Wednesday, March 8, 2006

Cerita dari Yogya - 8 : Taman Sari


Hari ketiga, Senin 30 Januari 2006

Taman Sari masih sepi waktu kita sampai di sana.  Setelah bayar tiket masuk dan izin memotret kita disambut seorang pemandu di Paseban.  Paseban adalah tempat menyambut tamu.  Langit-langitnya sengaja dibuat rendah agar penjaga membungkuk saat tamu lewat (tapi kalo dia kejedug gimana ??).  Pemandu menerangkan bahwa pintu masuk Taman Sari yang kita lewati tadi sebenarnya gerbang belakang.  Gerbang depan atau pintu masuk yang sebenarnya terletak di sisi Utara, tapi karena sekarang dipakai pemukiman maka diputuskan gerbang belakang sebagai pintu masuk.  Kebanyakan yang tinggal di pemukiman sekitar Taman Sari adalah abdi kraton.  Mereka numpang tinggal di tanah Sultan.   Istilahnya magersari.   Jika pihak kraton berkepentingan untuk menggunakan tanah itu mereka harus pindah. 

Taman Sari ini baru selesai direnovasi di tahun 2004 atas bantuan dana dari UNESCO dan beberapa pemerintah negara asing.  Katanya tahun ini baru akan dilaksanakan peresmian pembukaan kembali Taman Sari setelah tutup sekian lama saat renovasi.  Taman Sari digunakan oleh Sultan Hamengku Buwono I dan dibangun pada kurun waktu tahun 1756 - 1765.  Tahun pembuatannya tertulis di atas gerbang dalam bentuk ukir-ukiran simbol.  Kalo bapak pemandu itu tidak menerangkannya kita tidak akan tau bahwa ukir-ukiran itu memiliki arti.

Keluar dari Paseban kita akan berhadapan dengan dua kolam.  Kolam sebelah kanan adalah kolam pemandian untuk putra-putri Sultan.  Jangan salah, mereka tidak boleh berada dalam kolam secara bersamaan tapi harus bergantian.  Kolam sebelah kiri adalah tempat sepuluh selir Sultan berendam.  Sultan akan memilih selir yang akan menemaninya.  Konon – kata Luluk nih – Sultan akan memilih selir dengan menjatuhkan bunga dari menara tempat beliau memperhatikan para selir.  Selir yang dipilih akan menemani Sultan di kolam pribadinya yang ada di balik menara itu.

Di bawah menara itu ada dua ruangan.  Ruang sebelah Utara adalah tempat selir berhias mempersiapkan diri untuk melayani Sultan setelah bercengkrama dengan Sultan di kolam pribadinya.  Ruang sebelah Selatan adalah tempat peraduan Sultan dan selirnya.  Di bawah peraduan terdapat tungku untuk memberi kehangatan dan menyebarkan wewangian.  Mungkin seperti aromatherapy di zaman sekarang

Dari kolam para selir kita bergerak ke Utara hingga bertemu gerbang depan yang sebenarnya.  Di sini kita berbelok ke Barat, melewati Gerbang Carik dan Gedung Madaran hingga sampai di Komplek Ledoksari.  Gerbang Carik adalah tempat abdi penjaga.  Gedung Madaran adalah dapur tempat menyiapkan makanan untuk Sultan.  Sedangkan Komplek Ledoksari adalah tempat Sultan bersemedi dan bertemu dengan Ratu Pantai Selatan.  Sultan bertemu dengan Ratu di atas air yang mengalir.  Bangunannya terletak di tengah-tengah, diapit bangunan untuk putra dan putri Sultan beristirahat.  Sultan yang akan naik tahta haruslah bertemu Ratu Pantai Selatan terlebih dahulu.  Katanya nih, Sultan Hamengku Buwono X yang sekarang bertahta dulu bertemu Ratu Pantai Selatan di Pabrik Gula Madukismo.

Dari Komplek Ledoksari kita balik lagi ke gerbang depan dan berjalan menuju Mesjid Bertingkat Ruang Bawah Tanah.  Mesjid ini berbentuk melingkar dan terdiri dari dua tingkat.  Yang bawah untuk shaf perempuan dan yang atas untuk shaf laki-laki.  Di tengah-tengah terdapat Sumur Gumuling, sumber air wudhu.  Ada lima tangga yang digunakan untuk naik ke lantai atas sebagai lambang rukun Islam yang lima.  Untuk menuju mesjid ini kita harus melalui terowongan.  Konon di terowongan ini ada pintu rahasia Sultan yang tembus hingga ke Laut Selatan.  Di ruang bawah tanah ini Sultan bersembunyi saat dikejar-kejar Belanda.

Dari Mesjid Bertingkat Ruang Bawah Tanah kita menuju reruntuhan gedung Pulo Cemeti, tempat perjamuan makan Sultan.  Kita bisa naik ke atas untuk melihat Pulo Panembung yang terletak di antara pemukiman penduduk.  Pulo Panembung ini juga sudah banyak yang rusak.  Dari situ kita jalan melewati Urung-urung hingga akhirnya sampai ke parkiran di depan pintu masuk Taman Sari.  Whufff… capek juga keliling-keliling Taman Sari.  Selain luas juga kita harus naik turun tangga beberapa kali.  Tapi senang tuh.  Irma aja sampai balik lagi masuk komplek Taman Sari untuk motret beberapa area yang terlewat.

No comments:

Post a Comment