Wednesday, October 14, 2009

Padang lagi ... Padang lagi ... orang Padang di mana-mana

 

... sembilan tahun audit di Batam baru kali ini irma dikelilingi orang Padang melulu ...

Diawali dengan pembicaraan dengan supir taksi yang mengantar irma dari bandara Hang Nadim ke hotel di daerah Baloi.  Dari logat bicaranya irma menebak dia orang Minang.  Betul, ternyata dia dari Bukittinggi.  Tapi sejak umur dua tahun sudah tinggal di Batam.  Kuliah di Padang.  Mungkin karena itu jadi logatnya nggak hilang. 

"Mbak dari Padang juga ?" tanyanya.  He eh, kakek dan nenek irma yang dari Sumatera Barat.  Selalu irma jawab begitu tiap kali ditanya apakah irma orang Minang.  Seumur-umur tinggal di Bandung, nggak pernah diajarin budaya dan adat Minang, ngomong bahasa Padang juga nggak bisa, jadi terang aja irma nggak pernah merasa dirinya orang Minang.

Tapi karena Minangkabau menganut aliran matrilineal yang berarti garis keturunan mengikuti ibu, makanya Mama selalu menekankan bahwa irma adalah orang Minang.  Demikian juga supir taksi itu setelah tau yang dari Sumatera Barat adalah orang tuanya Mama.  

“Di ma kampungnya ?” tanyanya.

“Ugh, jauh.  Di kabupaten Agam sana,” jawab irma.

”Agam ?  Saya kan dari Bukittinggi.  Agam nya sebelah mana ?”

”Palembayan.”

”Palembayan ?  Waaah, itu di pelosok.  Di atas danau Maninjau sana.”

 

irma nyengir.  Emang.  Jauuuuhhh sekali.  Orang Padang sendiri belum tentu tau Palembayan tuh di mana.  Yang lucu, Palembayan nggak tertulis di peta Sumatera Barat terbitan Indonesia.  Tapi ada di peta terbitan Periplus.  Bahkan Tamtaman - desanya Nenek yang terpencil itu - pun ditulis di sana.

 

”Sukunya apa ?” supir taksi bertanya lagi.

”Sikumbang.”

”Oh, kalau Sikumbang itu bako saya.  Tau bako ?”

”Tau.  Suku dari pihak Bapak kan ?”

Supir taksi itu mengangguk.

 

Keesokan harinya waktu diperkenalkan dengan client, kembali irma menebak ia adalah orang Minang.  Nah, betul kan.  Ternyata dia dari Payakumbuh.  .... Payakumbuh go Batusangkar ... irma teringat satu baris syair lagu "Ayam den lapeh".  Lalu kita jadi membahas tentang gempa 7.6R yang menimpa Padang minggu kemarin.  Juga istana Pagaruyung di Batusangkar yang terbakar beberapa tahun yang lalu.  Sayang sekali ya.

 

Lalu client memperkenalkan teamnya.  Hihihi, ternyata HR Managernya pun dari SumBar.  Bukittinggi tepatnya.  Begitu tau kampung Neneknya irma di Palembayan, HR Manager itu berkata, "Wah, ada nih Bu di bagian Technical yang dari sana juga.  Jangan-jangan satu kampung ?"  Dalam hati irma bilang, alangkah kecilnya dunia.

 

Pintu diketuk dari luar.  Seorang pria tersenyum memasuki ruang meeting.  Client memperkenalnya sebagai konsultan yang membantu mereka mengembangkan sistem.  Begitu ia bicara, ... yahh lagi-lagi orang Padang !

 

Mudah ditebak saat istirahat siang kami ke rumah makan Padang.  Padahal biasanya kalau ke Batam client seringnya mengajak makan sup ikan khas Batam yang terkenal itu.  Makan nasi Padang, jo randang, diiringi lagu-lagu Nuskan Syarief, client bercakap-cakap dalam bahasa Padang, benar-benar audit irma di Batam kali itu nggak seperti lagi di Batam.

 

 

 

9 comments:

  1. ny, kalau di rumah Mama sih bilangnya, "Hidup nasi Padang !" secara hampir tiap hari di rumah selalu ada rendang ;)

    ReplyDelete
  2. kalo di rumahku, hampir tiap hari selalu ada pempek... :)

    ReplyDelete
  3. wah, mauuuuuuuuu ............. *ngiler*

    ReplyDelete
  4. hihihi.... *jadi ikutan ngiler*

    ReplyDelete
  5. Ondeh mandeh.....Irma basuo jo dunsanaknyo di Batam :D

    ReplyDelete
  6. kalo inget ke resto padang..
    pengen pesan otak.. gulai otak..
    tapi jangan salah nanyanya ya... "uda, punya otak nggak?"
    nanti bisa2 ditempeleng pake sendok kayu :P

    ReplyDelete
  7. hahaha, ya terang aja ditempeleng abis dhani nanyanya gitu sihh. bilang aja, "Da, ado otak ?" *sokngertibahasapadang*

    ReplyDelete