Wednesday, March 8, 2006

Cerita dari Yogya - 9 : Kraton Yogya


Hari ketiga, Senin 30 Januari 2006

Dari Taman Sari kita ke Karaton Ngayogyakarto Hadiningrat atau yang lebih dikenal dengan Kraton Yogya.  Sayang sekali di sini kita tidak meminta jasa pemandu (sebenarnya bisa sih, dasar aja si irma nggak berani nanya L).  Jadi kita keliling-keliling sendirian aja.  Karena luasnya komplek Kraton ini dan masing-masing punya minat yang berbeda jadi diputuskan terserah mau jalan ke mana tapi nanti kumpul lagi jam satu siang di gazebo yang dinamakan Bangsal Mandalasana, tempat pentas Korps Musik Kraton.  Banyak yang bisa kita lihat di kraton ; museum lukisan, koleksi kristal, keramik, museum Hamengku Buwono IX dan museum batik.  Di museum lukisan kita bisa melihat lukisan keluarga Kraton sejak dari Hamengku Buwono … berapa ya ?  Tapi kalo dilihat dari lukisannya udah cukup lama deh.  Baju-baju pria nya kebanyakan mirip baju pangeran-pangeran Eropa.  Pengaruh Belanda kali ya.  Di museum Hamengku Buwono IX kita dapat melihat benda-benda pribadi beliau.  Ada prasasti bertuliskan amanat beliau saat penobatannya pada tanggal 18 Maret 1940.  ‘Al heb Ik een uitgesproken westerse opvoeding gehad, toch ben en blijf Ik in de allereerste plaats Javaan,’ gitu katanya.  Hehe, ngerti nggak ?!  (nggak…! L)  Artinya, ‘Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang Jawa.’  Wuih, keren nggak tuh.  Pantas beliau dicintai masyarakat Yogya hingga beliau mangkat di tanggal 3 Oktober 1988 dan dimakamkan di Imogiri, tempat bersemayamnya para raja penerus kerajaan Mataram.

Tapi dari semua tempat di Kraton Yogya irma paling suka dengan museum batik !  Begitu masuk ruangannya rasanya gimanaa… gitu.  Adem.  Teduh.  Sejuk.  Yang dipajang di sana adalah batik-batik keluarga Kraton.  Ada juga batik pemberian dari kerabat mereka.  Cantik-cantik batik di sana.  Betah deh lama-lama di sana.  Sayang sekali kita tidak boleh memotret di sini.  Yah wajar sih, ini kan karya seni tingkat tinggi.  Lihat batik-batik di sana jadi ingat kalo Malaysia akan mematenkan batik sebagai pusaka (heritage) budaya mereka.  Sedih deh.  Padahal tuh, yang memperkenalkan mereka dengan batik adalah orang-orang Jawa yang merantau ke sana.  Apa batik kita kurang publikasi dan upaya pelestariannya ya ?  Padahal kalo dibandingkan dengan batik Malaysia, uh yang di sana nggak ada artinya tuh !  Eits, nggak boleh sombong !  Eh iya maaf, maaf.  Ralat.  Yang benar batik kita lebih cantik daripada batik Malaysia.  Batik Jawa bukan sekedar sehelai kain.  Ada filosofinya.  Banyak menggunakan simbol-simbol yang kaya makna.  Sementara batik Malaysia hanya berupa penggambaran benda-benda alam.  Eh ini menurut irma lho !  Catat ya, irma itu hanya sekedar penggemar batik.  Bukan seniman, pengrajin batik apalagi pakarnya.  Tety tuh yang sering membatik di Museum Tekstil di Tenabang (Tanah Abang) …

Dari seorang abdi dalem yang berjaga sekitar pendopo dan gazebo, Nani dikasih tau bahwa besok di kraton nggak ada acara apa-apa dalam menyambut 1 Suro.  Upacara Grebeg yang kita harap bisa lihat ternyata dilaksanakan pada hari lahir Nabi Muhammad SAW (Grebeg Maulud), hari raya Idul Fitri (Grebeg Syawal) dan hari raya Idul Adha (Grebeg Besar).  Acara hari ini untuk menyambut tahun baru Islam 1 Hijriyah adalah Tapa Bisu Mubeng Beteng yang akan dilaksanakan tengah malam nanti.  Dan kirab pusaka dari jalan Yogya-Solo hingga kraton yang akan dilaksanakan nanti mulai jam 7 malam.  Kirab ini akan melewati Stasiun Tugu, jadi kita bisa aja menunggu di sana.  Pasti lama dan panjang arak-arakannya karena katanya ada sekitar 250 orang prajurit yang mengusung pusaka kraton.  ‘Coba jam empat nanti hubungi Ki Bledek kalau mau tau persiapannya,’ kata abdi dalem tadi.  Ok deh, tapi nggak janji ya masih sanggup apa nggak …

Karena besok nggak ada acara di kraton ini jadi diputuskan hari ini kita jelajahi seluruh area kraton yang bisa dimasuki.  Ada beberapa area yang tidak boleh kita kunjungi karena merupakan wilayah pribadi, seperti Gedhong Jene tempat kediaman keluarga Sultan.  Selain mengunjungi museum-museum yang dibilang tadi, kita juga bisa menikmati pementasan kesenian Jawa di pendopo dekat museum lukisan.  Hari itu sedang dipentaskan karawitan (?), sejumlah abdi dalem sinden duduk bersimpuh di depan gamelan melantunkan tembang-tembang Jawa yang bikin perasaan teduh (buat yang ngerti … yang nggak ngerti sih, ya enak juga, irma malah sampai merasa ngantuk waktu dengarnya).  Pementasan ini berakhir jam dua belas siang.  Tiap hari dipentaskan kesenian yang berbeda, misalnya tari-tarian. 

Selesai menjelajahi museum-museum dan halaman dalam kraton kita ke melewati Regol Kemagangan dan sampai di pelataran Bangsal Magangan yang sepi.  Tidak tampak suatu kegiatan di sana selain beberapa abdi dalem duduk-duduk di samping jam tua model grandfather’s clock (tau kan, jam dengan rangka kayu yang tinggi besar itu).  Ela asyik motret keris yang dipakai seorang abdi di sana.  Eh, tau Ela masih lajang abdi tersebut jadi kepengen lihat telapak tangan Ela.  Hayooo La, mo diapain tuh ?  ‘Wah, makasih Pak,’ Ela langsung kabur. Hahahaha …

Usai menjelajahi kraton kita keluar dan istirahat di depan Bangsal Ponconiti.  Seorang bapak yang diajak ngobrol sama Ela bercerita bahwa Bangsal Ponconiti adalah tempat pengadilan.  Dulunya di sana dilaksanakan hukuman potong tangan bagi pencuri dan penggal kepala untuk pembunuh (hiii…).  Pengadilan ini khusus untuk kasus-kasus yang berhubungan dengan keluarga kraton.  Di depan Bangsal Ponconiti terdapat Regol Brojonolo yang merupakan pintu gerbang penghubung dengan halaman Sitihinggil.  Sitihinggil adalah bagian kraton tempat pelantikan Sultan saat naik tahta.  Di sekitar Bangsal Ponconiti terdapat pohon Keben yang konon sudah ditanam di sana sejak masa pemerintahan Hamengku Buwono V.  Oh iya, sebelum keluar tadi kita melewati beberapa set gamelan.  Tiap satu perangkat gamelan diberi nama, seperti Kyahi Keboganggang dan Kyahi Gunturlaut.  Gamelan ini hanya dimainkan pada acara-acara tertentu.

No comments:

Post a Comment