Thursday, June 10, 2010

kasih ibu


Weeeeii ... tumbang lagi !

Setelah beristirahat 4 hari, trus kerja 3 hari, sekarang ambruk lagi.  Huhuhu, perutku syakiiiittt !  Sakitnya kayak waktu radang usus buntu itu.  Bagian dalam perut serasa diremas-remas.  Dooohh, nyerinya.

Kalau sakit begini pasti jadi teringat Mama.  He eh, biar umur dah 37 tapi tetap aja kalau lagi sakit mental anak kecilnya keluar.  I want Mommy.  Ingat dulu waktu kecil kalau lagi kesakitan selalu diusap-usap Mama.  Malah waktu kena rubella alias campak jerman, maunya kulit yang merah-merah biduran diusap-usap pake rambut Mama.  Sugesti aja sih, tapi rasanya kulit jadi adem nggak gatal lagi.

Tapi ya sekarang Mama jauh dan kondisinya juga nggak terlalu baik.  Jadi irma telpon aja.  Di telpon pun nggak mau bilang kalau irma lagi sakit.  Takut Mama jadi kepikiran.  I just want to hear her voice.  Jadi irma cerita yang bagus-bagus aja.  Cerita kemarin makan ikan kembung enaaaaakkkk sekali.  Nggak penting sih, cuma pengen cerita aja.  Ingat kalau ke rumah Mama di Bandung selalu ditanyain, "Mau dimasakin apa ?"  Dan irma selalu jawab, "Ikan kembung pedes."  Lalu Mama pergi ke pasar, belanja ikan kembung, cabe merah keriting, dsb, abis gitu siangnya kita sama-sama makan ikan kembung pedes.  Makan pake nasi hangat, hmmm enak.  irma bisa nambah berpiring-piring.

Selesai nelpon Mama kedengaran di radio penyiarnya bacain cerita inspiratif.  Tentang seorang ibu tua yang tinggal berdua sama anak lelakinya yang buandeeeeellll banget.  Tuh anak suka mencuri, berjudi, berkelahi, mabuk-mabukan, pokoknya tabiatnya jelek sekali deh.  Tapi ibunya tetap mengasuhnya dengan penuh kasih sayang.  Termasuk menasehatinya agar kembali ke jalan yang benar.  Ealah, dasar anaknya ndablek.  Nasehat ibunya masuk telinga kiri keluar lagi dari telinga kanan.

Sampai suatu ketika anaknya ketangkap mencuri di istana kerajaan.  Ini bukan pertama kalinya ia ketahuan.  Baginda raja pun murka.  Kepada anak yang nakal itu dijatuhi hukuman pancung.  Hukuman akan dilaksanakan esok pagi di tengah alun-alun kota tepat saat lonceng pukul enam berbunyi.

Sang ibu memohon kepada raja agar hukuman untuk anaknya dibatalkan atau diganti dengan yang lebih ringan.  Apa saja asalkan anaknya jangan dipancung.  Ia malah bersedia bertukar tempat dengan putranya, agar ia saja yang menanggung hukuman.  Tapi raja tetap dengan keputusannya.

Sang ibu pun pulang dengan hati sedih dan hancur.  Terbayang esok hari ia tidak akan lagi bertemu anaknya terkasih.  Tertatih-tatih ia pulang seraya mengucurkan air mata.

Esok paginya, rakyat berbondong-bondong berkumpul di alun-alun.  Mereka hendak menyaksikan hukuman pancung untuk anak lelaki yang nakal itu.  Banyak yang mendendam kepadanya karena seringkali merasakan kejahatannya.  Tak heran banyak yang menyambut keputusan raja ini dengan suka cita.

Detik-detik berlalu.  Anak yang nakal itu tegang berdiri di atas panggung.  Algojo telah bersiap dengan kampaknya.  Namun sudah lebih dari waktu yang ditentukan belum juga terdengar suara lonceng pukul enam pagi.

Rakyat pun terheran-heran.  Lebih heran lagi petugas lonceng.  Ia telah menarik tali lonceng tepat pada waktunya.  Namun kenapa lonceng tidak berdentang ?

Saat membingungkan itu tiba-tiba menetes darah dari lonceng.  Petugas lonceng bergegas naik ke atas menara.  Di sana ia dapati pemandangan yang memilukan.

Kiranya ibu dari anak yang nakal itu mengikatkan dirinya pada bandul lonceng.  Sehingga saat tali ditarik, lonceng bergoyang namun bandul tidak mengenainya karena tertahan tubuh si ibu.  Dengan demikian tidak akan terjadi dentangan.  Namun kepala sang ibu hancur terhantam bandul.

Sang anak pun meraung menyesali perbuatan buruknya selama ini.  Tidak ia sangka ibunya akan berbuat apapun untuk mencegah hukuman baginya.  Termasuk mengorbankan dirinya.

Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan.

irma termenung menyimak kisah tersebut.  Teringat kalau irma sakit pun Mama seringkali berdoa, "Ya Allah, kiranya biarkan aku saja yang merasakan sakitnya.  Jangan Kau biarkan putriku menderita."

hiks, aku kangen Mama.





3 comments: