Wednesday, August 20, 2008

Omatsuri, bukan lagunya Kitaro

'Really I want to jump onto his lap and give him a biiiiiiiiiii...iiigg hug !'

Itu yang irma rasakan dalam hati saat Wahyudi melambaikan 2 lembar tiket masuk Golden Years of Indonesia - Japan Friendship FestivalHaaa ... dapat dari mana ?  'Dikasih Sacho,' jawab Wahyudi.  Geee ... baik sekali boss nya !  Bukan cuma satu tapi dua lembar tiket dia berikan.  irma senang sekali.  Abisnya irma tau omatsuri ini tidak dibuka untuk umum.  Hanya bagi kalangan terbatas.

Jadilah Minggu siang itu kita berangkat ke Plaza Barat Gelora Bung Karno Senayan, tempat festival ini dilaksanakan.  Wuih, jalanan menuju sana macet abizzzz !!!  Kita yang semula dari Gatot Subroto mau belok ke jalan Gerbang Pemuda (lewatin TVRI), kecele karena ternyata jalan ditutup.  Jadi kita harus belok dari jalan sebelah Manggala Wanabhakti.  Di sana pun kendaraan padat merayap.  Banyak bis-bis besar dari perusahaan-perusahaan Jepang yang jadi sponsor acara ini.  Karena jalan macet banget dan kendaraan lambat bergerak, akhirnya kita putuskan jalan kaki dari pinggir Plaza Senayan.

 

Menjelang pintu masuk kita banyak ditawari tiket oleh calo-calo.  Tiket masuk yang tertulis harganya empat puluh ribu rupiah, mereka tawarkan tiga puluh ribu saja.  Darimana mereka dapat tiket-tiket itu ya ?  Lagipula, bagaimana bisa mereka jual lebih murah dari harga resmi ?  ‘Hmm, kayaknya mereka dapat dari orang-orang yang nggak ke sini deh.  Teman-temanku di pabrik juga kan dapat dari Sacho.  Tapi katanya mereka nggak tertarik ikutan.  Mungkin tiket orang-orang itu yang mereka tampung,’ Wahyudi bilang.  Katanya sih emang tiket masuk festival ini nggak dijual bebas.  Hanya untuk kalangan terbatas.

 

Kita antri untuk masuk lewat pintu emergency exit.  ‘Satu orang satu tiket,’ petugas yang jaga bilang gitu ke irma.  Oh maksudnya tiap orang harus pegang tiket masing-masing.  irma kasihkan satu lembar tiket ke Wahyudi.  Di pintu gerbang tiket kita disobek petugas, dikasih kipas gambar logo festival ini, dan tangan distempel seperti kalau kita masuk Dufan atau Sea World.  Abis itu, masuk deh ke area festival.

 

Ada dua deretan tenda sepanjang plaza barat.  Tenda yang pertama kita datangi ternyata menjual aneka makanan.  Ada makanan Indonesia seperti nasi timbel, tempe mendoan, soto ; Western food seperti burger dan hotdog ; dan Nihon ryori seperti takoyaki, soba, dan ramen.  irma yang emang suka makanan Jepang langsung ngantri beli takoyaki.  Takoyaki itu sejenis meatball atau baso tapi terbuat dari daging gurita.  Bikinnya dicetak di atas kompor, makannya pake mayonaise dan soyu (kecap asin ala Jepang).  Enaaaaaaaaaakkkk sekali.  Wahyudi juga suka makan masakan Jepang.  Shashimi alias ikan mentah aja dia suka.  Saat menyantap Takoyaki gitu kita berdua sama-sama ngerasa kangen Jepang.  Dulu di tahun 1997 irma ke Jepang selama 6 bulan.  Di awal-awal kerja Wahyudi juga beberapa kali ke Jepang tapi nggak selama irma.  Duh, kapan ya bisa ke sana lagi ??

 

Tiba-tiba terdengar suara riuh dari depan panggung utama.  Rupanya atraksi seni dimulai !  irma dan Wahyudi bergegas ke sana.  Waks, desak-desakan mengelilingi pelataran nonton atraksi kolosal.  Nggak jelas tariannya apa tapi pokoknya seru banget.  Apalagi lihat yang ngibar-ngibarin bendera begitu bersemangat.  Bendera Jepang, bendera Indonesia, dan satu bendera gambar ikan yang mengingatkan irma akan koinobori.  Sepertinya bendera yang terakhir menunjukkan ikatan persahabatan antara Jepang dengan Indonesia.

 

Usai pagelaran tari kolosal master of ceremony memanggil para pengunjung festival untuk berkumpul di depan panggung utama.  Rupanya baru akan dilakukan pembukaan Golden Years of Indonesia - Japan Friendship Festival.  Diawali sambutan ketua panitia festival dari pihak Jepang, kemudian panitia pihak Indonesia yang diwakili Bapak Rahmat Gobel, dan terakhir sambutan dari Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Mr. Kojiro Shiojiri.  Yang lucu saat memperkenalkan diri, Mr. Kojiro Shiojiri berkata, ‘Saya bukan penyanyi Jepang.’  Kontan para pengunjung tertawa.

 

Di akhir sambutannya Mr. Kojiro Shiojiri berseru, ‘Dan inilah teman saya, DORAEMON !’  Lalu berjalanlah ke tengah panggung Doraemon sang Duta Budaya Animasi.  Lucu lihat gaya jalannya.  Di atas panggung Doraemon menyampaikan salam.  Lalu bersama-sama dengan ketua panitia festival, Bapak Rahmat Gobel, dan Mr. Kojiro Shiojiri, Doraemon menyanyikan sound track filmnya.  La la la … aku sayang sekali, Doraemon.  Sambil bernyanyi Doraemon menggoyang-goyangkan badannya.

 

Setelah itu hening.  irma kira hanya segitu saja atraksi keseniannya.  Jadi irma putuskan kembali ke deretan tenda-tenda tadi untuk melihat stand-stand perusahaan sponsor festival.  Saat beranjak pergi itulah dari pelataran tengah plaza barat terdengar suara orang-orang berseru, ‘Soyya !  Soyya !’  Nggak jadi deh pergi.  Kembali irma dan Wahyudi merapatkan diri ke kerumunan penonton.  Tampaklah serombongan orang berkaus putih, celana pendek putih, sepatu dan kaus kaki putih mengusung semacam miniatur vihara.  Mengingatkan irma akan tradisi gotong toapekong pada hari perayaan cap go meh di kawasan Pecinan, Kota.   Dua orang anak perempuan dan seorang anak lelaki berdiri di atas usungan.  Tangan mereka yang memegang kipas bergerak-gerak ke atas ke bawah.  Bersama para pengusung mereka berseru, ’Soyya !  Soyya !’ 

 

Dari atas panggung utama master of ceremony umumkan bahwa yang diusung itu adalah Omikoshi.  Konon yang bisa menggotong Omikoshi akan memperoleh berkah.  Pantas kenapa banyak orang berebut ingin turut mengusung Omikoshi.  Bahkan Pak Dubes pun turut dalam rombongan pengusung.  Beliau ditempatkan paling depan.  Sebelumnya seorang Jepang mengenakan yukata pendek warna abu-abu dan ikat kepala jingga naik ke atas tangga lalu membacakan mantra-mantra di hadapan Omikoshi.  Mungkin ia semacam dukun, hehehe.  Kemudian ia menepukkan dua balok kayu.  Setelah itu rombongan pengusung mulai berkeliling pelataran tengah plaza barat.  ’Soyya !  Soyya !’ seru mereka sambil menggerak-gerakkan pinggul.  Seorang ibu bertanya kepada seorang Jepang yang bertugas mengamankan rute perjalanan tim pengusung, apa arti soyya.  Sayang orang Jepang itu tidak bisa berbahasa Inggris atau Indonesia.  Sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya ia berkata, ’Soyya !  Soyya !’  Ibu yang bertanya itu pun bergumam, ’Soyya itu mungkin artinya goyang pinggul, kali ya ??’

 

Selesai memutari pelataran tengah plaza barat rombongan pengusung meletakkan Omikoshi di bawah tenda di sisi pelataran.  Atraksi berikutnya adalah Reog Ponorogo.  He eh, perasaan sejak rame-rame kasus pengakuan reog sebagai budaya asli Malaysia, akhir-akhir ini kesenian yang satu ini jadi naik daun.  Hampir di setiap acara kesenian selalu ditampilkan Reog Ponorogo.  Senang melihat atraksi ini.  Lihat para penarinya berlompatan sambil salto.  Dan tentu, melihat pengusung singa reognya menari meliuk-liuk.  Kuat sekali ya.

 

Di akhir atraksi Reog Ponorogo, rombongan pengusung Omikoshi kembali memasuki pelataran tengah plaza barat.  ‘Wah ngapain nih, mau diadu ?’ tanya seorang pengunjung di samping irma.  Oh bukan.  Bukan diadu.  Tapi kolaborasi.  Dua orang rombongan Reog Ponorogo yang semula menari dengan kuda lumping, sekarang berdiri di hadapan Omikoshi.  Dukun Jepang kembali membacakan mantra-mantra di hadapan mereka.  Lalu setelah kedua balok kayu ditepukkan, Omikoshi kembali diusung mengelilingi pelataran tengah plaza barat.  ‘Soyya !  Soyya !’ seru para pengusungnya, seirama dengan goyangan pinggul mereka.  Seraya menebarkan senyum kedua penari dari rombongan Reog Ponorogo tersebut melambai-lambaikan selendang mereka. 

 

Seorang anggota rombongan pengusung Omikoshi duduk di atas kepala singa barong Reog Ponorogo.  Saat dijunjung tinggi ia mengacungkan kedua tangannya seraya berseru, ‘Soyya !  Soyya !’  Hahahahaha, bahkan saat di atas Reog pun ia tetap teriakkan Soyya.  Wahyudi bilang tadinya yang naik ke atas singa barong tuh dukun Jepangnya.  Tapi begitu dijunjung sang dukun ketakutan lalu minta turun.  Kayaknya dia belum punya jampi-jampi anti takut jatuh dari atas singa reog, hihihihihi.

 

Sayang pandangan irma dan Wahyudi ke pelataran tengah plaza barat terhalang kerumunan orang-orang yang nonton.  Untung atraksi kolaborasi Reog Ponorogo dengan Omikoshi diliput kamera dan langsung ditayangkan pada layar besar di samping panggung utama.  Lumayanlah bisa nonton dari situ.  Meski yang dilihat tergantung yang diarah oleh cameraman.  ’Tapi kan kurang seru nonton dari situ,’ keluh seorang pengunjung yang mengobrol dengan Wahyudi.  Wahyudi sendiri memanjat tiang lampu sorot agar memperoleh sudut pengambilan gambar yang lebih baik.  ’ir, photoin aku lagi gini dong,’ pintanya dari atas tiang.

 

Menjelang Maghrib atraksi kesenian dihentikan.  irma dan Wahyudi mencari-cari mushola.  Tau nggak, di penjuru area plaza barat itu ada tiga penunjuk arah lokasi mushola tapi nggak ada satupun yang benar.  Waktu kita tanya sama petugas yang jaga di pintu, ternyata musholanya di gedung tennis in-door !  Whoaaaa ……… yang bener dong kalau bikin petunjuk.  Jangan menyesatkan gini.  ‘Padahal kalau di Jepang biarpun kita nggak bisa baca kanji tapi nggak pernah kesasar ya,’ celetuk Wahyudi.  Iya, kalau di sana papan-papan informasi dilengkapi dengan gambar-gambar yang komunikatif dan mudah dipahami.  Jadi meski kita nggak ngerti kanji atau bahasa Jepang, ya nggak masalah.

 

Musholanya kecil.  Tapi yang mau sholat banyaaaaakkk sekali.  Walhasil sholat dempet-dempetan dan selesai sholat nggak sempat dzikir dan berdoa lagi.  Langsung keluar karena banyak yang ngantri mau sholat.  Karena pintu masuk keluar mushola cuma satu sehingga di sana padat dengan orang-orang yang mau sholat, beberapa orang pria memutuskan keluar dari mushola lewat …… jendela !

 

Selesai sholat Maghrib, hujan !  Deras sekali.  Karena nggak mungkin kembali ke plaza barat jadi irma dan Wahyudi memutuskan berteduh di teras atas gedung tennis in-door.  Beberapa orang pengunjung festival juga melakukan hal yang sama.  ‘Ayo tebak, berapa lama hujannya ?’ irma mengajak Wahyudi bertaruh.  Wahyudi memandang langit.  ‘Hmmm, hujan kayak gini kayaknya sih lama.  Bisa semalaman,’ katanya.  ‘Kalau kubilang, hujannya sampai jam setengah delapan,’ perkiraan irma.

  

Dan ternyata tebakan irma yang benar.  Jam setengah delapan malam hujan berhenti.  Kita kembali ke plaza barat.  Di pintu emergency exit irma menunjukkan stempel merah di tangan kanan, tanda irma udah masuk ke area festival sebelumnya.  Sampai di dalam plaza barat, lho kok tenda-tendanya banyak yang gelap ??  Rupanya mati lampu !  Apa karena hujan tadi jadi ada gangguan aliran listrik ??

 

Dari panggung utama master of ceremony umumkan aliran listrik sedang diperbaiki.  Panitia meminta maaf atas gangguan tersebut.  Karena nggak ada atraksi apa-apa irma dan Wahyudi putuskan untuk melihat-lihat stand perusahaan sponsor Golden Years of Indonesia - Japan Friendship Festival.  Kebetulan deretan tenda di sana tidak terganggu aliran listriknya.  Kita masuk ke stand Toyota, di sana dapat VCD safety driving.  Di stand Panasonic kita dapat informasi tentang green products.  Ke stand Yakult, dikasih Yakult Ace gratis.  Terakhir masuk ke stand produk minuman, Wahyudi beli secangkir kopi panas.  Yang jualannya orang Jepang.  Lucu sekali cara dia menawarkan dagangannya.  Gayanya seperti manekin.  irma sampai ketawa geli lihatnya. 

 

Mungkin karena tadi hujan jadi banyak pengunjung festival yang memutuskan untuk pulang.  Suasana di plaza barat agak sepi dibandingkan siang tadi yang hiruk pikuk padat pengunjung.  He eh, sepi gini malah enak.  irma baru bisa menikmati suasana.  Wahyudi malah lebih leluasa memotret.  Siang tadi dia kesal sekali karena dihalangi orang waktu dia lagi ngambil photo Omikoshi.  Orang itu dengan nggak sopannya berdiri di hadapan dia yang jelas-jelas lagi motret.  Huh, padahal ’tu orang lagi hunting photo juga.  Pake kamera DSLR keluaran terbaru dari Canon.  Tapi kok ya kelakuannya nggak sopan gitu, apalagi terhadap sesama photographer.  Saking kesalnya Wahyudi sampai berujar, ’Mbak, emang pantatnya bagus ya, dipajang di depan saya gini ?!!’

 

Saat Wahyudi asik memotret patung pemanah di gerbang plaza barat, tiba-tiba irma merasa kebelet pipis.  Bergegas irma menghampiri deretan portable toilet di samping plaza barat.  Untung nggak terlalu banyak yang ngantri.  Nggak sampai sepuluh menit irma dah dapat toilet yang kosong.  Sebelum irma pake, petugas yang jaganya nyemprot bagian dalam toilet dengan cairan pewangi.  irma perhatikan tiap kali ada orang yang mau pake toilet selalu petugas itu menyemprotkan cairan pewangi.  Mungkin maksudnya untuk menyamarkan bau nggak enak.  Tapi ternyata cairan pewangi itu malah bikin napas irma megap-megap.  Kayaknya irma alergi dengan kandungan di dalam cairan tersebut.

 

Akhirnya, listrik kembali berfungsi.  Master of ceremony ajak para pengunjung festival untuk mendekat ke panggung utama.  Oh rupanya ada konser musik.  Dewi-dewi membuka konser dengan lagu lawas yang dulu dipopulerkan Joan Jett and the Blackhearts, ’I Love Rock n Roll’.  Britney Spears juga pernah menyanyikan lagu ini dalam salah satu albumnya.  irma suka sekali lagu itu.  Sambil menggoyang-goyangkan tubuh irma pun turut bernyanyi. 

 

He was with me, yeah me
Next we were movin’ on
He was with me, yeah me, singin’
I love rock ‘n roll
So put another dime in the jukebox, baby
I love rock ‘n roll
So come an take your time an dance with me  (I Love Rock ‘n Roll – Joan Jett and the Blackhearts)

 

Berikutnya Dewi-dewi nyanyikan lagu-lagu mereka dan lagu karangan Ahmad Dhani lainnya.  Irama lagu mereka menghentak dan membangkitkan semangat.  Makin seru aja kita bergoyang.  Lagi asik joget-joget gitu seorang panitia menghampiri irma dan Wahyudi lalu berkata, ‘Narinya di depan dong !’ 

 

Karena suara dari sound system keras banget makanya tadi irma putuskan untuk mendengar konser musik dari pelataran tengah plaza barat, bukan dari depan panggung utama.  Dan ternyata karena di sana cuma irma dan Wahyudi yang asik dengarkan musik sambil goyangkan badan, jadilah kita berdua pusat perhatian orang-orang yang duduk-duduk mengelilingi pelataran.  Hiii …… malu deh.  Tapi udah kadung, ya kita terus aja asik sendiri.  Eh, salah deng.  Asik berdua.

 

Berikutnya giliran Letto yang naik ke atas panggung.  Hwadugh, kebanting deh.  Setelah tadi Dewi-dewi hadirkan musik rock menghentak kini Letto hadir dengan lagu-lagunya yang mellow.  irma yang emang bukan penggemar Letto jadi males lanjut dengerin konser.  Jadi irma minggir dan duduk di tepi pelataran tengah, dekat stand tempat Omikoshi disimpan.  Sementara Wahyudi lanjut hunting photo.

 

Hei, tapi itu ada kesibukan apa di atas panggung tepat di pelataran tengah plaza barat ?  Oh rupanya persiapan untuk Taiko !  Oedo Sukeroku Taiko sedang mempersiapkan perlengkapan mereka.  Empat genderang (bahasa Jepangnya : taiko) dipasang di keempat sudut panggung.  Di tengah dipasang satu taiko yang paling besar.  irma bergegas mendekati panggung itu untuk melihat kesibukan mereka lebih jelas.  Asiiiikkk ...... karena nggak banyak yang menyadari mereka sedang bersiap-siap gitu jadi irma bisa puas-puas memotret mereka.  Para Taiko Girl itu cantik sekali. 

 

Kapan Oedo Sukeroku Taiko itu memulai pertunjukannya ?  Oh rupanya di akhir lagu Letto mereka mulai menabuh taiko masing-masing.  Karena irma udah di dekat panggung sebelum pertunjukan dimulai jadi irma bisa dapat posisi asik untuk menikmati permainan mereka.  Sama sekali nggak terhalang orang lain.  Hebat sekali permainan Oedo Sukeroku Taiko.  Gebukannya,  DAHSYATT ! 

 

Selesai pertunjukan Oedo Sukeroku Taiko, mereka turun dari panggung beserta perlengkapan masing-masing.  Para penonton mengelu-elukan mereka.  Tiga orang perempuan dan dua orang lelaki.  Masing-masing mengenakan legging hitam, yukata pendek, dan ikat kepala.  Kakinya beralaskan sepatu kain hitam seperti yang biasa dipakai ninja.

 

Doraemon kembali naik ke atas panggung bon odori.  Didampingi Pak Ginandjar Kartasasmita dan Mr. Kojiro Shiojiri yang akan menyampaikan kata penutupan festival.  Pak Ginandjar paparkan tentang kerjasama antara Jepang dan Indonesia, bagaimana hubungan antara kedua negara tersebut dipulihkan setelah Perang Dunia II dan Kemerdekaan Indonesia.  Terakhir Mr. Kojiro Shiojiri menyampaikan pidato penutupan.  Sama seperti waktu pembukaan tadi, di awal pidatonya beliau berkata, ‘Saya bukan penyanyi Jepang.’  Para penonton pun tertawa.  Wahyudi bilang, ‘Berarti dia udah sering disangka penyanyi Jepang.’  Pak Dubes ini memang tampangnya enak dilihat.  Seperti anggota personel boys band.

 

Di akhir pidatonya Mr. Kojiro Shiojiri berkata, ’Hanya satu dari saya, Indonesia – Jepang …’  Lalu beliau terdiam.  Sepertinya lupa akan kata-kata yang akan disampaikan berikutnya.  Tiga kali beliau berkata, ’Hanya satu dari saya, Indonesia – Jepang …’  Penonton kembali tertawa.  Akhirnya beliau berhasil juga mengingat pesan yang akan disampaikannya (atau mungkin ada yang ngebisikin ya ??) , ’Hanya satu dari saya, Indonesia – Jepang … bersahabat selamanya !’  Penonton pun bertepuk tangan.

 

Pak Ginandjar dan Mr. Kojiro Shiojiri berjabat tangan.  Lalu mereka turun dari panggung.  Doraemon tetap di sana.  Rupanya ia akan turut bon odori.  Di Jepang bon odori adalah tarian musim panas yang diadakan di malam hari saat bulan purnama.  Meski malam itu bulan tidaklah purnama namun tidak mengurangi semangat para peserta festival untuk berbon odori.  Banyak pengunjung yang datang mengenakan yukata, kimono musim panas yang terbuat dari bahan tipis dan nyaman.  Bahkan banyak pengunjung orang Indonesia yang turut mengenakan yukata.

 

Sekelompok ibu-ibu beryukata – baik orang Jepang maupun orang Indonesia – naik ke atas panggung bon odori.  Satu orang di antara mereka penampilannya lain sendiri.  Ia pakai topi tradisional Jepang yang dibuat dari bambu.  Menarik sekali.  Selain itu di antara kelompok itu ada Christine Hakim.  Tau Christine Hakim kan, aktris Indonesia yang tersohor dan langganan piala Citra ?  Ia mengenakan yukata dari bahan batik.  Keren.

 

Doraemon berdiri di tengah-tengah lingkaran para ibu-ibu tadi.  Bagaimana caranya dia menari ?  Yaaa …… Doraemon cuma goyang-goyang badan aja.  Sementara para ibu-ibu itu menari berputar, melenggak-lenggokkan badan, dan bertepuk tangan diiringi musik dari sound system.  Cuma sebentar aja Doraemon berbon odori.  Berikutnya ia turun dari panggung.  Saat meninggalkan panggung bon odori Doraemon dikawal ketat.  Panitia dan petugas keamanan bergandengan tangan membentuk barikade mengelilingi Doraemon.  Kenapa sampai seperti itu pengawalannya ya ?  Mungkin karena banyak yang gemas dengan Doraemon ingin cubit, ingin meluk, bahkan pengen nggigit.

 

Bon odori dilanjutkan lagi.  Kali ini diiringi Oedo Sukeroku Taiko yang bermain dari bawah panggung.  Ternyata bukan cuma ibu-ibu yang di atas panggung aja yang menari, para penonton di pelataran tengah pun berbon odori.  Baik orang Jepang maupun orang Indonesia.  Mereka membentuk lingkaran mengeliling panggung.  Makin lama lingkarannya makin besar.  Malah terbentuk lingkaran lagi di luar lingkaran.  Seru sekali orang-orang berbon odori.  Mereka tertawa, bergembira, dan melompat-lompat.

 

Lagi seru-serunya bon odori begitu tiba-tiba ........ SUIIITTTTT DUARRRRRRR !!!!  Di langit berpendar cahaya kemerahan.  Oh kembang api !  Hanabi !  Orang-orang pun berhenti menari.  Sekarang mereka semua memandang ke langit, menikmati atraksi kembang api.  Cantik sekali.  Seorang lelaki malah duduk ngeleseh di lantai keramik plaza barat agar ia bisa menikmati kembang api dengan nyaman. 

 

Atraksi kembang api tersebut merupakan penutup rangkaian Golden Years of Indonesia – Japan Friendship Festival.  Puas sekali menikmati omatsuri ini.  Beruntung banget irma bisa dapetin tiket masuknya dari Wahyudi.  Gratis lagi.  Wahyudi pun temani irma nonton festival ini sampai habis.  Hiii ... jadi makin cinta aja irma sama dia.  Hahahaha.  Makasih ya Di, muah muah muah muah muah muah muah muah muahhhhhhh

 

 

(mulai ditulis hari Senin 18 Agustus 2008 kemarin, menjelang Wahyudi berangkat ke Philippines.  Happy anniversary Di, nggak kerasa ya udah 5 tahun kita jalan bareng J )

 

 

 

 

 

 

4 comments:

  1. muach muach muach juga buat wahyudi... xixixixi... *kidding*

    ReplyDelete
  2. muach muach muach juga buat wahyudi... xixixixi... *kidding*

    ReplyDelete
  3. WAAAAAAAAAAAAAAAAAA ADA DORAEMON nya yaaaaaaaaaa!!!!!

    ReplyDelete
  4. iyaaaaaa ........... dia pake selempang kayak putri-putrian gitu. tapi tulisannya 'Duta Budaya Animasi' :D
    http://eskrim.multiply.com/photos/album/92/50_years_Indonesia_-_Japan_Friendship_Festival#5

    ReplyDelete