Thursday, March 25, 2010

(little) cat rescue

 

Tadi malam hujan dalam perjalanan pulang kerja tiba-tiba turun menderas saat irma tinggal beberapa langkah lagi dari rumah.  Irma segera berlari.  Si Mpus menyambut irma di teras depan.  Ia mengeong-ngeong gelisah.  Baru irma perhatikan anaknya cuma ada dua yang bersamanya.  Ke mana Hachi yang satu lagi ?

 

Baru kemudian irma dengar suara kucing kecil mengeong panik.  Arahnya dari saluran air depan rumah.  Irma pun berjalan ke sana.

 

“Meong !  Meong !”

 

Sepasang kaki depan Hachi bertumpu pada dinding saluran air.  Ia berusaha memanjat keluar tapi dinding itu terlalu tinggi.  Kaki-kaki belakangnya belepotan lumpur.  Badannya mulai basah.  Sepertinya ia baru saja kecebur masuk saluran air tersebut.

 

Irma melompat masuk ke dalam saluran air.  Hachi yang ini tidak melawan ataupun hachi-hachi saat irma memegangnya.  Ia lalu irma bawa masuk ke dalam rumah.  Si Mpus berlari mengekor di belakang irma.  Di dalam rumah si Hachi irma keringkan dengan keset handuk.

 

Kemudian irma berlari keluar rumah lagi untuk mengambil kedua Hachi yang lain.  Hujan deras sekali.  Mereka bisa basah kuyup.  Tapi irma hanya temukan satu Hachi di teras depan.  Ia merapat ke dinding berusaha menghindari percikan air hujan.  Hei, percuma Bung !  Hujan ini deras kali !  irma lalu membawa Hachi ini ke dalam dan bergabung dengan si Mpus dan Hachi yang abis kecebur got.  Seperti biasa ia hachi-hachi saat irma akan memegangnya.  Tapi saat irma menenteng tengkuknya ia pun tak bisa apa-apa.

 

Mana Hachi satu lagi ?

 

Irma mencari-cari ke sudut halaman di bawah jendela kamar depan.  Tadi malam satu Hachi tidur di sana sementara yang dua lagi tidur dengan si Mpus di teras depan.  Sudut di bawah jendela ini memang lebih terlindungi dari hujan dan panas.  Tapi terlalu dekat dengan rumah sebelah makanya dulu kami pernah diprotes tetangga karena si Mpus dan anak-anaknya berdiam disana.

 

Tidak ada Hachi di sudut itu.  Irma cari-cari ke penjuru halaman lain.  Tadi dia ada kok.  Apa dia juga jatuh ke saluran air ?  irma menyibak rumpun tanaman di tepi teras depan.  Kemarin irma lihat ketiga Hachi ini bersembunyi di sana saat ibu mereka tidak ada.

 

Nggak ada.

 

Bingung irma berdiri di tengah halaman.  Curah hujan irma abaikan.  Padahal irma nggak pakai payung, topi atau pelindung air lainnya.  Badan irma pun basah.  Sama seperti Hachi yang kecebur got tadi.

 

Baru kemudian irma lihat si Hachi yang irma cari-cari itu.  Ia mengintip dari rumpun tanaman warna ungu di tepian carport.  Dalam hati irma kagum akan kepintarannya mencari tempat persembunyian.  Rumpun ungu ini memang lebih rapat dan rimbun daripada rumpun hijau bunga-bunga putih di sepanjang teras.  Tapi di tengah hujan deras ini tetap saja tidak bisa melindungi ia dari basah.

 

Ketiga Hachi dan ibunya sudah di dalam rumah.  Irma membuka pintu belakang.  Keempat anak si Mpus yang lebih tua menyerbu masuk.  Badan mereka juga basah kena air hujan.  Begitu sampai di dalam rumah badan mereka menegang dan bulu-bulunya berdiri.

 

Mereka masih belum bisa menerima kehadiran Hachi pangkat tiga.

 

Oh sudahlah, kata irma dalam hati.  Aku sedang tidak mau membujuk-bujuk mereka agar bersikap manis pada adik-adiknya.  Irma lalu menyiapkan makanan untuk si Mpus dan keempat anaknya yang lebih besar.

 

Entah merajuk atau protes akan kehadiran Hachi bertiga, keempat anak si Mpus itu tidak mau menyentuh makanan dan susu yang irma sediakan.  Walhasil jadilah si Mpus puas-puas makan dan minum susu.  Jatah untuk lima ekor kucing dia nikmati sendiri.

 

Irma telpon Wahyudi.  Ia masih di pabrik.  Irma cerita satu Hachi kecebur got.  Sekarang Hachi bertiga di dalam rumah sama Mpus dan kakak-kakaknya.  Tapi keempat kakak mereka tidak mau menerima mereka.  Bahkan disediain makanan pun dicuekin.  “Biarin aja,” Wahyudi bilang.  “Paling juga nanti kalau lapar mereka akan makan.  Si Hachi yang tiga itu taruh aja di dalam keranjang baju kotor.  Ada satu keranjang yang kosong.  Nanti kalau aku udah di rumah aku urus kucing-kucing yang lain.”

 

Selesai menelpon Wahyudi irma lalu menyiapkan keranjang baju kotor yang Yudi maksud.  Tapi cuma ada satu Hachi yang terlihat, berdiri menempel di badan ibunya yang sedang minum susu.  Hachi itu irma masukkan ke dalam keranjang.  Mana yang dua lagi ?

 

Yang jelas mereka nggak bakalan bersama keempat kakaknya.  Irma cari ke penjuru rumah.  Sampai membungkuk-bungkuk memeriksa setiap kolong meja dan lemari.  Nihil.  Irma pun berpikir, kira-kira di mana mereka bersembunyi  ya ?  Pasti di tempat yang nyempil sulit dijangkau.

 

Irma mengintip ke celah antara rak buku dengan dinding.  Haa !  Di situ mereka !  Ngejogrog berdua merapat pada papan setrika.  Mereka pikir mereka tidak terlihat.  Dengan gagang sapu irma mendorong mereka keluar.  “Sorry, I have to do this,” kata irma.  Dih, emang mereka ngerti bahasa Inggris ?  Lha tiap kali disapa jawabannya, “Shaahhh … shaahhh …” mulu.

 

Ketiga Hachi sudah aman dalam keranjang.  Irma berpaling kepada keempat anak Mpus yang lebih besar.  Mereka berkumpul di bawah meja makan.  “Jadi kalian nggak mau makan nih ?” irma bertolak pinggang kepada Maggie, Charlie, Obie, dan Kelly.  Mereka berempat memandang irma dengan wajah cemberut.  “Oke.  Terserah.  Lapar kalian tanggung sendiri ya.”  Lalu irma mandi.

 

Setelah mandi irma menyiapkan makan malam.  Baru irma perhatikan si Mpus jalan bolak-balik gelisah di depan pintu.  “Kenapa Mpus ?” tanya irma.  Mpus tidak menjawab.  Matanya menatap tajam ke pintu.

 

Ada apa sih ?  irma mendekati si Mpus.  Kemudian irma dengar suara kucing kecil, tinggi melengking dan mengeong-ngeong panik.  Ini kucing yang mana lagi nih ??

 

Irma membuka pintu teras samping.  Di luar hujan masih deras turun.  Mpus berlari menerobos hujan.  Ia menuju saluran air depan rumah sebelah.  Irma mengikutinya.

 

Dari rumah kosong di sebelah suara kucing kecil itu makin jelas terdengar.  Tapi irma tidak tau di mana sumbernya.  Irma lalu kembali ke rumah untuk mengambil jaket dan lampu darurat.  Kemudian balik lagi ke rumah sebelah.

 

Si Mpus tengah berdiri di tepi saluran air depan rumah sebelah.  Ia melihat ke arah bawah.  Ekornya berkibas-kibas.  Irma menyorotkan cahaya lampu darurat ke sana.  Tampaklah di sana, di dasar saluran air, seekor anak kucing berdiri mencengkram dinding saluran.  Sama seperti Hachi yang kecebur got tadi kucing kecil ini juga berusaha memanjat keluar tapi dinding itu terlalu tinggi untuknya.  Badannya menggeletar  basah kuyup.  Tampangnya memelas sekali.  Entah sudah berapa lama ia di sana.  Kuku-kukunya menancap dalam ke dinding.  Irma agak kesulitan melepaskan ia dari sana.

 

Diiringi bunyi “Meong !” keras dari mulutnya irma berhasil mengeluarkan ia dari saluran air.  “Ayo Mpus, pulang !” seru irma di antara deras hujan.  Berlari-lari kecil si Mpus mengiringi irma ke rumah.  Di dalam rumah kucing kecil itu irma keringkan pakai keset handuk.  Baru irma perhatikan warnanya putih belang hitam.  Ekornya panjang.  Sepertinya ia seumuran dengan Hachi bertiga.  Ini anaknya Mpus juga bukan ya ?

 

Kucing kecil itu merapatkan badannya ke irma mencari kehangatan.  Irma lalu mendekatkan ia pada si Mpus.  Mpus menjilat-jilat badannya.  Si kucing kecil berusaha menyusu kepadanya.  Tapi sepertinya si Mpus sedang enggan menyusui.  Ia tidak mau duduk.  Akhirnya kucing kecil ini irma masukkan dalam keranjang, bergabung dengan Hachi bertiga.  Harap-harap cemas juga karena khawatir jangan-jangan mereka tidak mau menerima kehadirannya.  Tapi justru mereka bertiga menjilat-jilat kucing kecil ini.

 

irma mencuci tangan.  Lalu lanjut menyiapkan makan malam.  Keempat anak si Mpus yang lebih besar menemani irma di dapur.  Tiga Hachi plus satu anak kucing lagi ada dalam keranjang di ruang tamu.  Si Mpus santai tiduran di tengah rumah.  Dih, kok serasa dia yang jadi nyonya rumah ya ?  sementara aku malah jadi bedindenya.

 

 

 

2 comments:

  1. beda bapak kali - terus ikut bapaknya dan baru ketemu emaknya ..... :p

    ReplyDelete
  2. Atau sepupunya hachi dari iparnya mpus anaknya om nya..

    ReplyDelete