Tuesday, September 15, 2009

batita bernyanyi

 

Kemarin sore dalam angkot menuju Leuwinanggung, di depan irma duduk satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan umur 2 - 3 tahun.  Anaknya suka bernyanyi-nyanyi.  Didampingi ibunya ia bernyanyi lagu anak-anak klasik seperti "Tik tik tik bunyi hujan di atas genting" sama "Naik-naik ke puncak gunung".

Berikutnya ia nyanyikan lagu yang bikin irma tercengang.

Bukan, dia bukan nyanyi lagu anak-anak klasik karangan Ibu Sud atau AT Mahmud, lagu anak-anak sekarang karangan Papa T. Bob, atau lagu-lagu dewasa sekarang yang sering dinyanyikan anak-anak seperti lagunya Wali, Ungu, Peterpan, Nidji, dll.

Ia bernyanyi lagu Batak.

Bertiga mereka - ayah, ibu, dan anak perempuan kecil itu - nyanyi sama-sama.   Sepertinya anak kecil itu suka sekali bernyanyi lagu Batak.  Waktu ibunya kembali nyanyi "Naik naik ke puncak gunung ...", ia protes, "Aku mau nyanyi lagunya Ompung."  Lalu ia bernyanyi lagu Batak yang lain.  irma yang suka dengar album Toba Dream seriesnya Vicky Sianipar tau lagu itu adalah lagu lama.  Lama banget, lebih tua lagu itu daripada irma.

Yang bikin irma takjub adalah, di zaman sekarang ini masih ada orang tua yang mengenalkan 'akarnya' kepada anaknya sejak dini.  Di zaman anak-anak kecil bernyanyi lagu orang dewasa (sebel banget kalau lihat acara Idola Cilik, penyanyi anak-anak lagunya lagu orang gede semua !), kedua orang tua di hadapan irma malah mengajarkan lagu daerah kepada anaknya.  Alangkah bagusnya.

Saking asiknya dengar konser keluarga Batak itu irma sampai kelewatan untuk turun di depan komplek rumah.

 

 

6 comments:

  1. nah.. ntar kalo punya anak jangan lupa ya diajarin lagu daerahnya.. seperti juga ortu-ku yang mewajibkan anak-anaknya bisa berbahasa asli daerahnya serta bisa menyanyikan lagu daerah itu.
    Kalo menari tarian daerah... nyerah degh.. Meski waktu kecil disuruh nari.. cuma Si Bungsu aja yang jadi jago.

    ReplyDelete
  2. bahasa mana nih nte ? Palembang ya ? btw, aku nggak kebayang Nte Nir menari, hahaha

    ReplyDelete
  3. bahasa daerah kelahiran Mama dan Papa, bukan Bahasa Palembang, tapi Bahasa Lahat. Sumatera Selatan punya banyak sekali bahasa daerah, dan bisa berbeda sma sekali. Itulah sebabnya di sana gak punya pelajaran bahasa daerah.
    eits.. kalo Tari Tanggai siy akyu bisa.. tapi gak luwes.. malah patah-patah kaya' breakdance jadinya.. :))

    ReplyDelete
  4. haiyyyaaaaaa ... tanteku juga wong Lahat ! nte, Lahat tuh sama nggak dengan Pagar Alam ? pernah ke Pagar Alam, wuihhhh cantik skaleee !

    eh kalau tari yang wajib ditariin mempelai perempuan tuh namanya tari apa ? dah bisa belum ? hihihi

    ReplyDelete
  5. Pagaralam itu bagian dari Kabupaten Lahat. Kabupaten Lahat sendiri terdiri dari berbagai bahasa daerah, tapi sudah agak-agak mirip. Dialek atau logat aja yang membedakan.
    Benul.. Pagaralam cantik banget. Pengen sepedahan di sana lom kesampean juga niy...
    Tarian itu siy.. gampang.. Yang susai nyari calon mempelai pria-nya niy.. Xixixixi...

    ReplyDelete
  6. hebat kedua orang tuanya ...... dan anak kecil itu, dasar batak, pasti seneng nyanyi dong..... mudah-mudahan ketemu mereka lagi di angkot ya Ir...... :D

    ReplyDelete