Sunday, September 24, 2006

Baralek Gadang

Prosesi pernikahan adat Solok Selatan - Sungai Pagu, dikutip dari majalah Mahligai, edisi perdana 2006.


 


Maantan Siriah Tanyo


Keluarga calon mempelai pria mengirimkan utusannya yang disebut Juru Baso mengantar sirih kepada keluarga calon mempelai perempuan.  Kalau sirihnya diterima berarti pinangannya diterima.  Makanya sebelum prosesi ini, keluarga calon mempelai pria udah cari tau dulu apakah anak gadis yang mau dipinang sudah ada yang punya atau belum (kalau ditolak pas prosesi ini kan, maaluu …)  Perlu diketahui juga apakah anak gadis itu mau dinikahkan dengan anak lelaki mereka.  Setelah sirih diterima, keluarga calon mempelai perempuan lalu memberi tahu Mamak/Datuk bahwa anak gadisnya telah dipinang orang.


 


Maantan Bali


Beriring-iring rombongan keluarga calon mempelai pria menjunjung hantaran yang terdiri dari beras, gula, telur, minyak kelapa, pisang, sirih pinang dan uang dalam jumlah yang disepakati.  Ini menunjukkan keluarga calon mempelai pria turut membantu dalam pelaksanaan pesta pernikahan yang akan dilaksanakan oleh keluarga calon mempelai perempuan.  Selain itu juga ada hantaran istimewa dari bako calon pengantin pria yang terdiri dari sebutir tunas kelapa (hihihi, kayak anak Pramuka J ), pisang raja, kacang panjang, telur bebek dan sirih pinang lengkap.  Bako itu saudara dari pihak keluarga ayah mempelai.


Prosesi ini disebut Maantan Bali jika dilaksanakan mulai dari rumah calon mempelai pria.  Kalau dilaksanakan di rumah calon pengantin perempuan disebut Mananti Bali.


 


Malam Bainai


Malam malam baiko yo Mamak


Malam malam bainai yo sayang


Anak Daro yo Mamak, jo Marapulai




Biasanya seminggu menjelang pernikahan, pada petang sampai malam hari dilaksanakan Malam Bainai.  Calon pengantin perempuan berbusana adat lengkap duduk di pelaminan.  Lalu satu per satu berurutan mulai dari ibunya, calon ibu mertua, sesepuh dan tamu kehormatan, bako, bibi dan sahabat dan teman yang dipilih memberi tumbukan daun inai atau pacar pada kuku-kuku calon pengantin perempuan.  Jumlah pemberi inai paling banyak 9 orang.  Sambil dipasangi inai, calon pengantin perempuan mendapat nasehat, petatah-petitih dan petuah dalam menempuh hidup berumah tangga.  Oi upik, berbaktilah pada suami …


Pada Malam Bainai inilah untuk pertama kalinya seorang perempuan berdandan (dulu, sekarang sih … nggak janji deh ! ).  Biasanya saudara, kerabat dan teman-teman calon pengantin perempuan yang masih melajang disuruh hadir dalam prosesi Malam Bainai.  Hiks hik, kasihaaan, nanti mereka malah jadi ngiri dan mupeng.  Gue kapan ya ??  Selama ini irma kalau disuruh datang ke Malam Bainai malah kabur tuh …


  


Minum minum dan Balatak Tando


Satu malam sebelum pernikahan, calon pengantin pria dan teman-temannya datang ke rumah calon pengantin perempuan.  Ia berpakaian adat lengkap dan membawa tando berupa keris atau kalung datuk.  Tando ini diberikan kepada calon pengantin perempuan.  Setelah akad nikah, tando akan dikembalikan lagi kepada pengantin pria.  Maksudnya apa ya ???


 


Akad Nikah


‘Saya terima nikahnya    binti    dengan mas kawin    uuum, tunai atau ngutang ya ???’  


Pada umumnya akad nikah dilaksanakan pada Jumat siang dan tanpa dihadiri mempelai perempuan.  Pengantin perempuan yang disebut Anak Daro duduk diam (sambil harap-harap cemas) di rumahnya mengenakan busana adat lengkap dengan suntiang di kepala.  Barek oy … !


 


Manjalang


Pasumandannyo banyak yo Mamak


Manantiang nantiang piriang yo sayang


Sambalnyo lamak yo Mamak


   (baris terakhir lupa syairnya oy ! )


Jumat sore setelah acara akad nikah, Anak Daro dan rombongannya yang terdiri dari pasumandan (istri saudara-saudara mempelai), bako, anak pisang (anak dari paman mempelai), dan para tetua adat berpakaian lengkap jalan beriring-iringan menuju rumah pengantin pria.  Anggota rombongan ini perempuan semua.  Mereka membawa hantaran aneka macam makanan siap saji yang ditata indah dalam dulang-dulang.  Payung dan makanan yang diantar menyimbolkan pengayoman, penghidupan bagi rumah tangga yang akan dibina Anak Daro.  Prosesi ini disebut juga Maantan Limpiang atau Makan Limpiang.  Di beberapa nagari di Minangkabau disebut sebagai Mahanta Nasi.


Di rumah pengantin pria rombongan disambut secara adat oleh Ninik Mamak dalam pesukuan mempelai pria dan tetangga sekitar.  Sirih carano dan tari gelombang dan pasambahan pun ditampilkan (aargh, irma udah lupa cara narinya ! ).  Setelah menyantap hidangan yang dibawa, Anak Daro dan rombongannya pulang ke rumah tanpa pengantin pria.  Haaa, jadi tadi ke sana ngapain ??? Cuma buat nganterin makanan doang ??!


 


Maantan Marapulai


Malam malam kaduo yo Mamak


Malam malam bajapuik yo sayang


Marapulai tibo yo Mamak


Anak daro takuik


Setelah Anak Daro dan rombongannya pulang, Ninik Mamak memberi nasehat kepada Marapulai.  Marapulai adalah sebutan untuk mempelai pria dalam bahasa Minang.  Setelah pemberian nasehat usai, Marapulai diiringi tujuh orang saudara atau teman-temannya berjalan beriring-iringan sambil membawa obor ke rumah Anak Daro. 


Rombongan pengantar akan menginap di rumah Anak Daro.  Keesokan harinya rombongan ini pulang bersama Marapulai kembali ke rumah.  Malamnya Marapulai diantar lagi ke rumah Anak Daro, tapi jumlah rombongannya berkurang 1 orang.  Besok paginya rombongan dan Marapulai pulang lagi ke rumah orang tuanya.  Trus malamnya ke rumah Anak Daro lagi dengan jumlah anggota rombongan makin berkurang satu orang dari hari sebelumnya.


Acara Maantan Marapulai ini berlangsung terus sampai jumlah pengantarnya tinggal 1 orang dan akhirnya habis sehingga Marapulai berangkat sendiri ke rumah Anak Daro.  Selanjutnya ia akan tinggal di sana.  Pada budaya Minang, tinggal di rumah mertua merupakan kewajiban bagi Marapulai. Sebagai pengantin baru, Anak Daro dan Marapulai akan tinggal di kamar bilik paling kiri dalam Rumah Gadang.  Trus, kapan dong mereka pindah ke rumah mereka sendiri ??


 


Manikam Jajak


Seminggu setelah akad nikah, pada umumnya hari Jumat sore, kedua pengantin pergi ke rumah orang tua serta Ninik Mamak Marapulai dengan membawa makanan.  Tujuannya adalah agar pengantin perempuan menghormati dan memuliakan orang tua dan Ninik Mamak pengantin pria sebagaimana layaknya orang tua dan Ninik Mamaknya sendiri.


 


Ribet banget ya ??  Perasaan kalau di keluarga irma cuma :


-          Hantaran makanan (Ibu Atun nih, yang jagonya bikin Nasi Kuning Singgang Ayam)


-          Malam Bainai


-          Akad Nikah (ya iyalah, ini sih musti kudu ! )


-          Balantuang Kaniang 


Setelah ijab kabul Anak Daro dan Marapulai berdiri berhadapan lalu kepala mereka didekatkan hingga keningnya saling beradu.  (JEDUGG !   hehe, tapi nggak keras-keras amat deng ! cukup asal saling kena aja )  Konon, inilah pertama kalinya mereka saling bersentuhan.


Dengan catatan, itupun kalau kedua pengantinnya sesama orang Minang !


 


Batam, 21 September 2006


gini nih hasilnya, kalau bengong sendirian tugas di luar kota


 


 


 


 

3 comments:

  1. Kapan nih Baralek Gadangnya ?
    Nani malah gak tahu yg acara2 di atas, karena di keluarga gak ngejalanin semua mungkin kalo di kampung ada kali ya .

    ReplyDelete
  2. Baralek Gadang ??
    Baralek Ketek aja lah, ndak ado pitih nyo ...

    ReplyDelete
  3. Tradisi di kampunya Irma? wah mau dong nanti diundang malam bainai... mau digambarin apa inai-nya? hehehhe....

    ReplyDelete