Monday, May 21, 2007

Evakuasi dari Busway JTM 020

 

Pagi ini irma mengalami kejadian menarik dalam perjalanan ke kantor.  Busway JTM 020 koridor 6 dari Ragunan menuju Halimun mengalami kendala di halte Buncit Indah.  Pintu penumpang depan dan belakang nggak berfungsi.  Penumpang yang mau naik bengong karena pintu nggak kunjung terbuka.

 

Pengemudi minta petugas keamanan pendamping memeriksa sensor.  ‘Sensor OK, nggak apa-apa,’ jawabnya.  Via pesawat radio pengemudi lapor kondisi darurat.  Dengan jelas ia melaporkan gangguan yang terjadi ke Pusat.  Ia juga menanyakan tindakan yang harus diambil untuk para penumpang.  Apa perlu dilakukan evakuasi.  Kalau nggak salah, istilah untuk para penumpang adalah ‘Narapati’.

 

Kebetulan nggak ada penumpang yang akan turun di halte Buncit Indah.  Busway lanjut berjalan pelan-pelan ke halte berikutnya.  Sepanjang jalan pengemudi terus kontak ke Pusat.  Jawaban dari Pusat, coba periksa ini, periksa itu, termasuk tombol manual dan emergency.

 

Di halte Imigrasi busway berhenti.  Pengemudi lakukan semua yang diperintah Pusat.  Periksa tekanan angin, operasikan pintu secara manual, tekan tombol emergency.  Hasilnya negatif.  Pintu tetap nggak terbuka.  Penumpang mulai gelisah.  Seorang penumpang menggerutu kepada petugas keamanan pendamping.  Ia mengancam akan lakukan pengaduan.  ‘Silakan Pak, kalau mau mengajukan pengaduan.  Saya akan berikan nomor telpon yang bisa Bapak kontak,’ sabar petugas keamanan menjawab.  Nggak perlu dikasih, kan nomor telpon pengaduan jelas-jelas tercantum di kaca-kaca busway.  Gede-gede lagi tulisannya.  Kebangetan kalau penumpang yang menggerutu tadi nggak baca.  Kecuali kalau ternyata dia punya gangguan penglihatan.  Atau buta aksara.

 

Pusat masih memerintahkan pengemudi melakukan serangkaian pengecekan lagi.  Hasilnya tetap negatif.  Pintu tetap tertutup rapat.  Bahkan saat petugas keamanan berusaha membuka paksa, sedikitpun tidak terbuka celah pada pintu.  Penumpang yang menggerutu tadi makin kesal.  Petugas keamanan juga kesal.  Tapi ia masih bisa menahan emosi.  ‘Siapa sih yang mau trouble kayak gini,’ keluhnya saat membantu pengemudi melakukan pengecekan sesuai perintah dari Pusat. 

 

Karena busway ini berhenti di halte maka terjadi rangkaian busway di belakangnya.  Mereka nggak bisa lanjut jalan.  Seorang petugas keamanan dari busway yang di belakang datang menghampiri.  Setelah tau kalau di busway JTM 020 sedang terjadi kondisi darurat ia lalu lapor ke pengemudi buswaynya.  Pengemudi busway JTM 020 lapor lagi ke Pusat.  Akhirnya Pusat perintahkan penumpang dievakuasi ke shelter, keluar dari busway lewat pintu depan kiri.

 

Petugas keamanan pendamping busway JTM 020 bantu penumpang turun.  Tadinya irma kira kita mau diantar ke shelter.  Tapi rupanya kita langsung diantar ke busway-busway lain yang sedang mengantri.  Petugas keamanan dari busway yang di belakang membantu penumpang pindah ke buswaynya.  Busway dia juga penuh.  Sebagian penumpang dipindahkan ke busway-busway lain.  Ada sekitar empat-lima busway mengantri di belakang busway JTM 020.  irma pindah ke busway nomor JTM 018.  Kebetulan busway yang itu lengang banget.  Cuma beberapa orang yang berdiri.

 

Irma berdiri di bagian belakang, dekat pintu.  Beberapa penumpang bertanya sama irma ada kejadian apa.  Ya irma ceritain aja apa adanya, kalau kedua pintu penumpang tiba-tiba nggak berfungsi.  Kalau pengemudi udah laporkan ke Pusat.  Kalau pengemudi dan petugas keamanannya udah cek seperti diperintahkan Pusat.  Kalau akhirnya Pusat perintahkan penumpang untuk dievakuasi ke shelter.  Para penumpang itu mengangguk-angguk dengar cerita irma. 

 

Trouble, gangguan, kendala, bencana, bisa terjadi kapan saja.  Meskipun peralatan telah canggih dan perawatan dilakukan secara berkala.  Tapi yang utama kan, tindakan terhadap para penumpang.  Ingat seorang teman yang bekerja di bidang safety pernah bilang, ‘Kecelakaan bisa tak terhindarkan.  Tapi yang penting prosedur evakuasi harus berjalan benar agar tidak terjadi korban.’

 

irma salut kepada crew busway JTM 020 yang cepat bertindak tepat.  Dan tidak termakan gerutuan para penumpang.  Seandainya mereka terpancing emosi, mungkin bisa runyam keadaannya.  Untung irma naik busway, coba kalau naik Kopaja, Metro Mini, atau bis regular lainnya.  Sapa coba yang peduli terhadap evakuasi penumpang ? 

 

Makasih busway.  Besok-besok antar irma lagi ya, pergi dan pulang kerja.  Mudah-mudahan lancar dan nggak ada trouble lagi J

 

  

 

6 comments:

  1. Mudah2an semua kru Transjakarta begitu & seterusnya tetap mempertahankannya.

    ReplyDelete
  2. wow.. ini jg terjadi sama TJ yg dari Rawamangun

    ReplyDelete
  3. oh gitu ya. kalau wahyudi tau pasti dia bakalan komentar, 'Gimana nih preventive maintenance nya ?' Maklum, di pabrik kan dia yang paling sering nguber-nguber bagian maintenance saat terjadi trouble :D

    ReplyDelete
  4. baguslah, pak sopir dan pak security mempunyai kesabaran.... secara sekarang banyak yang emosional...

    ReplyDelete
  5. mbak, apa bener kalo sebelum jam 7 pagi tarif cuma 2000 rupiah ?

    ReplyDelete