Wednesday, October 21, 2009

aku berjalan pulang seperti Eca pergi naik gunung

 

Baca postingannya Eca  tentang perjalanan dia ke Gunung Gede , Eca bilang dia harus pake headlamp saat menuju puncak.  Jadi ingat kalau irma juga pake headlamp kalau berjalan pulang.

Bukan, bukan karena rumah irma di puncak gunung maka irma harus pake headlamp begitu.  Tapi karena jalan utama menuju komplek rumah gelap kalau udah lewat Maghrib.  Padahal itu boulevard utama.  Jalan masuk menuju cluster-cluster perumahan.

Sudah sebulan ini lampu jalan sepanjang boulevard itu hanya dinyalakan sebagian.  Dari 11 pasang lampu jalan (berarti 22 lampu ya) cuma 3 lampu yang nyala setelah Maghrib.  Katanya sih karena para warga penghuni cluster keberatan biaya penerangan lampu jalan tersebut dibebankan kepada mereka.  Mereka maunya biaya tersebut ditanggung pengembang.  Sedangkan pengembang ingin biaya ditanggung bersama antara pengembang dengan penghuni.

Baca di milis penghuni cluster, sepertinya sudah lama terjadi ketegangan antara penghuni dengan pengembang.  irma nggak tau masalahnya apa, atau sejarahnya bagaimana, yang jelas tiap kali bicara tentang pengembang selalu saja muncul makian, cacian dan kutukan dari warga ditujukan kepada pengembang.  Kaget juga tau para penghuni yang bekerja secara terhormat itu bisa berkata-kata sangat keji.  Tapi mungkin juga permasalahannya begitu berat sehingga pada sakit hati begitu.

Jadi selama tidak ada kejelasan siapa yang menanggung biaya listrik lampu jalan maka sepanjang boulevard utama tersebut penerangan dibuat seminim mungkin.  Nggak pernah lebih dari 3 lampu yang dinyalakan.  Heran deh, kok nggak ada yang mempertimbangkan masalah keamanan.  Sejak boulevard gelap begitu di sana jadi tempat nongkrong nggak jelas malah pernah dipake kebut-kebutan tanpa lampu.  Serem.

Kadang irma pikir apa para penghuni cluster itu pada pake kendaraan semua ya ?  Pada pake mobil dan motor, nggak ada yang jalan kaki seperti irma makanya mereka nggak peduli boulevard itu gelap atau terang.  Memang nggak terlalu jauh sih, satu ruas jalan itu paling cuma 500 meter.  Tapi gelap ya tetap aja gelap. 

Memang sih, ada alternatif jalan lain buat ke cluster.  Lewat perkampungan.  Tapi lebih serem lagi karena melintasi pemakaman.  Bisa juga naik ojek tapi karena irma pernah punya pengalaman buruk dengan ojek maka irma lebih suka jalan kaki.  Atau naik ojek pribadi alias suami sendiri.  Tapi Wahyudi pulang lebih malam daripada irma.  Jadi jarang kita bisa pulang bareng.

Ya sudah, yang bisa dilakukan adalah irma berangkat sepagi mungkin agar sore bisa pulang tepat pukul empat.  Kalau pulang jam segitu jalan pulang sepanjang boulevard utama masih cukup terang.  Tapi untuk berjaga-jaga irma selalu bawa headlamp dalam tas.  Jadi kalaupun udah keburu gelap irma masih bisa berjalan pulang diterangi lampu dari atas kepala.  Dan itu pernah irma lakukan beberapa kali.

Begitulah, aku berjalan pulang tak ubahnya Eca pergi naik gunung.  Hhhhh ...

 

 

 

6 comments:

  1. hihihihi.....
    Irma emang pinter nulis
    kereeeeeeeeen :D

    ReplyDelete
  2. payung, pentungan, bag cover, rain coat spotlight, bagpack, ... apa lagi ya ? oh ya, sepatu trekking. ini perjalanan pulang atau hiking sihh ??

    ReplyDelete
  3. ah nggak juga mam. aku takut gelap. dan aku paling takut bertanya sama orang. takut dijutekin :((

    ReplyDelete