Wednesday, March 8, 2006

Cerita dari Yogya - 4 : Borobudur


Hari kedua, Minggu 29 Januari 2006

Wake-up call jam empat pagi.  Aduh.. masih ngantuk nih.  Eh tapi kita kan mau menikmati sunrise di Borobudur ya.  Ingat gitu irma langsung buru-buru mandi.  Mumpung Tety masih tidur nih, jadi nggak ada yang ngantri kamar mandi.  He eh, semalam waktu mempersilakan irma untuk mandi duluan Tety nggak nyangka kalau irma tuh mandinya lama.   Saking lamanya akhirnya Tety numpang mandi di kamar sebelah.  Di Hotel Manohara ini Nani sang ibu travel agensi memang minta kita dapat kamar yang pake connecting door.  Ya tentunya kamar yang cewek-cewek aja dong.  Jadinya Ela, Nani, Tety dan irma di kamar 9-10.  Wahyudi sendirian di kamar 6.  Tadinya Wahyudi minta Mas Barid nemenin dia (hiiii… nggak berani ya tidur sendirian ?? hihihi).  Tapi ternyata Mas Barid harus pulang ke Yogya jadi akhirnya Wahyudi tidur sendiri deh.

Jam 4.45 kita ngumpul di lobby hotel.  Selain kita ada dua orang wisatawan asal Jepang yang mau ikutan Borobudur Sunrise juga.  Bertujuh kita diantar ke Borobudur pakai mobil pihak hotel.  Di mobil Nani bagi-bagi senter yang dikasih resepsionis.  ‘Oh, tadi kirain dibagiin coklat,’ kata Wahyudi waktu lihat kita ngeluarin senter dari kotaknya.  Hahaha, kotak senter nya bagus sih ya bergambar Borobudur Sunrise jadi disangka kotak coklat.  Atau memang Wahyudi nya aja lagi kelaperan jadi apapun dikira makanan ??  Hihihi.  Irma dan Nani dapat senter sesuai warna kesukaan masing-masing, merah dan hijau.  ‘Senter tuh harusnya kuning lagi,’ komentar Ela yang dapat senter warna kuning.  Ah Ela ngiri aja tuh …

Naik ke puncak Borobudur.  Sampai di atas sudah banyak juga yang menanti matahari terbit.  Ada bapak-bapak Jepang yang sabaaaar sekali menanti timing yang tepat untuk mengabadikan matahari terbit.  Ada tiga orang noni-noni entah dari negara mana tapi mereka bicara dalam bahasa Inggris dan kulitnya coklat sekali.  Cantik.  Trus sepasang suami istri bule yang nurunin plakat “Do not climb” dari stupa yang terbuka biar bisa memotret Budha berlatar belakang sunrise.  He eh, justru karena mereka nurunin plakat itu tuh kita jadi dapat spot yang bagus juga buat motret.  ‘Please put that sign board back,’ pesan sang suami sama kita-kita sebelum mereka pindah mencari spot lain.  Ok Pak.

Puas motret-motret matahari terbit kita turun mengitari Borobudur.  Kebalik nih rutenya dengan rute peziarah.  Di zaman dulu peziarah datang ke Borobudur setelah melewati sungai elo dan progo.  Sebelumnya mereka beristirahat di candi mendut dan pawon untuk melepas lelah sehabis jalan jauh dan persiapan untuk ziarah.  Di Borobudur, mereka akan masuk dari pintu timur lalu dengan searah jarum jam mengelilingi tubuh candi (Rupadhatu) sebanyak 4 kali.  Putaran pertama mereka merenungi relief kanan atas pada dinding lorong.  Putaran kedua relief kanan bawah dinding lorong.  Kemudian relief kiri atas, dan putaran terakhir relief kiri bawah.  Ada 1300 relief di badan candi, 120 di antaranya mengenai perjalanan hidup Sidharta Gautama.  Mulai dari kelahirannya dari Ratu Maya,  besar, menikah, dan dikurung oleh ayahnya dalam istana agar ia tidak melihat kesusahan dunia.  Tetapi Sidharta berhasil keluar dan melihat 4 hal ; orang miskin, orang tua, orang sakit dan orang meninggal dunia.  Sidharta lalu mengembara hingga akhirnya memperoleh wahyu di bawah pohon Bodhi.  

Selesai yang empat putaran itu peziarah lalu naik ke tingkat berikutnya dan berputar sebanyak enam kali.  Di sini mereka merenungi relief tentang seorang saudagar bernama Suda (?) yang akan menjadi seorang calon Budha.  Selain relief tentang perjalanan hidup Sidharta Gautama dan calon Budha, banyak juga terdapat relief cerita-cerita dunia hewan yang bisa kita ambil hikmahnya.  Seperti tentang kura-kura yang dibawa terbang dua ekor angsa lalu jatuh ke bumi karena kesombongannya.

Setelah selesai mengelilingi Rupadhatu peziarah akan sampai di puncak yang disebut Arupadhatu.  Arupadhatu artinya tanpa rupa.  Maksudnya setelah mencapai puncak ini manusia telah tanpa rupa tanpa nama, terputus dari ikatan dunia fana.  Di sini terdapat 72 stupa yang masing-masing berisi patung Budha.  Kalau kita perhatikan ada dua jenis motif dinding stupa.  Di tingkat pertama motif berlian dan di tingkat berikutnya motif kotak.  Konon yang motif kotak ini mengartikan bahwa peziarah telah memperoleh ketenangan.  Dan terakhir peziarah akan tiba di stupa induk, stupa terbesar tapi kosong tidak berisi patung Budha.  Ini adalah akhir ziarah.  Dari sini peziarah harus turun untuk mengamalkan ilmu Budha meskipun mungkin ia enggan (abis udah enak di atas sih, tenang … ).

Akhirnya kita sampai di kaki Borobudur yang disebut Kamadhatu.  Di sini ada relief juga tapi hanya sekitar 130an.  Sebagian dari bangunan asli kaki candi ini masih tertutup tanah.  Ei tau nggak awalnya Borobudur itu ditemukan pada masa pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles di tahun 1814 ?  Pada saat itu Borobudur masih tertutup semak belukar.  Perwira HC Cornelius yang diutus Raffles yang membersihkannya hingga tampaklah candi besar ini beserta patung-patung Budha yang banyak sekali.  Sayang sekali pemerintahan Inggris tidak lama di sini hingga penelitian tentang Borobudur terbengkalai.  Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh pemerintahan Belanda namun beberapa peninggalan di Borobudur ini diangkut ke Belanda bahkan ada yang dihadiahkan ke Raja Chulalangkon dari Kerajaan Siam (Thailand).  Ya siapa sih yang nggak tertarik dengan Borobudur, salah satu keajaiban dunia yang sudah ada sejak abad ke 8.  Wah, udah tua sekali ya.  Patut lah kita menjaga dan melestarikannya.

Hampir jam 7 pagi.  Dari kejauhan tampak banyak orang bersiap masuk komplek Borobudur.  Kita lalu bergegas kembali ke hotel.  Nggak asik lagi kalo udah banyak orang gitu.  Terutama buat para fotografer ini, nggak enak banget motret-motret di tengah keramaian hiruk-pikuk begitu.  Nanti bukannya foto Budha, yang jadi malah foto gerombolan orang dari manaa…

Langsung ke restoran hotel untuk sarapan.  Pilihannya nasi goreng atau roti bakar.  Wahyudi yang sekamar sendirian bisa dapat jatah sarapan dua kali.  Abis sarapan lalu kita kembali ke kamar masing-masing untuk mandi, merapikan bawaan dan siap-siap check-out.  Udah gitu nunggu Mas Barid di lobby.

 

 

No comments:

Post a Comment