Wednesday, September 29, 2010

she's gone

 

... akhirnya, Soklat tidak bertahan hidup ...

Tadi pagi kami temui badannya telah kaku.  Soklat, Soklat, akhirnya kamu menyusul Fighter juga.  Mungkin memang itu yang terbaik untukmu.  Maafkan kami tidak bisa mengasuhmu sebaik indukmu.  Semahal-mahalnya susu formula memang tidak ada yang bisa mengalahkan air susu ibu.

Padahal tadi malam kelihatannya Soklat makin membaik.  Ia sudah bisa mengangkat kepala sendiri.  Kaki depannya pun mencakar-cakar tiap kali Wahyudi menyendokinya susu, seolah-olah ingin turut memegang sendok.  Tapi siapa sangka sih, paginya kami temui ia telah pergi.

Kiri, sodaranya, seolah turut merasa sedih.  Pagi tadi dia muram saja.  Nggak seperti biasanya ribut mengeong-ngeong.  Dia duduk diam di sudut ambang pintu menatap irma dengan pandangan mata memelas.

"Kiri, Kiri, kamu sedih ya Soklat pergi ?" irma mengelus-elus kepalanya.  Kiri menyurukkan kepalanya makin dalam ke telapak tangan irma.

Kemarin-kemarin irma lihat Kiri selalu bersama Soklat.  Saat Soklat tergolek lemas, Kiri duduk menempel di sampingnya.  Satu kaki depannya mengitari leher Soklat, seolah-olah ia sedang memeluknya.  Tidur pun begitu.  Hingga tadi malam irma lihat Kiri tidur berdampingan dengan Soklat.  Kepalanya menempel pada kepala Soklat.  Satu kaki depannya memeluk leher Soklat.  Mungkin ia ingin memberi kekuatan pada Soklat.  Atau kehangatan.

"Memang kucing bisa merasa sedih juga ?" tanya Wahyudi.

Nggak tau.  Tapi irma merasa kucing tak ubahnya manusia juga.  Punya hati dan emosi.  Berarti punya perasaan juga kan ?

"Hmm ... iya mungkin juga sih," kata Wahyudi.  "Tapi yang jelas, kucing-kucing ini tau siapa yang sayang sama mereka.  Tiap kali kamu datang, mereka selalu menghampiri kamu ir.  Biarpun aku yang kasih mereka minum tapi mereka lebih suka main-main sama kamu daripada sama aku."

irma mengelus-elus Kiri dan Leader berganti-gantian.  Wahyudi bersiap-siap mengubur jenazah Soklat.  Kiri, Leader, semoga kalian tetap survive ya.  Soklat, may you rest in peace.

 

 

Tuesday, September 28, 2010

hari ini, Wahyudi bawa anak kucing ke tempat kerja ...

 

... karena Soklat - anak kucing di rumah - lagi sakit.

Kemarin sore waktu kami pulang dia tergolek lemah di teras belakang.  Lemeeeeesss banget.  Ngangkat kepala aja dia nggak bisa.  Wah, dehidrasi nih.  Soklat memang seharusnya masih menyusu sama induknya.  Tapi dua minggu yang lalu induknya menghilang, bareng dengan kucing-kucing lain di sekitar rumah.  Kayaknya ada yang sweeping kucing liar dan induknya Soklat terkena razia, hiks.

Sejak itu kami berdua mengasuh Soklat.  Dan kedua sodaranya Leader dan Kiri.  Sebenarnya ada satu lagi, si Fighter.  Tapi dia nggak bertahan lama.  Dua hari setelah induknya pergi dia wafat.  Sebaik-baiknya susu formula yang kami berikan kepadanya memang tidak ada yang bisa menandingi air susu ibu.

Leader dan Kiri tidak terlalu bermasalah dengan susu formula.  Mereka lahap sekali tiap kali kami menyendoki mulut-mulut kecil mereka dengan susu.  Malah seringkali minta tambah.  Yah, habisnya kami cuma berkesempatan memberi mereka minum di pagi dan malam saat kami di rumah.  Hanya waktu weekend kami bisa memberi mereka minum lebih sering.

Tapi Soklat, dia agak susah.  Baru dua sendok kecil susu masuk ke dalam perutnya, mulut sudah ia tutup.  Sepertinya pencernaan ia bermasalah.  Tipikal kucing liar, pasti aja mengidap cacingan.  Sekali waktu irma kasih obat cacing, langsung seharian itu berkali-kali cacing mati keluar dari anusnya.  Setelah itu dia mulai agak lahap meminum susu.  Tapi tetap aja nggak bisa banyak-banyak.  Nggak seperti kedua sodaranya. 

"Waduh, gimana nih ?  Kalau dibiarkan nanti Soklat menyusul Fighter," kata Wahyudi tadi pagi saat menyendoki Soklat.  Soklat memang tidak selemah tadi malam tapi tetap aja badannya lemes.

"Kubawa ke pabrik aja deh, nanti jam istirahat aku kasih susu lagi," ujar Wahyudi kemudian.

irma terbengong-bengong.  Nggak salah nih, bawa anak kucing ke tempat kerja ??  Kalau ibu pergi kerja bawa anaknya, itu sih biasa.  Beberapa teman kerja irma pernah bawa bayi mereka ke kantor karena di rumah nggak ada yang njagain.  Tapi bawa anak kucing ?? 

"Yah habis gimana, daripada nanti Soklat nggak selamat ?"

Hmm, iya juga sih.  irma lalu bantu Wahyudi menyiapkan keperluan Soklat.  Keranjang tempat ia tidur, alas tidur, susu, juga tissue untuk membersihkan dirinya setelah minum.  "Susunya harus disimpan dalam botol termos nggak, biar tetap hangat ?" tanya irma. 

"Nggak," jawab Wahyudi.  "Emangnya anak orang ??"

Huehehehe, kali-kali aja Wahyudi memperlakukan Soklat seperti anak orang.

Soklat ditidurkan dalam keranjang.  Kiri dan Leader memperhatikan saat kami membawa keranjang itu ke mobil.  Kedua anak kucing itu sempat berusaha melompat masuk ke dalam keranjang.  "Nggak boleh, kalian berdua kan nggak apa-apa.  Kali ini Soklat aja.  Kan Soklat lagi sakit," lembut Wahyudi mendorong mereka kembali ke teras belakang.

Sepanjang perjalanan Soklat mengeong-ngeong dari kursi belakang.  Mungkin ia merasa asing.  Atau mungkin juga ia turut menikmati lagu-lagunya Bon Jovi yang kami pasang.  "Bye Soklat," irma menjenguknya sebelum turun di jalan raya Cibubur - Cileungsi untuk menunggu bis.  "Cepat sembuh ya."

Lalu Wahyudi lanjut perjalanan ke pabrik di Pondok Ungu, Bekasi.

Satu jam kemudian irma dapat sms darinya.  "Udah di pabrik.  Soklat baik-baik aja.  Tadi dia minum susu lima sendok.  Sekarang dia di kolong mobil dalam keranjangnya.  Nanti waktu istirahat aku tengokin dan kasih susu lagi."

Pffff ... syukurlah.  Semoga Soklat makin membaik.

 

 

Tuesday, September 21, 2010

over weight


wuiiiii ... dah 7 bulan nih !  mulai memasuki trimester ketiga.

Kemarin irma cek kehamilan ke dokter kandungan.  Sempat harap-harap cemas ketika naik ke atas timbangan karena waktu pemeriksaan terakhir berat badan irma naik banyak sekali.  Makanya disuruh dokter diet karbohidrat dan gula.  Ibu hamil disuruh diet, hiks.

Alhamdulillah, berat badan irma stabil.  Yaaaa ... naik dikit sih tapi cuma 2 ons.  Masih bisa ditolerir, kata Bu Dokter.  Pfffff, leganya.

Tapi waktu di-USG, ternyata justru berat si adek bayi yang kelebihan.  Bu Dokter bilang beratnya lebih 200 gram dari berat normal untuk usia kandungan 7 bulan.

Hahaha, masih juga di dalam perut si adek udah obesitas.  Gimana nyuruh dietnya ???



Saturday, September 18, 2010

cooking day


"Ir, lebaran bikin ketupat dong ?"

Menjelang lebaran tahun lalu Wahyudi meminta irma bikin ketupat.  Tapi karena irma belum pede buat masaknya (kan nggak mungkin bikin ketupat aja, harus ada lauk pauknya juga !) jadi permintaannya itu nggak bisa irma penuhi.

Lebaran tahun ini, irma berniat bikin ketupat.  Dan teman makannya juga tentu.

Sehari sebelum lebaran irma baru cuti mengikuti cuti bersama aturan pemerintah.  Jadi baru hari itu irma bisa masak-masak buat lebaran.  Sebenarnya bisa aja sih nambah cuti.  Tapi karena minggu sebelumnya irma nggak masuk kerja selama 3 hari akibat disuruh dokter bedrest, jadi banyak kerjaan kantor yang tertunda.  Walhasil, nggak jadi deh nambah cuti.

Rabu malam sepulang kerja irma belanja di supermarket dekat rumah.  Alhamdulillah, belum terlalu rame yang belanja.  irma masih dapat daging sapi yang bagus dengan harga normal.  Kebayang kalau belanjanya besok pagi.  Pengalaman tahun kemarin, sehari sebelum lebaran supermarket rameeeee sekali.  Sampai serasa lagi jalan di gang senggol belanja di sana.

Rencananya hari Kamis itu mulai masak setelah Subuh.  Tapi karena leyeh-leyeh dulu di tempat tidur jadinya jam delapan pagi baru mulai kerja di dapur.  Nggiling cabe, ngulek bumbu, sambil merebus daging.  Setelah itu, mulai deh masak rendang.

Kebetulan Mama dan Adek Diella datang dari Bandung tadi malam.  Lumayan, jadi ada bantuan buat njagain santan.  Hahaha, dulu Mama yang nyuruh irma berdiri depan kompor buat ngaduk-ngaduk santan biar nggak pecah.  Sekarang gantian Mama bantuin irma masak rendang.  "Awas ya, jangan sampai santannya pecah," canda irma.  Tersenyum-senyum Mama bilang, "Aaah, ntar kan santannya jadi rabuk juga."  Nah, jawaban irma dulu tiap kali disuruh Mama njagain santan pun sekarang dicontek Mama, hahaha.

Ternyata masak dibantuin Mama malah mengundang perdebatan.  Rupanya ada perbedaan metoda bikin rendang antara Mama dengan irma.  Menurut Mama, seharusnya waktu ngerebus daging tuh sekalian sama bumbunya juga.  Dan selama ngerebus daging santannya juga mulai dimasak di kompor yang lain sambil diaduk-aduk.  Setelah rebusan daging habis airnya baru digabung dengan santan.  Kemudian lanjut ngaduk-ngaduk sampai santan kering.

irma menunjukkan contekan irma memasak (huehehehehe, irma kalau masak masih buka-buka buku resep).  irma tunjukkan kalau menurut resep itu, dagingnya direbus pakai air aja.  Setelah empuk baru dimasukkan ke dalam campuran santan dan bumbu-bumbu yang udah digiling halus.  Abis itu, mulai deh diaduk-aduk terus sampai santan mengering.

Baik Mama maupun irma sama-sama bersikukuh metoda masing-masinglah yang benar.  Akhirnya Wahyudi menengahi, "Udah, nanti kita bandingin aja di hasil akhirnya."  Dari Bandung memang Mama membawa rendang buatannya.  Tapi rendangnya belum kering benar.  Istilahnya, masih kalio belum jadi rendang.  Jadi kompor yang satu lagi dipakai buat menyelesaikan rendang Mama.

Di sela-sela memasak rendang irma menyiapkan bahan-bahan buat masakan berikutnya.  Ngupas kentang, goreng kentang, ngerebus telur puyuh, ngupas kulitnya, merajang labu, dan meracik bumbu.  Sementara itu Wahyudi irma pinta belanja kulit ketupat dan isi gas 3 kg buat cadangan.  "Hah, kau pakai gas 3 kg juga ??  Hiiii ... ngeri !  Awas meledak ah !" seru Mama ketakutan.

Menjelang Maghrib baru rendang selesai.  Whuih, 10 jam cuma buat bikin satu masakan !  Tebakan irma sih, kayaknya irma kebanyakan pake santan makanya sampai lama gitu masaknya biar santan benar-benar kering.  Beberapa kerat daging pun melebur dengan rabuk karena kelamaan masaknya.  Memang sewaktu masih kalio tadi Mama menyarankan disudahi aja masaknya daripada nanti dagingnya habis.  Tapi Wahyudi bilang kalau cuma kalio sih nanggung, kurang enak makannya nanti.  Jadi masak rendangnya diteruskan sampai santan benar-benar kering nggak ada minyak lagi. 

"Nah tuh kan, apa Mama bilang.  Jadi hancur dagingnya," kata Mama waktu melihat rendang hasil masakan irma.  irma jadi sedih.  Yah, gagal ya.  Tapi Wahyudi menghibur irma, "Nggak apa-apa kok.  Banyak rabuk gini kan malah jadi enak makannya."

Masak menu lebaran sempat disela dengan bikin ayam paprika buat makan malam.  Abis itu lanjut lagi dengan masak ketupat, bikin sambal goreng kentang, dan sayur labu.  Seharian itu irma nggak beranjak dari dapur.  Jam sebelas malam waktu Wahyudi akan pergi ke Detos untuk menjemput Bu Isna dan Abang Kiddie yang datang dari Bandung pake travel, irma mulai kepayahan. 

"Udah ir, istirahat dulu," kata Wahyudi khawatir.

Tapi irma memang orang yang keras kepala.  Kalau sudah memulai harus diakhiri dengan benar.  Jadi irma bersikukuh terus memasak sampai selesai.  irma menggeret kursi tinggi ke depan kompor.  Sambil duduk irma terus menyelesaikan masakan.  Pas jam dua belas malam semua masakan selesai.  irma lalu menata meja buat besok pagi.  Makanan yang udah siap dan nggak perlu dipanaskan langsung irma siapkan di meja.

Jam setengah satu Wahyudi, Bu Isna, dan Abang Kiddie tiba.  "Hah, masih kerja juga ??!" Wahyudi terkejut lihat irma masih di dapur.  "Udah selesai kok masaknya.  Tinggal beres-beres aja," irma bilang.  irma memang lagi ngebersihin kompor dan sekitarnya dari percikan santan dan kuah.  "Udah, biar aku aja yang bersihin.  Kamu tidur aja sana," Wahyudi mengambil lap dari tangan irma.  Menuruti kata-katanya irma pun masuk kamar tidur.  Langsung tepar nggeletak tanpa ganti baju.

Jam empat irma terbangun.  Wah, harus segera siap-siap nih.  Di rumah ini kamar mandi cuma satu.  Padahal sekarang selain irma dan Wahyudi ada Mama, Bu Isna, Abang Kiddie, dan Adek Diella.  Karena semalam kurang tidur maka irma putuskan mandi pakai air hangat biar badan nggak meriang. 

Selesai irma mandi gantian Mama yang masuk kamar mandi.  Berikutnya Adek Diella, Wahyudi, Abang Kiddie, dan Bu Isna.  Sementara irma menyiapkan teh manis hangat dan makanan untuk sarapan sebelum berangkat sholat Ied.  irma minta bantuan Adek Diella untuk memotong-motong ketupat.  Susahnya minta tolong sama Adek Diella, banyak banget tawar-tawarannya.  Mana pas kerja perhatiannya mudah teralih lagi.  Bwahhh !

Lima belas menit sebelum pukul tujuh pagi kami berangkat sholat Ied.  Saat mendengarkan khotbah usai sholat, irma mulai terkantuk-kantuk efek kurang tidur.  Untung khotbah Ied kali itu nggak terlalu panjang.  Nggak sampai satu jam kemudian kami sudah kembali ke rumah.

Sampai di rumah setelah bersalam-salaman mohon maaf lahir dan batin, kami mulai makan.  Pake ketupat, rendang, sambal goreng kentang, sayur labu, dan kerupuk udang.  Tapi irma nggak selera makan hidangan lebaran tersebut.  Kata Mama sih memang begitu, yang masak malah males makan hasil masakan sendiri.  Mungkin karena udah kenyang masaknya.  Jadi ingat Mama juga biasanya cuma sedikit aja makan hasil masakannya.  Nggak dikira ternyata irma pun mengalami itu.

Jadi irma makan apa ?

Terus terang sebenarnya saat itu irma pengeeeeeeeennn sekali makan spagheti carbonara.  Kebayang saus kejunya beserta irisan jamur.  Mmmmm ... yummy.  Tapi ya saat itu cuma bisa berharap aja.  Beruntung kemarin tetangga sebelah baru pulang dari Palembang dan kasih oleh-oleh pempek.  Jadi pagi itu irma bisa puas-puas makan pempek.  Nggak digoreng cuma dikukus aja.  Hmmm pempeknya enak !  Berasa sekali ikannya dan cukanya itu lho, puedeeeesssssss !  Mantap banget nghirupnya.  Hari itu irma serasa lebaran di Palembang karena menyantap pempek, hahaha.

Sementara yang lain menikmati ketupat dan aneka masakan bersantan itu.

"Wuih, rendangnya !  Bumbunya mantap banget.  Nendang !"
"He he, iya.  Banyak rabuknya lagi."
"Sayur labunya nih, enak."
"Sambal goreng kentangnya juga enak."
"Enak-enak kok semua.  Tante irma bisaan ya masaknya."
"Tambah aaaah, kalau udah di Bandung nanti belum tentu bisa makan enak kayak gini lagi."

irma terbengong-bengong dengar percakapan yang lagi pada makan ketupat dan kawan-kawannya itu.  Beneran nih, enak ???  Waktu irma menoleh ke meja makan, waks dah habis !  Tinggal sayur labu dan beberapa potong ketupat.  Juga beberapa kerat rendang Mama sementara rendang bikinan irma habis sampai ke rabuk-rabuknya.  Padahal hampir dari satu kilo daging tuh bikinnya.  Apa irma kurang banyak masaknya ya ???  Untung sebagian rendang dah diamankan.  Wahyudi minta untuk dibawa ke rumah orang tuanya saat kami berlebaran ke rumah mereka di Pisangan.

irma menunduk menatap kedua tangan irma.  Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, kata irma dalam hati.  Kau berikan keterampilan padaku untuk membuat sesuatu yang berguna dan disukai orang-orang yang kucintai.

Tiba-tiba Mama datang menghampiri.  Beliau mencium kening irma.  "Selamat ya Nak, kau udah pintar masak sekarang.  Masakanmu enak !"

Waaaaaaaa ....... jadi hilang deh capek masak seharian kemarin !

Namun Wahyudi yang berdiri yang di belakang Mama nyeletuk, "Tapi masaknya masih lihat contekan tuh.  Lain kali nggak boleh open book ya."

Huahahahahahahahaha.



Monday, September 6, 2010

bikin rendang


irma paling males masak rendang.

Bukan cuma rendang sih.  Tapi juga masakan bersantan lainnya.  Gara-gara waktu kecil maleeeessss banget tiap kali disuruh Mama njagain dan ngaduk-ngaduk santan saat bantu Mama masak rendang.  Perasaan buang-buang waktu aja berjam-jam berdiri depan kompor buat ngaduk-ngaduk santan.  Mana panas lagi.

Tapi Wahyudi suka sekali makan rendang.

"Asiiiiikkk ... makan rendangnya Bu Wisda !" serunya kesenangan dalam perjalanan ke rumah Adep minggu lalu dalam rangka memenuhi undangan buka bersama Batmus sekalian merayakan ulang tahun Pak Amran yang ke 70.  Rendang buatan Bu Wisda memang terkenal enak ke seluruh penjuru komunitas Batmus.

Kasihan.  Wahyudi cuma bisa makan rendang kalau ;
  1. Ke rumah Bu Wisda (dengan catatan Bu Wisda nya nggak kecapekan jadi bisa masak rendang).
  2. Ke rumah Mama (itu pun kalau Mama lagi bikin rendang !)
  3. Ke rumah makan Padang (dan ini sangat jarang karena irma bukan penggemar masakan Padang)
Oleh karena itu Minggu sore kemarin seusai nyiapin hidangan berbuka puasa irma nyobain bikin rendang.  Ngulek bumbu, nggiling cabe.  Biar praktis irma pakai santan kemasan yang siap pakai.  Konon katanya justru santan segar yang baru diperas dari parutan kelapa yang bikin rendang jadi enak.  Tapi yah, kali ini pakai yang siap sedia dulu saja lah.

"Lama juga ya ?"

Begitu komentar Wahyudi tiap kali bolak-balik ke dapur melihat irma masak rendang.  Dih, emang bikin rendang tuh lama !  Ngabisin waktu dan energi.  Makanya biasanya Mama kalau bikin rendang sekalian banyak untuk persediaan lauk seminggu.

Akhirnya menjelang tengah malam jadi juga rendangnya.  irma langsung tepar tergeletak di tempat tidur.  Wuihh, capeknya masak rendang sejak selepas Maghrib tadi.

Walhasil, kesiangan bangun sahur.  Waks, tinggal 10 menit menjelang imsak !

Untung malamnya udah masak nasi dan nyiapin air panas.  Jadi dini hari itu Sutan Sati sahur nasi jo randang.  Plus teh manis hangat.

"Hmmm ... enak."

Itu komentarnya setelah suapan pertama.  Weitss, beneran nih ???  Jarang-jarang dia memuji masakan irma.

"Tapi ..."

Nah tuh kan, masih ada kelanjutannya.

"... kurang banyak !"

Hahahahaha, irma memang cuma dikit bikin rendangnya.  Dari seperempat kilo daging sapi saja.  Namanya juga baru nyobain.  Lagipula wajan di rumah kecil-kecil, nggak ada wajan besar yang bisa buat bikin rendang berkilo-kilo seperti Mama biasa pakai. 

"Jadi, (buat) lebaran nanti bikin rendang lagi ya ??" mata Wahyudi berkedip-kedip memohon.

Wah, bakalan tepar lagi deh !



Saturday, September 4, 2010

selimut


irma adalah penggemar Winnie the Pooh.

Tapi dari semua karakter dalam serial Winnie the Pooh, irma paling suka dengan Eeyore.  Nggak tau kenapa.  Padahal Eeyore selalu muram, jarang tersenyum, dan suka menyendiri.  Pernah sekali waktu Winnie, Piglet, dan Tigger berusaha menghiburnya.  Winnie mengajak makan madu, Piglet memasak untuknya, dan Tigger mengajaknya melompat-lompat.  Intinya mereka mengajak Eeyore melakukan hal-hal yang mereka sukai.  Justru kesukaan mereka itu tidak bisa dinikmati Eeyore.  Ternyata kesukaan Eeyore adalah duduk memandang langit, berimajinasi akan bentuk-bentuk awan yang ia lihat.  Memang kesukaan tiap individu beda-beda.  Yang asik buat seseorang bisa jadi menyebalkan buat orang lain.

Karena irma suka serial Winnie the Pooh maka Wahyudi jadi tau karakter-karakter dalam ceritanya.  Sekali waktu di kantornya ia melihat sekumpulan anak-anak PKL sedang mengunduh gambar-gambar kartun karakter Winnie the Pooh.  "Eh, ini kan Tigger, itu Winnie, Piglet, Roo, wah ada Eeyore juga," komentarnya. 

"Lho, Bapak kok tau ?" terheran-heran seorang anak PKL bertanya.
"Lha, saya kan di rumah tidur sama Eeyore," jawab Wahyudi.  Maksudnya dia tidur pakai selimut Eeyore punya irma.  Juga boneka Eeyore yang irma taruh di atas bantal.  Ternyata jawabannya itu mengundang reaksi tak terduga dari anak-anak PKL tersebut.

"Dih Bapak, amit-amit deh !"

Huahahahahahahaha.

Beberapa hari yang lalu waktu lagi jalan-jalan di plaza Cibubur sambil nunggu dijemput Wahyudi sepulang kerja, irma ketemu selimut bayi bergambar baby Pooh dengan baby Piglet, baby Tigger dan baby Eeyore.  Lucu sekali.  Kebetulan juga belum punya selimut bayi.  irma emang gitu, kalau nyengajain belanja malah nggak ketemu yang cocok.  Tapi kalau nggak niat, lagi iseng jalan-jalan, tau-tau aja dapat.  Jadi selimut bayi bergambar baby Pooh dan kawan-kawan itu pun irma beli.

Sampai rumah irma tunjukkan selimut itu ke Wahyudi.  "Niiih, aku dah dapat simbut buat si adek."

irma selalu bilang selimut dengan 'simbut', terpengaruh pembantu di rumah Mama dulu yang berasal dari Ciamis (apa emang itu istilah orang Sunda untuk selimut ya ???)

Wahyudi menatap selimut itu dengan pandangan cemburu.  "Aku kan, pengen dibeliin selimut juga," katanya.

irma tercengang.  Nggak nyangka ia bakalan bilang begitu.

"Yudi mau selimut Pooh juga ?" tanya irma.
"Nggak.  Aku mau selimut gambar Fernando Torres !"

GLOTAKKKK.   Perasaan demam Piala Dunia udah lama lewat.  Kok ya masih juga dia tergila-gila dengan pemain bola asal Spanyol itu ???

Hmmm ... baiklah.  Tapi di mana ya ada yang jual selimut gambar Fernando Torres ???




Thursday, September 2, 2010

melepaskanmu


irma, Mama, dan almarhum Papa adalah penyayang hewan.  Seringkali kami tak tega melihat kucing dan anjing yang terlantar.  Mama dan Papa sering merawat anak kucing dan anak anjing yang dibuang ke rumah kami.  Kalau irma, sering sekali bawa pulang anak kucing dan anak anjing yang ditemukan merana dalam perjalanan.  Anak kucing yang belekan matanya, anak anjing yang diikat batu di lehernya lalu dicemplungkan ke aliran air, anak kucing yang tercekik kantong plastik dan karet gelang, dan anak-anak kucing atau anjing yang disakiti lainnya. 

Pernah irma bertemu sekumpulan anak laki yang tertawa-tawa melihat anak anjing mendengking-dengking berusaha menyelamatkan diri dari tenggelam di kali kecil dekat rumah.  Di lehernya terpasang tali diberati batu.  Tiap kali anak anjing itu berusaha menepi, anak-anak lelaki itu malah mendorongnya ke tengah.  Waktu irma berteriak memarahi mereka, mereka malah balas berkata, "Teh, anjing itu haram !"  Trus, karena jilatan hidungnya dan bulunya yang basah itu merupakan najis maka jadi alasan untuk menyakitinya, begitu ???  Nggak baca Al Qur'an dengan benar ya ??  Anjing pernah menyelamatkan nabi kita.  Anjing pun bisa masuk surga.  Malah mungkin manusia yang suka menyakitinya justru akan masuk neraka.

Di rumah, anak kucing dan anak anjing yang disakiti itu kami rawat.  Dibersihkan badannya, diberi makan, susu, diobati lukanya, bahkan jika perlu dibawa ke dokter hewan.  Kami punya dokter hewan langganan dekat rumah.  Dari dia irma tau ciri-ciri hewan yang cacingan dan cara mengobatinya.  Umumnya anjing dan kucing yang berkeliaran liar di jalan mengidap cacingan.

Kadang luka yang diderita anak kucing atau anak anjing yang kami bawa pulang begitu parah hingga tak tertolong meski telah diobati dokter hewan.  Sedih rasanya.  Tapi lebih sedih lagi ketika anak kucing atau anak anjing itu telah sehat, gemuk, dan lucu, eeeehhhh diambil orang tanpa seizin kami.  Enak saja.  Dia tidak mau mengurusnya saat dekil dan sakit.  Mau enaknya saja saat sudah bersih dan cantik.

Ketika irma sedih kehilangan anak kucing atau anak anjing yang sudah lama kami pelihara, Papa biasanya menghibur dengan bilang, "Tugas kita merawat dia ketika sakit dan menyembuhkannya.  Sekarang dia udah sembuh.  Tugas kita udah selesai.  Sudah waktunya dia pergi.  Anggap aja kita perawat seperti Florence Nightingale."  Papa tau irma sangat terkesan dengan Florence Nightingale, the lady with the lamp.

Dan sekarang setelah bertahun-tahun tidak merasakan kehilangan seperti itu, irma mengalami lagi.

irma kehilangan Ucil. 

Dari tiga bersaudara - Ucil, Bellek, dan SongPut - tinggal dia yang bertahan.  Bellek mati kelindes.  SongPut hilang.  Tinggal Ucil sendirian.  Tebakan Wahyudi, SongPut diambil orang.  Karena dia putih, cantik, dan lucu.  Sedangkan Ucil loreng, dekil, dan matanya belekan.  Malah pernah matanya luka berdarah-darah seperti kena tusuk benda tajam.  Kayaknya dia abis diserang oleh kucing yang lebih besar.  Setiap hari irma dan Wahyudi membersihkan dan mengobati lukanya hingga matanya benar-benar sembuh.  Di hari Minggu yang cerah kami mandikan dia.  Setelah itu diberi tambahan susu.  Kalau sehari-hari ia cuma makan makanan kucing dan minum air keran.  Kami tidak pernah memberinya makanan sisa karena memang kami tidak pernah masak atau beli makanan berlebihan.

Lama kelamaan Ucil jadi makin sehat, gemuk, dan lucu menggemaskan.  Kaki-kakinya pendek berkaus kaki.  Bukan berarti dia pakai kaus kaki beneran sih.  Tapi karena keempat ujung kakinya berbulu putih jadi ia seperti pakai kaus kaki.  irma paling suka melihatnya jalan mengendap-endap di halaman depan.  Lalu tiba-tiba ia menerkam rumpun tanaman.  Kasihan, nggak ada SongPut lagi jadi dia main sendirian.  Kadang-kadang irma ajak dia main, becanda dengan tali yang diputar-putar di atas kepalanya.  Memanggil-manggilnya dengan panggilan berima, "Ucil kecil mungil dekil tengil."

Lalu Wahyudi akan menyambung, "Bangil, ekornya kayak buntil."
Hahaha, ekornya Ucil memang lucu.  Pendek bulat seperti ekor kelinci.

Udah beberapa hari ini Ucil nggak kelihatan.  Padahal tiap kali waktunya makan ia selalu berdiri di depan pintu di barisan paling depan.  Kadang-kadang ia meringkuk, merapat ke lantai untuk menghindari serangan kucing-kucing yang lebih besar.  Tapi udah beberapa hari ini tiap kali kasih makan kucing-kucing baik pagi maupun malam, Ucil nggak pernah ada.  Siang pun ia tak terlihat.  Padahal biasanya kalau hari panas begitu ia berteduh di teras atau carport.

Hingga tadi pagi saat melepas Wahyudi berangkat kerja, irma lihat Ucil berjalan di belakang seorang tetangga yang sedang berjalan-jalan pagi.  Ibu itu tinggal selang beberapa rumah dari rumah kami.

"Ucil, Ucil," panggil irma.

Ucil bergeming.  Ia tetap mengikuti ibu tetangga itu.  Lupakah ia pada irma ??

Ibu tetangga itu membungkuk.  Membelai Ucil, menggendongnya, lalu berjalan pulang ke rumahnya.  irma terperangah.  Setahu irma ibu itu bukan penggemar kucing.  Malah ia seringkali melarang anaknya main-main dengan kucing di rumah kami.  Tapi kok, sekarang malah kebalikannya ???

Air mata mengambang di pelupuk mata irma.  Ada rasa tidak rela dalam hati.  Teringat bagaimana kami merawatnya saat matanya sakit.  Memandikannya, memberinya makan.  Dulu sewaktu ia kotor dan dekil, nggak ada satupun tetangga yang mempedulikannya.  Sekarang setelah ia bersih dan sehat begitu, mereka mengambilnya dari kami.

Dan kata-kata Papa pun terngiang di telinga, "Tugas kita merawat dia ketika sakit dan menyembuhkannya.  Sekarang dia udah sembuh.  Tugas kita udah selesai.  Sudah waktunya dia pergi."

Kami ibarat orang tua dan kucing-kucing yang kami rawat tak ubahnya anak-anak.  Suatu saat anak-anak itu akan menjadi dewasa dan menentukan jalan hidupnya sendiri.  Tapi tetap saja irma merindukan saat membelai bulu-bulu halus sepanjang kepala dan punggungnya.

Ucil, aku kehilangan kamu.  Kuharap kamu baik-baik saja, sehat dan senang selalu di rumah yang baru.










my blessing


"Ugh ..."

irma naik ke atas panthernya Wahyudi dengan susah payah.  Mobilnya Wahyudi ini nggak ada foot step atau pijakan kaki.  Padahal posisi tempat duduk lumayan tinggi, nggak kayak mobil sedan.  Jadi untuk naik ke dalam mobil harus agak-agak manjat.  Dengan kondisi perut membuncit dan beban makin berat, bikin irma agak kepayahan tiap kali naik dan turun mobil.

irma menghembuskan napas lega saat berhasil duduk nyaman di sebelah kursi pengemudi.  "Duh, masih lama ya (lahirannya).  Masih jauh perjalanan," irma mengelus-elus perut.

Wahyudi terkekeh geli melihat kelakuan irma.  "Tau nggak, aku justru iri sama kamu lho," katanya.

Iri ?  Kenapa iri ?

"Karena," ia memindahkan kopling ke gigi untuk kecepatan lebih kencang, "kamu selalu bersama-sama si adek."

irma memandangnya dengan pandangan nggak ngerti.

"Kamu, ke mana-mana sama dia.  Kamu bisa melindungi dia.  Bisa berkomunikasi dengan dia.  Dia tumbuh bersama kamu.  Aku ?  Aku cuma bisa dapat ceritanya aja dari kamu.  Dia lagi nendang, dia nggelitikin kamu, dia jungkir balik di dalam perut kamu, aku nggak ngerasain semua itu.  Bahkan kadang kalau aku elus-elus perut kamu dia nggak bereaksi apa-apa."

irma tercenung dengar curhatnya Wahyudi.  Nggak disangka, ternyata dia ngiri dengan kondisi irma sekarang.

Seharusnya irma bersyukur ya, bukan mengeluh.  Setiap letih yang dirasa ini, setiap nyeri yang terjadi, itu menunjukkan dia ada bersama irma.  Begitu banyak perempuan yang mengidam-idamkan bisa seperti irma.  Banyak sekali perempuan yang meratap, bersedia menukarkan apaaaa saja miliknya asalkan ia diberi kesempatan untuk mempunyai anak.  Nggak usah jauh-jauh, saat arisan keluarga kemarin beberapa sepupu irma memandang perut buncit irma dengan iri karena telah bertahun-tahun menikah tapi mereka belum punya anak juga.  Ada yang mengikuti program bayi tabung hingga ratusan juta rupiah tapi ternyata benih yang ditanam di rahimnya nggak berkembang.  Kasihan, mana ibu mertuanya seringkali menyarankan suaminya untuk menikah lagi biar bisa punya anak.  Hei, yang menentukan bisa punya keturunan kan kedua pasangan suami-istri, bukan cuma istrinya saja !

Bahkan lelaki seperti Wahyudi pun iri terhadap irma.  Iri karena ia tidak bisa merasakan kehadiran si bayi sejak awal.  Iri tidak bisa berkomunikasi dengannya seiring pertumbuhan.  Iri tidak bisa selalu bersamanya, selalu melindunginya.

Adek bayi dalam perut irma bergerak menggelitik.  Seolah ia bercanda mengajak irma bermain dengannya.  Tersenyum irma mengelus perut.  Ya, ya, ya, tidak seharusnya irma mengeluh.  Karena justru irma diberi berkah, bukan musibah.

My baby is my blessing. 



Wednesday, September 1, 2010

istirahat lagi ...


Udah beberapa minggu ini Wahyudi jemput irma pulang kerja di halte busway DepTan di depan kantor Departemen Pertanian, Ragunan.  Awalnya karena waktu Senin sore tanggal 16 Agustus 2010 lalu lintas seputar persimpangan Kuningan - Gatot Subroto maceeeeeeetttt bangett.  Bis P6 yang biasa irma pake ke UKI nggak ada aja.  Biasanya bis itu mangkal di bawah fly over.  Kecuali kalau lagi dijaga polisi. 

Udah lebih dari setengah jam menunggu akhirnya irma berjalan ke halte busway KunTim.  Ini sebutan para petugas penjaga bis Transjakarta untuk halte Kuningan Timur.  Di sana irma telpon Wahyudi, minta ia jemput irma di halte DepTan.  Nggak berapa lama ngantri kemudian bis Transjakarta datang.  Alhamdulillah, nggak terlalu berdesak-desakan.  Meski nggak dapat tempat duduk tapi irma masih bisa nyaman berdiri bersandar ke pintu bis sebelah kiri yang tertutup.  He eh, kalau lagi di jam padat begini sih nggak usah berharap bakalan ada yang ngasih kursi buat ibu hamil.  Meski di kursi yang dekat pintu jelas tertulis, "Utamakan kursi untuk ibu hamil, perempuan dengan anak kecil, lansia, dan penyandang cacat".  Tapi yang duduk di kursi itu bukanlah keempat kategori tersebut.  Pada tidur lagi.

Sejak hari itu Wahyudi selalu jemput irma di halte DepTan.  Dari pabrik tempatnya bekerja cuma 1 jam karena dia lewat jalan tol JORR.  Keluar di persimpangan ke Ragunan, abis jemput irma langsung putar balik dan masuk tol lagi di depan kantor Aneka Tambang.  irma pun nggak susah ke halte DepTan, tinggal naik bis Transjakarta aja.  Baik irma maupun Wahyudi sama-sama nggak kena macet.  Kendala irma cuma lama aja nunggu bisnya.  Tapi selama ini kami selalu sampai di halte DepTan dengan selisih waktu tidak terlalu lama.

Kemarin irma baru keluar kantor menjelang jam lima sore.  Di halte Patra Kuningan antrian penumpang dah panjaaaaaaang sekali.  Karena malas ngantri lama akhirnya irma memutuskan naik Kopaja 20 yang ke Lebak Bulus aja.  Pas banget di bawah jembatan penyeberangan ada Kopaja 20 yang lagi ngetem.  Masih banyak bangku kosong di dalamnya.  irma pikir, daripada berdiri lama di antrian bis, trus juga di dalam bis berdiri lagi, mendingan irma duduk naik Kopaja.  Kopaja memang kena macet karena ia jalan di jalur biasa.  Tapi irma bawa buku untuk mengusir bosan.  Hitungan irma, naik kopaja dan kena macet sama waktunya dengan ngantri menunggu dan naik bis Transjakarta.

Betul, di Kopaja bisa duduk.  Tapi yang namanya Kopaja ya jalannya ajrut-ajrutan.  Mana bangkunya keras lagi.  Sepanjang jalan Mampang - Warung Buncit irma terguncang-guncang.  Nyeri terasa di perut sebelah kiri.  Pada saat bersamaan irma pun merasa ingin buang air kecil.

irma turun di persimpangan Warung Buncit - TB Simatupang.  Dari situ berjalan ke kios penjual tanaman tempat Wahyudi biasa menunggu.  Wahyudi suka menunggu di situ karena dia bisa sambil lihat-lihat tanaman.  Beberapa kali malah dia pulang bawa bibit pohon untuk ditanam di rumah.  Sekarang halaman depan dan belakang rumah kami jadi lebih asri karena banyak tanaman.

Sepuluh menit kemudian Wahyudi datang.  Sebelum memasuki jalan tol irma pinta singgah dulu ke SPBU karena irma mau numpang ke toilet.  Kami singgah ke SPBU dekat Graha Simatupang.  Pas banget lagi azan Maghrib.  Wahyudi pun membatalkan puasanya dengan kolak yang ia bawa dari pabrik.

Di toilet sewaktu irma berkemih, oh darah !!!  Banyak sekali seperti kalau sedang menstruasi.  irma bergegas keluar toilet dan bilang ke Wahyudi.  "Ya udah, kita ke rumah sakit aja sekarang !" ia menyalakan mesin mobil.  Kami menuju RSIA Hermina Depok tempat irma biasa periksa kandungan.

Setengah jam kemudian kami tiba di rumah sakit.  irma langsung ke bagian pendaftaran, kasih tau kalau irma ada perdarahan.  Dokternya irma pernah berpesan kalau ada apa-apa langsung aja ke bagian pendaftaran bukan UGD.  Dengan duduk di atas kursi roda dari sana irma diantar ke ruang observasi kamar bersalin.

Pas banget dokternya irma lagi ada di ruang observasi, habis bantu salah satu pasiennya melahirkan.  Padahal hari itu bukan jadwalnya ia praktek.  Dengan mesin USG ia segera memeriksa irma.  Juga dilakukan pemeriksaan dalam untuk mengecek apakah ada bukaan rahim.

Alhamdulillah, adek bayi nggak apa-apa.  Ia masih aman terlindung di dalam rahim.  Di layar monitor USG terlihat kepala, kaki dan tangannya bergerak-gerak seolah-olah ia sedang menari.  Sesekali kakinya menendang plasenta.  Oh, itu rupanya yang bikin perut irma nyeri.  Posisi plasenta yang di bawah memang riskan.  Setiap kali kontraksi atau terguncang berpotensi mengakibatkan luka.  Makanya tadi terjadi perdarahan.  Ditambah lagi ajrut-ajrutan sepanjang perjalanan dengan Kopaja.

Dokter memberi obat untuk menguatkan kandungan dan mencegah kelahiran prematur.  Ia berpesan irma untuk banyak-banyak istirahat agar tidak terlalu capek.  "Masih tugas ke lapangan ?" tanyanya.  Ia tau irma seorang auditor.  irma bilang nggak lagi.  Dokter juga memberi surat keterangan istirahat untuk diberikan ke kantor.

Jadi hari ini sampai Jumat nanti irma nggak ngantor.  Di rumah aja tapi nggak harus terus-terusan berbaring di tempat tidur.  irma pikir, bagus juga nih jadi ada kesempatan untuk menulis yang udah lama tertunda.  Kalau di kantor kan mana sempat nulis.  Ngecek email aja susah karena banyak kerjaan yang harus didahulukan.

Eh tapi, pikiran irma malah melayang ke kantor aja.  Ingat ada client yang berharap segera mendapat sertifikatnya untuk keperluan ekspor.  Juga analisa kinerja auditor yang harus irma laporkan ke Auditing Office di awal bulan September ini.  Kalau di rumah begini, mana bisa dikerjain ?  Seluruh data ada di kantor.

Gimana sih, waktu di kantor pengennya ke rumah.
Lagi di rumah pengennya ke kantor.
Apa kantornya pindahin aja ke rumah ya ???