah, menggeser kotak-kotak, dan menata lemari.  Masih banyak kado pernikahan yang belum dibuka.  Wahyudi bilang emang sengaja jangan dibuka semua biar tiap minggu selalu ada kado yang dibuka.  ’Biar berasa pengantin baru terus,’ ucapnya.  Hahaha.

 

Kadang-kadang kami menginap di sana.  Bermalam minggu di rumah sendiri.  Paginya kami bersepeda di seputar Cimanggis.  Pertama kali nyepedah di sana kami terheran-heran karena ketemu begitu banyak penyepedah.  Ternyata emang ada track mountain bike di sana.  Tak heran sepanjang jalan Leuwinanggung itu berulang kali kami melambai-lambaikan tangan dan bunyikan bel sepeda, membalas sapaan dari rombongan penyepedah yang menuju ke track.  Tidak sedikit di antara mereka yang berseru, ’Yuk, ikut !’

 

Kembali ke rumah.  Usai mandi dan sarapan dimulailah pekerjaan rumah.  Dalam hal ini kiranya kami secara spontan langsung membagi tugas masing-masing : Wahyudi menyapu dan mengepel sementara irma nyuci dan nyetrika.  ’Dulu kalau Ibu bagi-bagi tugas kerjaan rumah aku nggak pernah mau disuruh nyetrika,’ Wahyudi bilang, ’karena kerjaan itu nggak bisa dibikin cepat.’  Wahyudi adalah seorang manufacturer sejati.  Baginya kecepatan adalah hal penting.  Kadang ia mengutip motto salah seorang capres yang (sepertinya akan) tereliminasi di putaran pertama, ’Lebih cepat lebih baik.’  Meski tak jarang ia harus mengulang kerjaannya karena saking cepatnya dikerjakan ternyata malah jadi salah atau tak sempurna.

 

Sementara irma yang tukang jahit emang udah biasa nyetrika.  Lagian, tempat nyetrikanya asik.  Di depan jendela menghadap jalan.  Irma bisa memandang siapapun yang melintas.  Kadang anak tetangga sebelah nyelonong masuk halaman mengejar kucing.  Pernah ibunya tiba-tiba muncul di depan jendela dan menyapa, ’Buuuu ... arisan bulan depan ikutan ya !’  Dooohhhh !

 

Beres ngrapiin rumah.  Waktunya menyiapkan makanan.  Dalam hal ini kami lakukan sama-sama.  Kami masak berdua.  Kalau dua-duanya lagi malas masak, ya beli aja.  Sama-sama kami bersepeda ke warung padang.  Atau beli nasi gudeg, atau soto kudus, atau apalah karena banyak pilihan tempat makan di sana.  Lalu pulangnya nyepedah lagi untuk bersantai di rumah.  Baca buku atau cuma duduk-duduk mengobrol di teras belakang.  Menikmati kebanggaan kami ; rumah yang dibeli dari hasil kerja dan tabungan bersama.  Tanpa campur tangan orang tua atau saudara.

 

It’s really good to be home.  Our home.

 

 

 

 

Sunday, July 12, 2009

menyenangkan hati orang lain

 

Ini hari pertama siswa masuk sekolah setelah liburan.  Dapat dipastikan sejak pagi jalanan bakalan padat kendaraan.  Apalagi ini hari Senin.  Selalu macet di hari pertama masuk kerja setelah weekend.  Jadi irma harus berangkat pagi-pagiiii sekali kalau nggak mau berdiri dalam bis sepanjang perjalanan ke kantor. 

 

Jam setengah empat irma bangun.  Pagi ini nggak nyuci tapi harus nyetrika.  Setrika baju kerja irma dan seragam pabrik Wahyudi.  Dan beberapa kaus untuk di rumah.  Abis gitu mandi.  Trus sholat Subuh.  Lima menit menjelang jam lima pagi irma udah siap berangkat.

 

Justru jam segitu Wahyudi baru bangun.  He eh, dia sih pabriknya dekat.  Biasanya dia pergi jam enam pagi.  Makanya wajar kalau dia bangunnya jam lima.  Nggak kayak irma yang bangun lebih dulu daripada ayam jantan berkokok nandakan matahari terbit (eh, masih kayak gini nggak sih kelakuan ayam jantan sekarang ???)

 

’Yah, irma dah mo pergi ya ??’ Wahyudi bergumam muram.

 

irma melirik jam dinding.  Tepat jam lima pagi.  Kalau irma berangkat saat itu irma masih dapat bis pertama yang nggak terlalu padat penumpang.  Artinya, irma bisa duduk nyaman bahkan lanjut tidur dalam perjalanan ke kantor.  Tapi kalau pakai bis kedua atau berikutnya irma bakalan berdiri sepanjang jalan.  Plus jalan mulai macet padat merayap.

 

’Yudi mau teh ?’ irma menyalakan pemanas air.  Lima menit kemudian kita duduk berdua di depan meja.  Wahyudi minum teh manis, irma minum susu coklat hangat.  Bahas topik yang Wahyudi ajukan, ’Kenapa kalau hari Senin malas sekali pergi kerja tapi kalau hari Jumat semangat banget pengen cepat pulang ?’

 

Jam lima lewat lima belas menit irma menyalami Wahyudi dan beranjak, ’Aku berangkat dulu ya.  Daggh.’  Wahyudi tersenyum.  ’Hati-hati ya,’ katanya.

 

Jam setengah enam irma sampai di halte.  Pas banget bis menuju Blok M bersiap jalan.  Kondektur bukakan pintu belakang untuk irma.  Dapat dipastikan irma nggak dapat tempat duduk.  Tapi penumpang yang berdiri pun nggak terlalu banyak jadi irma nggak sampai berdesak-desakan.

 

irma pun berdiri sepanjang perjalanan.  Tapi lelah berdiri selama tiga puluh menit itu nggak berasa apa-apa dibandingkan senangnya mengobrol lima belas menit tadi. 

 

Aku masih ingat matanya berbinar waktu aku bilang, ’... nggak apa-apa, aku masih bisa pakai bis yang berikutnya kok ...’

 

 

 

 

sepatu pemberian suami

 

“Irma, aku beliin kamu sepatu.”

 

 

Wahyudi belikan irma sepatu.  Jangan kira itu sepatu khas cewek model stilletto, pump heels, atau yang cantik bertali-tali.  Bukan.  Bukan yang seperti itu.

 

Dia belikan irma safety shoes.

 

Yap.  Safety shoes alias sepatu pengaman.  Yang ujungnya dilapisi besi bisa menahan beban hingga 2 ton.  Yang solnya terbuat dari bahan anti slip dan rembesan bahan kimia tingkat keasaman tinggi.  Terbuat dari bahan kulit dengan garis spotlight yang berpendar di ruang gelap, mulai dari samping tepat di mata kaki memanjang hingga bagian belakang di atas tumit.

 

Sisi perasaan cewek irma bilang, ’Dih, ini pemberian kok nggak ada romantis-romantisnya.’  Tapi logika irma berkata, ’Wah, perhatian sekali dia.  Tau aja irma lagi perlu safety shoes baru.’ 

 

Sepatu pengaman irma yang lama emang udah robek-robek bagian sampingnya.  Meski masih bisa melindungi kaki dari beban berat tapi nggak janji aman kalau kena tetesan bahan kimia.  Padahal akhir-akhir ini irma sering ditugaskan audit lingkungan yang bikin irma ngblusuk-blusuk hingga ke pengolahan limbah dan laboratorium kimia.

 

Lagian udah terbukti sejak dulu kalau kaki irma nggak bersahabat dengan sepatu khas cewek.  Kenapa sih sepatu cewek tuh harus ramping menyiksa kaki ?  Bikin sakit bukan cuma kaki tapi juga kepala.  Udah gitu nggak praktis untuk orang yang ke mana-mana naik angkot atau naik-turun bis seperti irma.  Dan kalau dipikir lebih jauh, irma lebih sering berangkat audit daripada berdiam di kantor.  Jadi emang (buat irma) lebih penting safety shoes daripada sepatu biasa. 

 

Dengan demikian logika irma yang menang.  

 

Hampir tiap hari sepatu pengaman itu irma pakai karena hampir tiap hari irma berangkat audit.  Ke Padang, Pasaman, Batam, Dumai, Bekasi, Tangerang,  juga Singapore.  Nggak jarang irma dapati rekan auditor lain memandangi safety shoes irma dengan pandangan iri.  Mereka pakai safety shoes juga tapi bukan yang seperti irma punya.  Safety shoes mereka disediakan oleh kantor yang menurut mereka, ’... modelnya standar banget dan nggak asik ...’

 

Makanya irma seringkali nggak tega dengar mereka berkomentar, ’Bu Irma, safety shoes nya bagus ya.  Modelnya casual nggak seperti sepatu pengaman.  Pengen deh.  Beli di mana sihhh ?’

 

Nggak tega karena pernah irma menjawab, ’He eh, sepatu saya ini dibeliin suami.’  Sehingga kemudian terjadilah koor patah hati, ’Oooooooooooohhhhh .............’

 

 

 

Sunday, July 5, 2009

weekend at laundry room

"Ada yang bisa aku bantu ?"

Ampun deh.  Dua bulan terakhir ini jadwal audit berderet kayak gerbong kereta api babaranjang (batu bara rangkaian panjang).  Nggak berhenti-hentinya setiap hari.  Walhasil tiap malam sampai rumah badan capek banget pengennya langsung nggeletak.  Nggak sempat nyuci.  Masih bagus kalau menyempatkan diri tuk mandi.  Kalau nggak mandi kan kasihan teman tidurnya .

Di hari Sabtu baru irma bisa nyuci.  Karena udah seminggu nggak nyuci jadi cuciannya seabrek-abrek.  Nyuci bisa berkloter-kloter.  Pakaian putih dulu, baru yang berwarna.  Warna gelap dan mudah luntur dicuci terakhir. 

Kadang-kadang Wahyudi menemani irma di ruang cuci.  "Ada yang bisa aku bantu ?" selalu begitu tanyanya.  Apa ya ?  Kayaknya nggak perlu deh.  Kan irma pake mesin cuci.  Meski ada juga yang harus dikerjakan tangan seperti mengucek dan menyikat pakaian yang kotor banget.

Meski irma bilang bisa ngerjain sendiri, Wahyudi tetap di ruang cuci.  Biasanya dia bantu irma menyikat kaus kaki.  Srek srek srek, sambil mengobrol kita menyikat pakaian.  Lalu sama-sama menjemur cucian keluaran mesin pengering.

Buat irma, Sabtu adalah hari mencuci.  Tapi Wahyudi bilang Sabtu adalah waktunya memeluk istri.  Yang terjadi kemudian adalah adegan ala Demi Moore dan Patrick Swayze dalam film Ghost versi babu cuci.  Bukan pottery.

 

 

Wednesday, July 1, 2009

Sing Sing lah - Singapore Singkat kalilah

"Bu, tanggal 1 Juli kosong ?  Kalau nggak ada jadwal, bantu saya audit di Singapore ya."

Hampir tiap bulan audit ke Batam tapi baru kali ini irma berkesempatan nyeberang ke Singapore.  Tapi cuma sehari. Itu pun pakai ferry terakhir.  Walhasil sampai Singapore udah jam sebelas malam.  Masuk kamar hotel menjelang tengah malam.  Padahal ini pertama kalinya irma ke Singapore.

Besok paginya berangkat audit.  Lalu sorenya langsung ke Changi airport untuk terbang ke Jakarta.  Karena besoknya harus audit di Cipinang.  Ke Jakarta aku kan kembaliiiii .... walau apapun yang kan terjadi  (ngutip syair lagunya Koes Bersaudara).

Jadi apa kesan irma tentang Singapore ?  Nggak ada beda dengan Hong Kong.  Banyak gedung tinggi dan jalan halus mulus.  Tapi irma tetap lebih suka di Jakarta.  Kasur di hotel memang enak.  Tapi tetap jauh lebih enak tempat tidur di rumah sendiri.  Meski rumahnya kecil dan banyak perabot.  Juga masih harus dicicil sampai lunas sembilan tahun lagi.  Home sweet home.  Nggak ada yang ngalahin itu.  Selalu terasa kangen untuk pulang tiap kali pergi jauh.

...... lagian di Singapore irma cuma duduk di muka jendela, menatap temaram lampu Nanyang Academy of Fine Arts di kegelapan malam ......