Wednesday, October 21, 2009

kisah uang seribu dan seratus ribu

 

Hihihihi, ceritanya nyepet banget.  Dikutip dari milis Historia-Indonesia

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kiriman seorang sahabat.....

Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi
mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI
dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali ke luar dari PERURI,
uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum
dan menarik..

Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus
ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.

Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :

“Ya, ampiiiyuunnnn. ………..dari mana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan
kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor , lecet dan……
bau! Padahal waktu kitasama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama
keren kan ….. Ada apa denganmu?”

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan
nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :

“Ya, beginilah nasibku, kawan. Sejak kita ke luar dari PERURI, hanya
tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya
saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang
sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah,
penuh dengan darah dan kotoran ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke
plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci
tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang
nasi uduk, dari sana saya hijrah ke ‘baluang’ Inang-inang. Begitulah
perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh,
karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. …….”

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:

“Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan
pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku
disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke
dompet seorang wanita cantik. Hmmm… dompetnya harum sekali. Setelah dari
sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel
berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di
tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku
selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu
ceritakan itu. Dan…… aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu.”

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : “Ya.
Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.Tapi
ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!”

Apa itu?” uang seratus ribu penasaran.

“Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di
tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir
ditempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana…..”

3 comments: