Wednesday, September 29, 2010

she's gone

 

... akhirnya, Soklat tidak bertahan hidup ...

Tadi pagi kami temui badannya telah kaku.  Soklat, Soklat, akhirnya kamu menyusul Fighter juga.  Mungkin memang itu yang terbaik untukmu.  Maafkan kami tidak bisa mengasuhmu sebaik indukmu.  Semahal-mahalnya susu formula memang tidak ada yang bisa mengalahkan air susu ibu.

Padahal tadi malam kelihatannya Soklat makin membaik.  Ia sudah bisa mengangkat kepala sendiri.  Kaki depannya pun mencakar-cakar tiap kali Wahyudi menyendokinya susu, seolah-olah ingin turut memegang sendok.  Tapi siapa sangka sih, paginya kami temui ia telah pergi.

Kiri, sodaranya, seolah turut merasa sedih.  Pagi tadi dia muram saja.  Nggak seperti biasanya ribut mengeong-ngeong.  Dia duduk diam di sudut ambang pintu menatap irma dengan pandangan mata memelas.

"Kiri, Kiri, kamu sedih ya Soklat pergi ?" irma mengelus-elus kepalanya.  Kiri menyurukkan kepalanya makin dalam ke telapak tangan irma.

Kemarin-kemarin irma lihat Kiri selalu bersama Soklat.  Saat Soklat tergolek lemas, Kiri duduk menempel di sampingnya.  Satu kaki depannya mengitari leher Soklat, seolah-olah ia sedang memeluknya.  Tidur pun begitu.  Hingga tadi malam irma lihat Kiri tidur berdampingan dengan Soklat.  Kepalanya menempel pada kepala Soklat.  Satu kaki depannya memeluk leher Soklat.  Mungkin ia ingin memberi kekuatan pada Soklat.  Atau kehangatan.

"Memang kucing bisa merasa sedih juga ?" tanya Wahyudi.

Nggak tau.  Tapi irma merasa kucing tak ubahnya manusia juga.  Punya hati dan emosi.  Berarti punya perasaan juga kan ?

"Hmm ... iya mungkin juga sih," kata Wahyudi.  "Tapi yang jelas, kucing-kucing ini tau siapa yang sayang sama mereka.  Tiap kali kamu datang, mereka selalu menghampiri kamu ir.  Biarpun aku yang kasih mereka minum tapi mereka lebih suka main-main sama kamu daripada sama aku."

irma mengelus-elus Kiri dan Leader berganti-gantian.  Wahyudi bersiap-siap mengubur jenazah Soklat.  Kiri, Leader, semoga kalian tetap survive ya.  Soklat, may you rest in peace.

 

 

3 comments:

  1. duh turut berduka cita yaa .. saya sbnrnya ga gitu suka kucing, tp baca jurnal ini kok jd terharuh, tp kynya emang bener klo binatang bisa ngerasa sama sapa yg sayang or suka sms dia, insting kali ya

    ReplyDelete
  2. ikut sedih.... 'selamat jalan' soklat......

    ReplyDelete