Sunday, August 15, 2010

di pusara Papa


Minggu lalu irma dan Mama ke makam Papa.  Kapan ya terakhir irma ziarah ke sana ?  Kayaknya dah lama banget deh.  Dulu waktu masih tinggal di Bandung irma ke makam Papa menjelang puasa, lebaran, di hari ulang tahun Papa, dan di hari Papa meninggal.  Tapi sejak tinggal di Jakarta irma jarang sekali ke makam Papa.

Papa dimakamkan di TPU Sirnaraga di jalan Pajajaran.  Satu tempat pemakaman yang padat.  Antara satu makam dengan makam lain nyaris tak berjarak.  Seringkali peziarah kesulitan mencari tempat pijakan.  Kan katanya nggak boleh melangkah di atas atau melalui makam ??

Meski jarang ke makam Papa tapi irma masih ingat lokasinya.  Makam Papa terletak di antara dua makam kembar.  Yang sebelah kanan dua makam kanak-kanak dilapisi keramik biru.  Sebelah kirinya dua makam seperti di komplek pemakaman kerajaan Mataram, dengan pusara ditinggikan terbuat dari batu andesit.  Di kaki ketiga jajaran makam tersebut menjulang pohon kemboja dan sukun.  Teduh menaungi.

Pusara Papa sendiri sederhana aja.  Model standar dengan batu nisan yang udah memudar tulisannya.  Tiap kali ke sana irma dan Mama selalu saling mengingatkan untuk mencat kembali tulisan tersebut.   Tapi selaluuuuu saja hanya tinggal rencana.  Abisnya Mama keukeuh maunya Kang Ayat - tetangga yang suka bantu-bantu Mama dalam urusan pertukangan - yang ngerjain.  Padahal kalau minta tolong Kang Ayat tuh, looooaaammmaaaaaa sekali baru dia ada waktu untuk bantuin.  Ya kan dia juga punya majikan yang harus dia penuhi tugas-tugasnya.

Pagi itu TPU Sirnaraga sepi.  Tapi tumben bersih.  Mungkin karena menjelang puasa jadi dirapikan demi menyambut para peziarah.  Bahkan rumput-rumput liar yang biasa irma temui menutupi tanah di pusara Papa kini nggak ada lagi.  Yang ada adalah rumpun berdaun kecil-kecil seperti daun semanggi. 

Mama duduk bersimpuh di dekat bagian kepala.  irma di seberangnya.  Mama membaca doa dan beberapa ayat suci Al Qur'an.  irma duduk terdiam.

irma nggak pernah berdoa atau mengaji di makam Papa.  Bagi irma, mendoakan Papa tidaklah harus di makamnya.  Mendoakan Papa bisa di mana saja, kapan saja.  Usai sholat, waktu kangen Papa, kapanpun saat teringat Papa, irma akan berdoa untuknya.

Jadi yang irma lakukan di makam Papa adalah, bercerita.  Seolah-olah irma sedang berdialognya.  Cerita apaaaa saja.  Tapi tentunya hanya dalam hati irma ceritanya.

Kali itu irma cerita tentang kandungan irma yang diperkirakan lahir Desember nanti.  Belum diketahui jenis kelaminnya.  Tapi irma harap ia sehat-sehat saja, baik laki maupun perempuan.  Dan irma nggak berharap ia jadi anak yang pintar.  irma ingin ia menjadi anak yang baik budi, seperti yang selalu Papa dan Mama ajarkan. 

Mama masih mengaji.  irma menengadah.  Langit pagi itu cerah sekali.  Warna birunya begitu indah.  Tepat di atas makam Papa, dua buah sukun menggantung.  Angin berhembus pelan, jatuhkan beberapa kuntum bunga kemboja putih ke tepian makam.  Suasana begitu hening dan damai.  Baru kali itu irma melihat keindahan di pemakaman.  Ternyata nggak harus ke San Diego Hills untuk melihat makam yang asri.

Sempat terlintas di benak irma kayaknya asik juga duduk membaca di sini.  Sayangnya ketenangan itu diusik oleh orang-orang yang datang menghampiri, berpura-pura bersihkan makam padahal sebenarnya harapkan uang.


5 comments:

  1. ini nih yg bikin males datang k makam.

    ReplyDelete
  2. itulah yang membuat males ke makam. untung makan di tempat orang tua dan mertua-ku di semayamkan tidak ada yang begitu-begitu. yang pasti, makam-makan di daerah lah....

    ReplyDelete