Wednesday, November 17, 2010

she's gone too

 

... irma belum pernah mendampingi orang sakratul maut tapi irma nggak pernah nyangka irma bakalan mendampingi seekor anak kucing melepas ajal ...

***


"irma !  Kiri kayaknya mati deh !"

irma terlompat dari tempat tidur mendengar teriakan Wahyudi pagi itu.  Hwaduuuhh ... pergi lagi deh satu anak kucing peninggalan Obie, kata irma dalam hati.  irma bergegas menghampiri Wahyudi di teras belakang.  Ia sedang berlutut di samping keranjang tempat Kiri dan Bianca tidur.

"Eh, kayaknya nggak deh.  Tuh masih napas," Wahyudi memegang Kiri.

Kiri tergolek lemah di dalam keranjangnya.  Beda banget sama Bianca yang melompat-lompat di samping Wahyudi, ribut mengeong-ngeong minta makan.    irma bergegas menyiapkan susu dan makanan kucing buat Kiri dan Bianca.

"Tapi buka mulut aja dia nggak mau," kata Wahyudi waktu irma kembali dari dapur dengan susu dan makanan kucing yang dilembutkan.

irma menatap Kiri dengan sedih.  Tadi malam ia masih mau makan.  Malah lahap sekali sampai jari irma yang menyendokinya tergigit olehnya.  Memang waktu kami pulang ia terlihat lemah.  Semula irma kira ia tidak bisa keluar dari keranjangnya.  Karena ia hanya diam bertumpu pada dinding keranjang, menatap irma dengan wajah memelas.  Tapi sewaktu irma bawakan susu dan makanan kucing yang dilembutkan, ia memanjat dinding keranjang dan menghampiri kami meminta makan.

"Duh, aku nyesel banget tadi pagi waktu Bianca bangunin aku cuek aja," sesal Wahyudi.  Subuh tadi kami memang mendengar Bianca ribut mengeong-ngeong.  Nggak terpikir oleh irma maupun Wahyudi kalau mungkin saja saat itu sebenarnya Bianca memberitahu kami tentang kondisi Kiri.  Bukan meminta makan seperti biasa.

"Aku lebih nyesel lagi," kata irma sambil menyuapi Bianca.  Wahyudi berusaha menyuapi Kiri.  "Kalau seandainya tadi malam aku nggak maksain ke rumah sakit, kan Kiri nggak bakalan telat dikasih makan dan minum.  Kayaknya seharian kemarin dia dehidrasi makanya sampai lemes begini."

"Kan kamu memang harus ke rumah sakit," ujar Wahyudi.
"Ya tapi kan bisa aja aku ke rumah sakit sendiri, nanti Yudi nyusul setelah ke rumah dulu kasih makan Kiri dan Bianca.  Biasanya juga begitu," irma bilang.

Wahyudi mengelus bahu irma.  "Udahlah, nggak usah menyesal begitu."

Kiri masih tidak mau membuka mulut.  Wahyudi memaksanya agar susu bisa masuk ke dalam mulutnya.  Hanya beberapa sendok saja.  Setelah itu mulutnya terkatup rapat.  Bahkan ketika kami menyodorinya makanan kucing yang dilembutkan, ia membuang muka.  Padahal biasanya ia suka sekali dengan makanan kucing itu.

"Ya udahlah, nggak usah dipaksa," kata irma.  "Mungkin perutnya sakit jadi dia males makan.  Kita kasih air gula aja biar ada tenaga."

irma kembali ke dapur untuk mengencerkan madu.  Air madu itu kemudian Wahyudi cekoki ke dalam mulut Kiri.  Setelah itu Kiri dibaringkan dalam keranjangnya.  Sementara Bianca tidur-tiduran di sampingnya.  Sesekali Bianca mengendus-endus kepala Kiri, seolah mengajaknya bermain.  Tapi Kiri terlalu lemah untuk meladeni candaannya.

Jadi ingat tadi malam waktu kami masukkan Kiri dan Bianca ke dalam keranjangnya setelah mereka makan dan minum susu, irma lihat Bianca duduk menempel di samping Kiri.  Satu kaki depannya melingkari leher Kiri seolah sedang memeluknya.  Tumben-tumbenan kali itu Bianca begitu tenang.  Biasanya dia gragas banget nggak bisa diam.  Ia hanya diam balas menatap irma waktu irma melongok ke dalam keranjangnya.  Satu kaki depannya tetap memeluk Kiri.  irma ingat Kiri pun berlaku begitu kepada Soklat waktu Soklat sakit.

Wahyudi mandi.  Hari ini ia memutuskan berangkat siang karena semalam kami baru sampai rumah jam satu malam.  Sedangkan irma memang hari ini direkomendasikan dokter untuk istirahat setelah tadi malam diobservasi di IGD selama hampir dua jam.

"Meeeeng ..."

Terdengar suara mengeong lemah dari dalam keranjang. 
irma bergegas ke sana.  Badan Kiri mengejang.  Matanya terbelalak.  Mulutnya membuka.  Napasnya tersengal-sengal.

"Huaaaaa ... kayaknya Kiri mau pergi !" seru irma kepada Wahyudi yang sedang di dalam kamar mandi.

Wahyudi entah menjawab apa.  Suaranya tenggelam di antara suara percikan air.

irma berlutut di samping keranjang Kiri.  "Kiri, kalau memang lebih baik kamu pergi, pergilah.  Kami ikhlas," irma membelai-belai kepala, badan hingga ekornya.  Mata irma berkejap menahan air mata tapi toh akhirnya pertahanan irma bobol juga. 
Air mata irma bercucuran.

"Meeeeeennggg ..." Kiri kembali mengeong lemah.  irma tetap membelai-belainya.  Kiri masih mengeong lemah beberapa kali hingga akhirnya irma lihat dadanya tidak lagi bergerak naik turun tanda ia bernapas.  Kiri telah pergi.  Kini ia bersama Fighter dan Soklat yang sudah lebih dulu pergi.

Keluar dari kamar mandi Wahyudi langsung menghampiri irma di teras belakang.  "Kiri udah pergi," kata irma tersendat-sendat.  "Tolong kuburin ya, masih sempat kan sebelum Yudi berangkat ke pabrik ?"

Wahyudi mengangguk.  irma masuk ke dalam rumah.  Mencuci tangan, ganti baju, lalu duduk diam di kamar.  irma nggak sanggup melihat Kiri dimakamkan.

Terdengar Bianca mengeong.  ”Apa Bi ?” tanya Wahyudi.  ”Kiri udah nggak ada.”  Sepertinya Bianca mengiringi Wahyudi makamkan Kiri di bawah pohon kedondong di halaman belakang.  irma dengar Wahyudi bercakap-cakap dengannya.

Huhuhu, sedihnya.  Teringat minggu lalu Kiri masih lincah melompat-lompat bersama Bianca.  Mereka berdua selalu berlomba adu cepat manjat kawat pintu belakang.  Hari Sabtu kemarin ia mulai makan makanan kucing yang dilembutkan.  Lahap sekali ia makan bahkan minta tambah.  Tapi irma nggak berani kasih banyak-banyak karena khawatir perutnya belum cukup kuat untuk mencerna makanan padat.  Makanya makanan kucing itu biarpun sudah berupa pasta masih irma tambah air lagi biar lebih lembut.  Dari dua jenis rasa yang diberikan irma perhatikan Kiri lebih suka yang rasa ikan kembung daripada ayam.

Ingat juga bulu Kiri selalu putih bersih.  Kalau makan atau minum Kiri memang lebih tenang daripada Bianca yang selalu gragas.  Makanya irma bilang Kiri itu necis.  Perlente.  Bahkan Wahyudi pun pernah berkomentar, “Kiri cantik ya.”

Dooh, sekarang si cantik yang necis dan perlente itu sudah tiada. 

 

 

… it’s been one month and half since you’re gone Kiri, but still I miss you …


 

 

 





 

2 comments:

  1. ceritanya kok mengharukan....
    Irrrrr.......... kapan si kecil nongolllllll?

    ReplyDelete
  2. kapan, kapan, ... tau nih, masih malu-malu dia mam. enak kali dia berenang-renang dalam perutku ;)

    ReplyDelete