Thursday, September 2, 2010

my blessing


"Ugh ..."

irma naik ke atas panthernya Wahyudi dengan susah payah.  Mobilnya Wahyudi ini nggak ada foot step atau pijakan kaki.  Padahal posisi tempat duduk lumayan tinggi, nggak kayak mobil sedan.  Jadi untuk naik ke dalam mobil harus agak-agak manjat.  Dengan kondisi perut membuncit dan beban makin berat, bikin irma agak kepayahan tiap kali naik dan turun mobil.

irma menghembuskan napas lega saat berhasil duduk nyaman di sebelah kursi pengemudi.  "Duh, masih lama ya (lahirannya).  Masih jauh perjalanan," irma mengelus-elus perut.

Wahyudi terkekeh geli melihat kelakuan irma.  "Tau nggak, aku justru iri sama kamu lho," katanya.

Iri ?  Kenapa iri ?

"Karena," ia memindahkan kopling ke gigi untuk kecepatan lebih kencang, "kamu selalu bersama-sama si adek."

irma memandangnya dengan pandangan nggak ngerti.

"Kamu, ke mana-mana sama dia.  Kamu bisa melindungi dia.  Bisa berkomunikasi dengan dia.  Dia tumbuh bersama kamu.  Aku ?  Aku cuma bisa dapat ceritanya aja dari kamu.  Dia lagi nendang, dia nggelitikin kamu, dia jungkir balik di dalam perut kamu, aku nggak ngerasain semua itu.  Bahkan kadang kalau aku elus-elus perut kamu dia nggak bereaksi apa-apa."

irma tercenung dengar curhatnya Wahyudi.  Nggak disangka, ternyata dia ngiri dengan kondisi irma sekarang.

Seharusnya irma bersyukur ya, bukan mengeluh.  Setiap letih yang dirasa ini, setiap nyeri yang terjadi, itu menunjukkan dia ada bersama irma.  Begitu banyak perempuan yang mengidam-idamkan bisa seperti irma.  Banyak sekali perempuan yang meratap, bersedia menukarkan apaaaa saja miliknya asalkan ia diberi kesempatan untuk mempunyai anak.  Nggak usah jauh-jauh, saat arisan keluarga kemarin beberapa sepupu irma memandang perut buncit irma dengan iri karena telah bertahun-tahun menikah tapi mereka belum punya anak juga.  Ada yang mengikuti program bayi tabung hingga ratusan juta rupiah tapi ternyata benih yang ditanam di rahimnya nggak berkembang.  Kasihan, mana ibu mertuanya seringkali menyarankan suaminya untuk menikah lagi biar bisa punya anak.  Hei, yang menentukan bisa punya keturunan kan kedua pasangan suami-istri, bukan cuma istrinya saja !

Bahkan lelaki seperti Wahyudi pun iri terhadap irma.  Iri karena ia tidak bisa merasakan kehadiran si bayi sejak awal.  Iri tidak bisa berkomunikasi dengannya seiring pertumbuhan.  Iri tidak bisa selalu bersamanya, selalu melindunginya.

Adek bayi dalam perut irma bergerak menggelitik.  Seolah ia bercanda mengajak irma bermain dengannya.  Tersenyum irma mengelus perut.  Ya, ya, ya, tidak seharusnya irma mengeluh.  Karena justru irma diberi berkah, bukan musibah.

My baby is my blessing. 



10 comments:

  1. Jadi terharu.... memang kadang harus melihat dari dua sisi, sisi calon bapak dan sisi calon ibu...

    ReplyDelete
  2. hmmmm..... aku paling senang liat orang hamil, karena aku gak pernah hamil...... :p
    bersyukur, karena gak ada pihak-pihak yang menuntuk kami macam-macam dan kami bahagia.... :D

    ReplyDelete
  3. *tersenyum*

    yang penting suami-istri kompak terus ya mam, seiya sekata. itu yang selalu aku bilang sama sepupuku yang belum beruntung itu. untung suaminya nggak mau ikuti saran ibunya untuk menikah lagi. masa' karena nggak punya keturunan trus ditinggal begitu aja ???? tega beneeeerrrrrr ..........

    ReplyDelete
  4. Benuul..! Senangnya bisa merasakan itu, Nte Ir..
    Berharap Allah memberiku kesempatan yg sama juga..
    Aamiiin..

    ReplyDelete
  5. amiiiinnnn ... keep praying ya nte :)

    ReplyDelete
  6. hiks jd terharu n jd kangen hamil lg :D

    ReplyDelete
  7. he eh, kayaknya yang pernah hamil sering banget ya ngalamin kangen begini :D

    ReplyDelete
  8. betul irma, jadi kangen hamil... kenapa ya, walaupun sakit-sakit, pegel-pegel, tapi saat hamil tuh si bayi selalu bareng2 kita, ikut ke manapun kita pergi... jadi gak merasa khawatir, toh si bayi ada bareng2 kita terus... nikmati aja, hamil tuh ngangenin buanget.... kapan HPL-nya?

    ReplyDelete