Saturday, March 19, 2011

ngurusin pembantu


Waktu kami baru pindah ke kediaman yang sekarang, pernah irma bertanya pada Wahyudi, "Ketua RT di sini siapa ya ?"  Jawab Wahyudi, "Pak Yudi, rumahnya nomor H71."

irma terbengong-bengong dengar jawabannya.  Sejurus kemudian Wahyudi menyadari ucapannya.  "Eh salah ya.  Itu kan namaku sendiri," ia menepuk dahinya.  Lalu Wahyudi kasih tau nama Ketua RT yang benar.

Siapa sangka, nggak sampai 2 tahun kemudian ucapannya yang salah itu jadi kenyataan.

Iya, sekarang Wahyudi jadi Ketua RT di wilayah kami.

Dan ia cukup dibuat repot dengan tugasnya sebagai Ketua RT.  Mana semua dia kerjakan sendiri lagi.  Abisnya ia belum mendapatkan sekretaris dan bendahara.  "Sebel deh, orang-orang yang memilihku jadi RT malah pada kabur, menghindar tiap kali aku mintain tolong untuk gabung di pengurusan RT," keluhnya.

Tugasnya yang pertama sebagai Ketua RT adalah mencocokkan data pembayaran IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) antara kartu warga dengan kartu pengurus RW.  Gara-gara kesalahan administrasi pengurus RW sebelumnya nih, jadi ada perbedaan jumlah antara uang yang diterima dengan yang dilaporkan.  Kasihan, selama sebulan itu setiap weekend ia berkeliling area blok H, mendatangi setiap rumah.  Ada warga yang baik menerimanya.  Ada juga yang menyambutnya dengan wajah masam dan ketus berbicara.  Paling sedih di salah satu rumah ia disuruh berdiri menunggu di teras selama pemilik rumah mencari-cari kartu IPLnya.  Mana lama lagi nyarinya !

Sejak Wahyudi jadi Ketua RT jadi banyak yang datang ke rumah.  Umumnya mereka minta surat pengantar ke RW dan Kelurahan untuk pembuatan KTP, Kartu Keluarga, laporan kelahiran anak, izin usaha, dll.  Tapi sering juga yang datang menyampaikan keluhan, seperti terganggu dengan tetangga yang sedang merenovasi rumah.  Kalau begini Wahyudi harus bijak bertindak selaku penengah.

Tapi tugas paling ajaib yang harus ia lakukan adalah berkaitan dengan pembantu.  Ini terjadi dua minggu lalu.

Kasus yang pertama, seorang pembantu datang ke rumah mencari Pak RT.  Setelah ketemu Wahyudi ia cerita kalau ia dimarahi majikannya karena dianggap terlalu lama pergi sewaktu ia berkunjung ke rumah kakaknya seizin majikannya tersebut.  Karena sudah sering berselisih dengan majikannya itu maka sang PRT memilih untuk berhenti aja.  "Nggak apa-apa deh Pak (sebagian) gaji saya nggak dibayar, asal saya bisa berhenti," katanya.  Setiap bulan ia hanya menerima setengah gaji.  Yang setengah lagi disimpan majikannya untuk diberikan akhir tahun nanti.

Sang PRT merelakan sebagian gajinya hilang tapi yang jadi masalah adalah handphone dan KTPnya ditahan oleh majikannya juga.  Heh, KTP ???  Itu kan identitas yang wajib dimiliki dan dipegang oleh setiap penduduk Indonesia yang sudah dewasa.  Kok ditahan majikannya begini sih ?!!!  Kayak kasus TKW di Timur Tengah yang paspor dan dokumen keimigrasian lainnya ditahan majikan biar ia tidak kabur.

Kasus kedua, kejadiannya malam minggu waktu Wahyudi sedang bersantai di rumah nonton Liga Inggris di tv.  Tiba-tiba rumah kami diketuk petugas keamanan.  "Pak RT, pembantu rumah yang di ujung itu kesurupan !" serunya.  Wahyudi pun bergegas ke sana.  Nggak berapa lama ia kembali.  "ir, aku pergi dulu ya.  Pembantu itu rupanya pingsan setelah minum obat sakit kepala, bukan kesurupan.  Aku mau antar dia ke klinik dekat sini.  Yang punya rumahnya lagi nggak ada," Wahyudi mengambil kunci mobil.  Ia pergi didampingi petugas keamanan.

Lamaaaaaaa ia pergi sampai irma menelponnya.  "Udah masuk komplek nih, bentar lagi sampai rumah," jawabnya.  Begitu sampai rumah ia langsung cerita, "Weeeh, ternyata pembantu itu lagi hamil !  Temennya yang pembantu di rumah itu juga bilang emang seharian ini dia nggak enak badan."

Pertanyaan irma, "Sekarang kondisinya bagaimana ?  Trus suaminya di mana ?  Udah dihubungi ?"

"Dia masih di klinik, lagi diobservasi sama dokter.  Temennya nungguin di sana.  Suaminya katanya di Jambi.  Dia baru seminggu kerja di sini," cerita Wahyudi.  "Kasihan, kayaknya mereka nggak diurusin sama majikannya.  Tadi aku tanya majikannya ke mana, mereka bilang majikan yang laki lagi shooting nggak bisa diganggu.  Majikan yang perempuan pergi.  Ditelpon, nggak njawab."

Doooh, kasihan sekali.

Besok paginya sewaktu Wahyudi lagi nyuci mobil, temannya PRT tersebut datang ke rumah.  "Pak, bisa minta tolong antarkan ke tempat naik bis ?  Kami mau pulang tapi teman saya nggak kuat jalan," katanya.

Lho ??

Rupanya tadi pagi mereka balik dari klinik.  Sampai rumah majikan yang perempuan sudah menunggu.  Mereka dipecat.  Dan disuruh keluar dari rumah majikannya saat itu juga. 

"Ok deh, kebetulan saya juga nanti mau keluar.  Tunggu aja ya," jawab Wahyudi.  Hari itu Wahyudi mau ke dokter hewan untuk vaksinasi Maggie, kucing kami.

"Ngg ... boleh menunggu di sini Pak ?  Kami nggak berani nunggu di rumah, nanti Ibu marah lagi," pintanya lagi.

Jadi pembantu yang tadi malam pingsan itu duduk menunggu di rumah kami.  Mukanya pucat sekali.  Sementara itu temannya berkeliling untuk pamitan dengan teman-temannya sesama PRT. 

Setengah jam kemudian Wahyudi berangkat bersama kedua PRT tersebut.  Wahyudi antarkan mereka sampai ketemu angkot menuju Kampung Rambutan.  Setelah itu baru ia ke dokter hewan.

Sampai rumah Wahyudi langsung komentar, "Heran, dari kemarin ngurusin pembantu melulu.  Emang job desc nya Pak RT termasuk ngurusin itu ya ??  Padahal kita sendiri nggak punya pembantu."

Huehehehe.  Masih mending.  Ketua RT yang dulu sempat dibuat pusing sama ulah seorang tamu perempuan yang mengamuk di salah satu rumah warga.  Rupanya itu rumah suaminya yang menikah lagi tanpa sepengetahuannya.  Ia datang ke sana untuk melabrak sang suami beserta istri mudanya.  Whadoooooh ............






4 comments:

  1. wah, papa mel ketua RT siaga. Insya Allah jadi ladang amal, semangat buat pak RT :)

    ReplyDelete
  2. pak Yudhi, upahmu besar di surga.....

    ReplyDelete
  3. wuaah... ternyata di sana berat skali tugasnya jadi RT yaa... semoga ttp semangat terus

    ReplyDelete