the way they quit smoking

 

Waktu sepeda bareng Afif ke Monas hari Minggu dua minggu yang lalu, Link

 Afif cerita sebenarnya dia pengeeeen banget hari Jumat sebelumnya ke Deperindag.  Pengen lihat stand B2W di pameran dan ketemu dengan para B2Wer.  Pagi itu ada sekitar 30 orang B2Wer kumpul di sana.

 

Tapi Afif nggak bisa.  Karena dia harus ngerjain laporan bulanan.  Seharusnya dia dibantu seorang teman kantornya.  Tapi temannya itu udah beberapa hari nggak masuk.  Sakit.  Nggak kira-kira.  Paru-parunya bolong.  ‘Sebelumnya dia batuk-batuk darah.  Dia emang perokok berat,’ cerita Afif.

 

Dengar itu irma jadi merinding.  Hih, benar-benar rokok itu nggak ada kasih keuntungan apa-apa.  Mungkin saat menghisapnya, perokok mendapat satu rasa sensasi yang ……… cuma dia sendiri yang tau.  Tapi untuk apa dapat kenikmatan sesaat kalau abis gitu badannya hancur ?  Itu yang namanya nikmat membawa sengsara.

 

‘Saya juga dulu perokok.  Tapi sekarang udah berhenti.  Total,’ kata Afif lagi.  Oh ya ?  Gimana caranya ?  irma jadi tertarik.  Karena selama ini teman-teman irma yang merokok nggak pernah bisa berhenti.  Ngomongnya doang pengen berhenti.  Tapi nggak pernah bisa.  Gitu ya yang namanya udah kecanduan.  Pantas seorang teman perokok bilang, ‘Jangan pernah mulai merokok.  Sekali kamu mulai, kamu nggak akan bisa berhenti.’  Dia ngomong gitu berdasarkan pengalaman pribadi.

 

Afif bilang, dia berhenti merokok sejak dia mengalami batuk darah.  Saat itu dia merasa dirinya begitu lemah.  Ia juga merasa telah menyia-nyiakan hidupnya untuk sesuatu yang tidak berguna.  Sejak itu ia berhenti merokok.  Malah banyak menganjurkan teman-temannya yang merokok untuk berhenti.  ‘Kasihan anak kamu,’ gitu selalu dia bilang pada mereka.

 

irma tercenung dengarnya.  Gitu ya, orang baru berhenti setelah merasakan sakitnya.  Setelah jatuh tak berdaya.  Kalau belum sampai di kondisi itu, ngebuulll teruuuusssss ….ssss

 

Jadi ingat beberapa waktu yang lalu di milis B2W pernah ada yang membuka topik, ‘Ngerokok, apa sih enaknya ?’  Seperti biasa pro dan kontra terhadap hal ini ramai bermunculan, seramai pro kontra bersepeda di Jakarta yang berpolusi. 

 

irma ingat ada satu anggota milis yang berkomentar gini, ‘Nggak enaknya ngerokok ?  Mau nyium istri, diprotes bau.  Udah punya anak, diprotes nggak boleh ngerokok dekat anak.  Pas anak udah gede, diprotes lagi.  Papa kok ngerokok sih ?  Mau nyium anak, anaknya nggak mau.’  Mungkin karena keseringan diprotes gitu akhirnya dia mutuskan untuk berhenti merokok.

 

Ya sih, kebayang sama irma, pas pulang kerja, badah capek, sampai di rumah, istrinya nggak mau deket-deket.  Pas ngedeketin anaknya, kepengen peluk, anaknya berontak dan bilang, ‘Nggak mau !  Nggak mau !  Papa bau !’

 

Hiks, alangkah sedihnya.