Wednesday, November 14, 2007

Gereja Tua Banda Naira

Gereja ini dibangun tahun 1852 untuk menggantikan gereja Hollandische Kerk yang hancur akibat gempa bumi.  Saat kerusuhan di Ambon beberapa tahun yang lalu gereja ini kena imbasnya.  Ia dirusak massa.  Karena itu tahun lalu waktu irma ke Banda ia sedang direnovasi.  Baru beberapa waktu sebelum kita datang di bulan Oktober ini, Bapak Gubernur Maluku ke Banda Naira dan meresmikannya.

 

Kalau di kedatangan yang pertama irma cuma bisa foto-foto gereja di bagian luarnya, kedatangan kali ini irma berkesempatan masuk ke dalam.  Meski Mas Fahmi di luar teriak-teriak, ‘Hey, we’re going to lose the sunset !’ , irma nggak peduli.  Waktu memang sudah menjelang petang dan para fotografer itu ingin segera ke Benteng Belgica untuk memotret sunset.  Hmm, irma bukan sunset hunter seperti mereka.  irma lebih tertarik untuk mengenali bangunan tua bersejarah.  Seperti gereja ini.

 

Bapak Pendeta menyambut kita di pintu gereja.  Ramah ia menemani kita melihat-lihat.  Tepat di bawah pintu masuk, tercetak lambang VOC pada lantai.  Wahyudi menahan langkah irma saat akan melangkah masuk.  Mulai dari ambang pintu hingga altar, terbentang batu-batu nisan orang-orang Belanda yang dulu meninggal di Banda.  ‘Ini cuma nisannya aja atau ada kerangkanya juga ?’ Wahyudi bertanya.    ‘Masih ada badannya, tapi nggak apa-apa.  Injak aja,’ kata bapak Pendeta.  ‘Memang dulu kebiasaannya seperti ini, makam itu di dalam gereja.’  Oh begitu.  irma melangkah pelan-pelan, berjalan sambil membaca tulisan di batu-batu nisan tersebut.  Ugh, kalau ini sih harus nanya sama Pak Lilik, dosen Sastra Belanda UI yang pernah meneliti nisan-nisan peninggalan Belanda.  ‘Ini kan untuk mengingatkan kita ...’ kata Ela.  ‘... bahwa kita akan mati ?’ irma menyambung kata-kata Ela.  Ela mengangguk.  Apa tuh istilahnya, from dust to dust ?

 

Wahyudi menghitung.  Ada sekitar 16 batu nisan di lantai dalam gereja.  Masih ada beberapa lagi di teras.  Juga di samping gereja.  irma dan Wahyudi sempat memotret beberapa.  Sementara Bing, Dianty dan Lenny duduk-duduk di kursi jemaat.  ‘Aku pura-puranya sedang berdoa ya,’ Dianty menunduk.  Kok pura-pura ?  Berdoa betulan juga boleh kok J

 

Arini mengingatkan kita untuk menyusul yang lain ke Benteng Belgica.  Apa daya, hujan kembali turun merintik.  Sejak kedatangan kita ke Banda pagi tadi hujan dan panas silih berganti.  Jadi ingat lagunya Panbers, ‘Gereja Tua’.  Pas banget nih suasananya.

 

...... hanya satu yang tak terlupakan, kala senja di gereja tua.  waktu itu hujan rintik-rintik, kita berteduh di bawah atapnya ......

 

 

 

1 comment: