Sunday, November 19, 2006

busway

Kemarin lewat Warung Buncit.  Beberapa terminal busway koridor Kuningan - Ragunan sedang dibangun.  Irma perhatikan terminal ini tidak menyediakan fasilitas untuk orang-orang difabel - diambil dari kata ‘differently-abled people’, yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan berbeda.  Dulu kita menyebutnya para penyandang cacat - yaitu berupa jalanan melandai dari dan menuju terminal.  Seperti yang ada di terminal-terminal busway koridor I Blok M – Kota itu lho.


 


Waktu pembangunan terminal-terminal busway koridor sebelumnya Gubernur Sutiyoso pernah dapat teguran keras dari DPRD dan LSM karena tidak menyediakan fasilitas untuk para difabel ini.  Akibatnya beberapa terminal busway dibongkar untuk pemasangan fasilitas difabel.  Jadi keluar uang lagi.  Sekarang ketika pembangunan koridor berikutnya, kok ya nggak belajar dari pengalaman ?  Nanti dibongkar lagi, keluar uang lagi, bikin macet lagi, trus … orang-orang pada ngomel lagi.  Heran deh.  Demen banget diomel-omelin umat ??


 


Sebenarnya fasilitas difabel bukan cuma jalan melandai.  Tapi juga - antara lain - penggunaan trotoar dengan ornamen timbul yang menjadi penanda jalan bagi tuna netra.  Pertama kali lihat di Jepang.  Nggak tau deh di Jakarta sini ada nggak ya.  Perasaan sih irma nggak pernah lihat. 


 


Kadang kita yang diberi tubuh lengkap dan sempurna kurang memperhatikan para difabel ini.  Bukan kadang, tapi sering malah !  Coba sekali-kali berpikir, kalau kita yang berada pada posisi mereka.  Sedih kan, pengen berkarya tapi tidak ditunjang fasilitasnya.  Padahal bukan keinginan mereka untuk jadi difabel.  Mereka juga ingin hidup sebagaimana layaknya orang utuh lainnya.  Mereka ingin mandiri, tidak menyusahkan orang lain.  Kalau kita bisa bantu mereka dengan fasilitas yang memudahkan mereka (berkarya), kenapa nggak ??


 


Coba bayangkan kalau mata kita nggak bisa melihat lagi, nggak bisa multiply-an kayak gini.  Kan pasti sedih …

4 comments:

  1. setuju, Ma...
    manusia sering "playing God" merasa lebih sempurna dari manusia lainnya.. apalagi terhadap yang menurutnya punya kekurangan.. di Indonesia emang masih cenderung "melupakan" bahwa mereka-mereka yang mungkin punya kekurangan fisik itu bisa saja lebih baik daripada yang fisiknya sempurna..
    *ngetik sambil nyureng*

    ReplyDelete
  2. djendral, nyureng nya jangan kelamaan nanti matanya juling lho ...

    ReplyDelete