Thursday, December 11, 2008

yang (ingin) kupinta

 

‘irma, kamu mau dikasih mas kawin apa ?’

 

Wahyudi mengajukan pertanyaan itu sewaktu kita sama-sama bahas persiapan yang harus dilakukan untuk rencana pernikahan nanti.  Ketika itu irma bengong, belum terpikir ingin dikasih apa.  Saat irma posting ceritanya di blog,  beberapa teman memberikan komentar .  Teman main di kantor pun unjuk saran.  Juga Teteh.  Semuanya mengusulkan yang sama : perhiasan emas.

 

Kenapa sih, mas kawin itu identik dengan perhiasan emas ?  Karena diharapkan dia abadi ?  Karena namanya ’mas kawin’ ?  Karena yang dikasih cewek, jadi identik dengan perhiasan ?

 

Terus terang, irma nggak begitu suka pake perhiasan.  Apalagi emas.  irma lebih suka pake perhiasan dari kayu dan manik-manik.  irma sukanya warna-warni cerah.  Emas kan cuma satu warna.  Dan lagi perhiasan emas tuh, identik dengan mengundang niat jahat orang.  Nggak enak banget make perhiasan tersebut dengan perasaan was-was.  

 

Memang, perhiasan emas bisa dijadikan investasi.  But I’m not kind of that person.  Nggak seperti teman-teman perempuan lainnya yang suka membeli perhiasan emas untuk tabungan, irma lebih suka menabung dalam bentuk tabungan atau deposito di bank.  Dan asuransi yang disertai dana pensiun untuk hidup di hari tua.  Berikut perlindungan jika mengalami kecelakaan dan penyakit-penyakit kronik tertentu (yang mudah-mudahan nggak sampai kejadian).  Hmm, yah tiap orang kan beda-beda cocoknya nabungnya dalam bentuk apa.  Malah ada yang sama sekali nggak bisa nabung, justru tekor bahkan saat masih di tengah bulan.

 

Jadi ngapain aku minta perhiasan (emas) kalau nggak aku pake ?  Guru agama waktu irma SMA bilang, mas kawin adalah pemberian dari mempelai pria kepada mempelai perempuan untuk dipakai.  Catat tuh ya, untuk dipakai.  ’Nggak bener tuh, mas kawin perangkat sholat plus Al Qur’an mahal-mahal tapi ternyata cuma buat disimpan di lemari aja.  Nggak pernah dipake apalagi dibaca kitab sucinya,’ begitu kecam beliau.  ‘Itu namanya riya, menunjukkan kepada orang lain bahwa dia bisa memberikan atau memperoleh mas kawin mahal agar mendapatkan pujian.’

 

Guru agama itu juga bilang, sebaik-baiknya mempelai perempuan adalah yang mudah mas kawinnya.  Maksudnya, nggak bikin susah si mempelai pria.  Kalau nggak salah, di zaman Rasul dulu ada seorang perempuan yang dinikahi dengan mas kawin mempelai pria tersebut memeluk agama Islam.  Dia nggak minta apa-apa selain itu.  Hmmm, siapa ya nama perempuan mulia tersebut ? 

 

Jadi, apa yang akan kupinta ?

 

Dulu yah, sempat terlintas di benak irma untuk meminta folding bike merah kalau menikah nanti.  Tapi kan irma dah punya Tom.  Jadi nggak perlu lagi kan minta itu (tapi sungguh aku nggak nolak kalau dia mau kasih aku Urbano, hihihi).

 

Kalau gitu apa dong ?  Uang ?

 

Uang sejumlah tanggal pernikahan seperti yang kerap kali aku dengar di pernikahan-pernikahan  ?  Doohh … kami kan rencananya nikah di tahun 2009.  Tega banget nyuruh dia nyari pecahan uang Rp 1 yang kayaknya cuma Bank Indonesia yang punya.  Itu uang kan udah nggak beredar lagi.  Lagipula nanti juga dia akan kasih aku uang, selaku kewajiban ia sebagai suami untuk memenuhi nafkah lahir dan batin istrinya.  Nafkah lahir, termasuk uang kan ?  Uang belanja, uang jajan, juga uang buat bayar-bayar termasuk bayar tagihan listrik, air, telpon, dan cicilan rumah.

 

Jadi, apa yang sebenarnya kuinginkan untuk mas kawin ?

 

Aku ingin sesuatu yang akan selalu kupakai.  Aku ingin ia buatkan aku perpustakaan di rumah kami.  Perpustakaan untuk menyimpan buku-buku  yang selama ini begitu banyak berserak memenuhi kamar kost masing-masing.  Dengan satu sudut tempat aku duduk menulis.  Atau ia mengedit photo.  Atau koneksi internet.  Perpustakaan yang bikin kami merasa nyaman untuk membaca di dalamnya.  Betah membahas buku yang kami baca.  Sambil masing-masing ditemani secangkir kopi hangat. 

 

Yudi, maukah kamu buatkan perpustakaan untukku di rumah kita nanti ?

 

 

 

6 comments:


  1. wah, mas kawin yang unik dan berguna banget tuh buat irma dan yudi yang hobi baca...

    btw, kalo mo cari pecahan Rp 1 bisa dicari di Pasar Baru koq... itu lho, di tukang jual/ tukar uang yang banyak nongkrong di depan toko sepanjang Pasar Baru...

    ReplyDelete
  2. iya..bikinin rak buku-yg sesuai dgn ruangannya..mantaapp..

    ReplyDelete
  3. Huuu..., jadi terharu bacanya..... Jangan lupa beli majalah IKEA Ir, siapa tau bisa terinspirasi dari rak2 yang ada di situ :)

    ReplyDelete
  4. duh, ikut asyik ngebayangin berdua-dua di ruang baca, sambil sesekali ngobrol, ketawa-ketawa, bikin teh/kopi, sebentar-sebentar berdiri cium suami/isteri ...... sepanjang masa deh ... :)

    ReplyDelete
  5. Unik sekali keinginannya, dan buku itu bisa dipakai turun temurun.

    ReplyDelete